Wednesday, February 4, 2009

UNTUK ISTERI

Buruk Diantara yang Terburuk
Mengingat akan segala daya bentuk yang ada
Kau tertunduk, karena malu
Yang terasingkan, adalah kau
Dan aku pergi jauh dari kehidupan mu, agar kau maju


Luka menjelang diantara goresan-goresan kaca
Seketika, kau merasa senang dimarahi orang yang tidak kau kenal, secara separuhnya
Dan kau adalah manusia yang takut dengan kejujuran
Diantara dia, kau menganggap aku adalah dia

Oh tidak, aku harap kau masih waras
Sewajar-wajarnya harapan mu yang kian meninggi
Diantara tumpukan mimpi, kau mengkhayal tentang diri
Lalu, ingatkah kau, akan makian ku akan mu


Dalam Asa
Tak ada yang pantas untuk diperjuangkan
Hanya bertahan dan tertahan
Diantara aku dan hukuman yang didapatkannya
Ia berkata lembut, tentang kehidupan di liku-liku kebengisan dan kemunafikan

Seketika, tersirat tentang tanya dan jawab
Dan kilasan akan bias-bias kata-kata yang dikeluarkan pun, terkesan mengada-ada
Selebihnya, kau berkata, bahwa kekuranganku adalah kelebihanku
Jadi, menjadi samar dalam kerancuan yang absolut absurd, bahwa kelebihan adalah kekurangan

Orang baru yang aku kenal, membuat kalimat, “jangan membicarakan tentang kemenangan di masa lalu”
Sebuah obyek menjadi kilasan tentang kau dan khayalanmu
Aku hanya bisa sekali berharap, berharap kau berhenti berkhayal
Seperti menjalani; dan aku tak pernah mendo’akan kau masuk neraka

Kini, tinggal kemauan dan semangat yang dipertahankan
Dan totalitas pun menjadi bahan pertanyaan
Segudang awal dari kejadian adalah kesan pertama
Awal adalah hal yang paling berat, dan kau yang pertama kali meludahi ku membuat kesan mudah


Air Liur Kecoa
Tidurnya pun resah,
sedikit mendesah,
memang meresahkan,
dan kita lupa karena isme-isme buatan kita sendiri

Namun,
aku adalah penyanyi terkenal di kamar mandi,
dan tumpukan kaos yang bau keringat ku sendiri,
tercium bau


Karena Aku lah yang Tercantik
Tercekik para pemuja cinta
Dunia lautan asmara
Bergelantungan badannya, dan bunga-bunga berjatuhan
Wewangian pun menjadi sebuah seni cara mengeluarkan air mani

Terkapar para kaum pemuja poya-poya pesta
Diantara percikan kembang api, ada kamu yang tersebut dan tergolong pada suatu kaum
Menebar pesona dengan seluruh raga, dan diantara jiwanya ada pandangan tentang dunianya
Seperti cerita utopia, namun kosong


Maaf,, Maaf,, Maaf
Kau mencari ku, seperti seorang perawat yang menangis
Seperti kecewa pada Tuhan
Saat pasien yang kau rawat terlalu baik, dan terlalu cepat meninggalkan dunia dan dirimu
Padahal, sesungguhnya malaikat tetaplah malaikat


1 Oktober 2005
Muka-muka penuh luka penuhi jalanan disaat siang
Terik sinar matahari tak goyahkan tekad
Disini, terjadi pembuatan karya, karena segala isi yang tercipta secara keseluruhan adalah ciptaan Tuhan, jadi bukan berarti ideologi-ideologi adalah Maha Karya Tuhan
Dan oleh karenanya, disini tercipta drakula dan vampir-vampir
Disatu sisi ada ada manusia menjadi Tuhan dan disatu sisi ada manusia menjadi setan, tak luput ada kebajikan menyerupai malaikat; namun perlu ditegaskan semuanya adalah topeng-topeng kepalsuan dari bangsa barbar
Saling menuduh, saling menjauhkan dan saling menjatuhkan
Sungguh keterlaluan

Mengherankan, mengesankan, mengenaskan, sekaligus menyedihkan dan mengkhawatirkan
Ada tangisan yang menjadi air mata; air mata sang penguasa
Disana, ditimbun suara-suara; bagi subsidi dan gizi yang kualitasnya rendah dan kuantitasnya tak mencukupi
Dan, dia berkata “membunuh mu sama dengan membunuh ku; jadi, aku tak bermaksud untuk membunuh kalian”
Namun yang dapat aku cerna, dia perlahan-lahan mematikan harapan dan semangat

Negara ini adalah negara tanpa harapan
Semuanya adalah tindakan keterlaluan dan berlebih-lebihan
Apa itu batas?
Apa itu ketetapan?
Apa itu ketentuan?
Apa itu keputusan?

Matiku adalah tanggung jawabmu!, dibarat dan ditimur terdapat perbedaan yang jauh antara barat dan timur
Diantara segudang luka yang ada, akan ku turunkan kau!


Kau Lupa, Bahwa Aku Mengalah
Disini sekujur tubuhku mengapung
Mengendap menyusun bingkai jiwa yang terkotak-kotak oleh rasa tanya dan mengapa
Tak lupa pula pada malam yang hitam, aku yang gundah tak butuh tidur
Mata separuh katup dan nafas setengah ragu ‘tuk menutup segala yang patut untuk dijadikan jawaban
Tak banyak yang bisa berkata, hanya seraut wajah dalam jilbab yang tenang

Seperti kata yang sudah tidak lagi tertata
Kau membalikkan keadaan dengan kembalinya sifat kekanak-kanakan
Naluri dan nurani ku berkata, sebenarnya kamu waras, sadar dan sedang tidak mabuk; jadi kenapa masih ada buih-buih kekesalan?

Diujung tanya yang sempat ingin aku ludahi
Terletak dan terpetakan luka-luka
Goresan tangan dan goresan tangan; berwarna merah
Jari-jemariku aku gigit untuk menahan rasa

Aku biarkan dan aku tutup
Merapat pada tembok-tembok dengan coretan hati
Disini ada sesuatu yang baru
Percayalah, bahwa aku telah mencoba untuk mengalah
‘Kan aku sebut nama manusia


Sebrang Hati Kiri dan Kanan
Menyimpan yang patut untuk dipertahankan
Dan perjuangan ini adalah kembali kepada keadaan semula
Seperti rasa sadar yang harus aku galang
Disatukannya dan dibukukannya untuk dikirimkan
Pada apa?, tentu tak ada yang tahu

Sebuah gerbang penuh resiko
Barang kali resiko itu separuh dari karya seni dari tanaman jiwa
Diantara aku adalah kata yang menjadi senjata
Membentuk untuk pindah ke lain tempat
Kemana kah itu?, barang tentu tak ada yang tahu

Nyata disini ada yang mati
Mati semangatnya?
Mati harapannya?
Mati impiannya?
Karena apa?, barang kali tak ada yang tahu

Sesungguhnya hati yang terbuka, hati yang tenang dapat membuka sebuah lembaran hati beserta jawabannya.
Untuk siapa?
Tentu untuk diri yang tahu
Kepada apa?
Tentu kepada diri yang tidak tahu


Wahana Warna
Hijau, hijau dan hijau
Biru, biru dan biru
Merah, merah dan merah
Hitam, hitam dan hitam
Putih, putih dan putih
Abu, abu dan abu

Kalian semua; yang ada dan yang tiada adalah bagian dari warna
Warna bagi jiwa yang terluka
Terbungkus dalam sebuah wahana warna
Kalian, kami, mereka, dia, kau, kamu, ia dan semuanya
Tertancap mantap dalam paku–paku beton nurani
Tak mungkin dapat aku lupakan


Tak Disangkal
Dan aku membutuhkan mu
Seperti cinta yang aku cintai
Seperti rindu yang aku rindukan
Seperti benci yang aku bencikan
Dan diantara sederet abjad dan angka yang aku urutkan, disana ada kamu

Apakah aku harus mengadu
Apakah aku akan menyingkir
Apakah aku akan bertanya
Apakah aku akan membanggakan
Dan diantara sederet abjad dan angka yang aku urutkan, disana ada kamu


Orbit Hati
Tersenyum,.....................
Dan tak bisa hati lupakan akan kata-kata, yang masih terbesit dalam lubang ini, bahwa aku tak bisa melupakan mu
Hatiku sepenuhnya jadi milik mu
Pada siang ku; pada saat semua ragaku, aku bergerak untuk mu
Pada malam; pada saat semua jiwaku, untukmu aku bergerak


Diantar Muka
Terlihat bingung dengan helaan nafas yang panjang
Sementara aku mendekap pada guling dan kasur
Kau, masih lucu, namun tetap, masih selugu dulu
Sambil gigit jari kau berkata, “apakah cerita telah selesai?”


Tasawuf Naqsyabandiyah
Sejauh ini mata ku hanya memandang hampa
Dalam sujud dan sembah
Tercipta untuk persembahan pada Sang Kholib
Tak pernah tahu apa itu Syariat dan apa itu Hakikat??

Serupa majalah dalam lembaran wacana dapat mata lihat dan pikiran baca
Dalam sadar sewaktu bernafas; menjaga langkah sewaktu berjalan; melakukan perjalanan di tanah kelahiran; sepi ditengah keramaian; ingat, menyebut; kembali memperbaharui; waspada; mengingat kembali; mengevaluasi penggunaan waktu; memeriksa hitungan dzikir; dan menjaga hati tetap terkontrol
Selebihnya adalah zikir dan wikir
Dan aku pun tergiur untuk mengoda hati tetap yakin

Sejauh ini aku hanya berada dalam kefanaan
Dalam godaan dan cobaan
Tercipta dari Esa yang Maha Kekal dan Abadi
Yang aku tahu adalah bahagia dan derita


Mereka Ada di Ramadhan
Anak kecil bertanya, “baru berapa, dan sekarang apa?”

Manusia sedang berjalan dijalannya,
memperjuangkan dan bertahan.
Selebihnya tertahan dan tertanam.

Merangkai dijiwa,
lewat aura dan kalbu jiwa.
Sekurangnya adalah ada dalam dada.

Ia berkata, “ada dalam dada?!, apaan??”

Obat dari penyakit kita, secara tidak sadar ada dalam diri kita
Begitu juga, sesuatu yang tak kita sadari
Secara tidak langsung

Sepenuhnya kita tidak sadar dan separuh dari nafas kita terjaga, oleh karena, adalah diri kita tertutup dan tidak mau peduli
Begitu juga dengan segala sesuatu yang tidak terhingga
Secara benar dan baiknya

Ia berkata, “bersuaralah”

Seperti gema adzan, puja dan puji, dan dzikir
Kuat dan mau berbuat, tanpa perlu menggugat
Seperti Ia yang berencana menempatkan sesuatu pada sesuatu


Program Antar Muka
Ingat aplikasi dalam sebuah perangkat yang terjadi adalah imajinasi
Sebuah media permainan mengantarkan pada halusinasi
Terperangah dan terperangkap
Sehingga ditangkap, sebagai daya cipta dari pemikiran kecil

Leburan-leburan dari pikiran, secara pandangan adalah maya
Jadi yang tertidur akan menjadi bangun
Yang berharap akan berkhayal

Jadi sesuatu yang benar itu harus diyakini
Seperti pada dasarnya bahwa, meyakini haruslah yang benar-benar diyakini
Bukan dalam arti untuk banyak orang namun cukup untuk diri sendiri dulu
Sebenarnya Ia sedang tertidur pada saat pikirannya mundur


Kebodohan Nyata Ada; roman
Dalam senja yang pertama aku tanya, pada saat aku keluar dari rahim ibuku atas nama sperma bapak dan telur ibu, aku mencoba mengukir nafas diantara jejak-jejak kaki manusia—manusia yang telah tiada dan ada.
Pada saat aku menghirup udara bumi dengan jeritan, karena aku merasa bahagia telah bernafas lega setelah sekian lama menjadi mimpi-mimpi atas cinta kedua orang tuaku dan selama 9 bulan aku berada dalam rahim.

Aku adalah seorang wanita.
Diantara bayang-bayang kata dan nuansa bahasa yang mereka punya, aku diberi nama Siva Nur Amnestia, namun apalah arti sebuah nama didunia ini karena sebelum alam ini aku pernah melalui alam yang lainnya.
Sungguh nama didunia diciptakan hanya untuk dikenal dan dikenang bukan untuk terkenal dan terkenang.

Aku melihat saat 42 hari aku dilahirkan.
Aku mulai bisa tertawa dan membuat raut-raut perasaan dengan paras yang aku punya, seperti: senyum, benci, cantik, dan lain sebagainya.
Sungguh terkadang dalam pertumbuhan ini aku seperti sebuah boneka yang disampingku terdapat boneka.
Namun, alhasil aku mendapatkan gigi pertama.


Awan Awam
Aku tak tahu rindu ini untuk siapa
Sebenarnya rindu ku untuk siapa,
cinta ku untuk siapa

Terletak pada sebuah trauma
Akan luka yang sebenarnya masih bernoda,
aku tak tahu karena apa

Dan bilamana rindu ku adalah cintaku,
jika trauma ku adalah noda yang aku tak tahu kenapa
Lalu ada apa dan kenapa,
sungguh, kini aku terbatas untuk menguntaikan makna dalam rangkaian fakta

Dan sebenarnya aku hanya butuh keselamatan dan ketenangan
Akan rindu, cinta, trauma dan noda-noda
Kelapangan yang sesungguhnya,
sungguh aku seperti telah terkutuk untuk terbentuk


Oh Tidak, DAn (aku ingat kamu)
Ingatlah aku,
akan keburukanku, kekuranganku, kelemahanku dan ketidak berdayaanku.
Saat aku menjerit, takala aku tak percaya tak bisa memujudkan impian.
Akan mu, terkesan sungkan.

Ingatlah aku,
saat kau duduk disampingku sambil menonton film.
Akan rasa tanya yang aku sangkal.
Dan aku ingat aku akan mimpi yang kau harap.

Kelakuan ini aku pertahankan selama kurang lebih 9 bulan.
Tak lebih dari sana dan seterusnya aku merasa buntu.
Terjebak dalam daya ingat,
seingat daya nalarku, aku teringat akan ingatan.

Ingatlah aku,
oh tidak, aku mengingat mu.
Setidaknya, aku tak bisa menyangkal.

Dan mimpi ini adalah mimpi yang aku harapkan.
Seperti tak ada hentinya bercumbu.
Seperti harapan untuk menjadi nakal.
Dan mimpi ini terbentuk selama 9 bulan.


Siapa Aku???
¤_¤ >       ¤_¤ >       ¤_¤ >       ¤_¤ >       ¤_¤ >
Setan dalam dada berkata, “dasar pengecut”
Beberapa langkah malaikat, mengikat
Terjatuh dan bangun
Aku tahan sebuah pesan, akan harapan, agar dapat, tersadarkan
Beberapa bungkus rokok aku siram dengan alkohol
Dan bertahanlah dengan kebenaran mu
Tak luput dari kebaikan mu yang kau pertahankan

Disudutkan beberapa kata, antara baik/benar/salah/buruk,
manusia mengharap kebaikan,
karena kebenaran adalah milik Sang Ilahi

¤_¤ >       ¤_¤ >       ¤_¤ >       ¤_¤ >       ¤_¤ >
Temanku berkata dan bertanya, “kenapa kau puasa?”
Aku jawab, “aku malu”
Ia lalu tertawa, dan ia berkata sambil menunjukan gigi depannya, “malu ama siapa??”
Aku sedikit memberi senyum kecil dan berkata, “iya, malu ama diri, masa malu ama kamu”
Sedikit terheran ia mulai berkonsentrasi dengan pembicaraan, lalu ia bertanya lagi, “kenapa???”
Dan aku jawab, “karena didalam diriku ini ada Tuhan”
Dan ia pun tersenyum sambil menarik nafas yang dalam
Aku pun pamit dan pergi, karena ada urusan lain

¤_¤ >       ¤_¤ >       ¤_¤ >       ¤_¤ >       ¤_¤ >
Saudaraku berkata, “aku tak pernah bisa puasa, aku merasa puasaku tidak sempurna, susah puasa itu”,
lalu ia bertanya padaku, “apa gunanya puasa?”
Aku jawab, “melawan hawa nafsu, agar nanti waktu hari raya Idul Fitri menjadi hari kemenangan”
Ia lalu berkata, “bukan, puasa ialah menahan hawa nafsu, agar kamu bertakwa”


Dingin Yang Aku Kutuk
Tak lama setelah aku lelah untuk mengenal orang
Dimana teman disanalah kekecewaan
Dimana teman disanalah tertanam
Mengakar aku pada ketidak-tahuan


Keluhan Ku
Tersebutkan untuk disebutkan,
lalu mereka berseru tentang sebuah daya.
Diantaranya ada, mengungkap, mengandung,
dan terletak untuk dipetakkan.

Untuk cipta, rasa, karsa dan karya,
diantara beberapa kasta yang ada.
Tersenyum, simpul, tak mengandung lucu,
sehingga tersebut untuk dipersekutukan.

Tersebut untuk dipertanyakan,
sehingga mereka bertanya tentang arti dari sebuah makna.
Beberapa diantaranya ada kata, ada, sadar dan diketahui,
alam semesta beserta isinya harus disatukan.

Cemas hati ini, untuk beberapa lama,
ditelan kesombongan yang menafikan beberapa bisikan-bisikan.
Diantara sesuatu yang bukan lagi merupakan sesuatu arti lagi,
sehinga pertanyaan tinggallah pernyataan.


Ingin Ku
Awal ini harus aku akhiri
Sepertinya semuanya adalah cita dan asa
Namun, aku harus selesaikan, kalau bisa, hari ini juga
Sketsanya memang terlalu klise

Aku tak mau lagi bermimpi untuk memiliki
Aku tak bisa lagi berkata bahwa ini adalah yang terbaik

Pada akhirnya, apa lagi yang akan menjadi awal
Sepertinya semuanya masih selayak dan sepatutnya
Jika, aku bisa selesaikan, kalau bisa, semuanya, hari ini juga
Klise memang, namun telah menjadi sketsa jiwa

Jika ada yang dapat menolong, aku pasti berikan kata untuk dia, “malaikat penyelamat”
Jika ada lagi monolog, mungkin saat ini, kali ini, dan aku tak akan seperti ini

Sedih memang, namun ini adalah nyata adanya


Menyebut, “tolong aku tolol”
Mereka membunuh berdasarkan keyakinan mereka
Luka dikarenakan topeng-topeng monyet
Tersebar diseantero jalan-jalan kehidupan
Mereka menyiksa karena keyakinan mereka
Semesta alam menghembuskan angin dan air pun mengalir; seumpama para pendo’a

Membudaya; atur, marah dan larang
Dan cinta demi cinta, dan cinta dan cinta
Tuhan dan Tuhan, tolong dan tolong
Tolong kami Tuhan, kami adalah para pendo’a; mereka adalah pemuja asa


Aku Harus Tahu, Apa itu Cinta
Dosa?!?, mungkinkah ini terjadi
Terkutuk?!?, apa mungkin akan semakin menggema
SATU terbentuk dari do’a-do’a
TIGA lagi terbentuk oleh ASA-ASA
SEPERTIGANYA mengawang dan menerawang
MEMBULATKAN tekad dalam lingkaran-lingkaran ketiadaan kejelasan

Sepertinya yang terbaik untuk KU bukan yang terbaik untuk hidup KU
Disekitar LUBANG-LUBANG terdengar suara hati, bicara tentang, termakan makna, CINTA

ditempat yang tak ada manusia, bermukim wilayah yang tiada musim, ditemani TANAH-TANAH YANG SEMPURNA NAMUN MEMBAWA KOTORAN DAN SAMPAH;
kesempurnaannya dikarenakan IA DICIPTAKAN DARI TANAH, DIBERI UDARA DAN AIR DARI BUMI;
mengutarakan keinginannya, MELALUI API NERAKA TANAH ITU DIBAKAR DAN LEWAT CAHAYA SURGA TANAH ITU DITERANGI
dalam dua masa kehidupan yang berbeda dan lain daripada yang lain, TANAH MENJADI SEDERHANA DAN ISTIMEWA;
tak lebih dan tak kurang, TANAH ITU IALAH MANUSIA.

Disana, YANG LAIN DARIPADA IA HARUSLAH MENGABDI
Dan syirik tercipta dari do’a yang mengandung dosa
Diharapkan do’a tetaplah do’a; sesuai dengan KETENTUAN, KETETAPAN DAN BATASAN
SEBENARNYA CINTA ADALAH CINTA, BENCI ADALAH BENCI
Namun, kali ini, semuanya akan berbeda, DIKARENAKAN MELENGKAPI KARENA KESEMPURNAAN; untuk selamanya
dancintamunculdaridalamdiri; lewathati; melaluipandanganyangmembawakesan; tertanamlewatpemikiran; terhanyutdalam, sedalamperasaan.


Peti Mati
Wajah-wajah resah
tampar aku dengan tatapan kosong
tanpa batasan
dan tanpa akhiran

Dan rasa ingin ini adalah seperti cinta
seperti rasa ingin mati yang tak kunjung hilang
lenyap termakan kata
kata ini bukan bahasa namun makna

Jika boleh aku berkeluh kesah, tentang desah dalam berkisah, ciuman pertama dan keacuhan pada yang dipacu
oleh waktu; oleh-olehnya adalah kesan dan fana
fatamorgana tersaji untuk dijadikan pengejaran jiwa
kekosongan ini meneteskan keringat dan darah

Tuhan ya Tuhan; kapan rasa ingin mati ku ini akan mati
peti mati tersaji jelas, dalam surau yang buram; diatas tanah
digerbang antar kehidupan; aku melihat aku mengubur aku
dan cinta adalah kebusukan dalam kehidupan yang, dan, menuju kematian

Bilamana kata ini adalah penuh kedustaan
lalu, kenapa, saat ini, sekarang dan kemarin; aku masih saja mencintai Engkau, Tuhan
bila hari esok akan lebih baik dari hari ini
apa aku harus mematikan diri ini demi keindahan; yang tak aku yakini

Selamatkan, jangan ditutup; sapa Malaikat
dibaca, agar selamat; ujar Al-kitab
bahasa adalah kata penuh makna, namun kata tidak bermakna;
jika makna adalah kata, maka kata adalah bahasa jiwa


Yang Maha Misterius
Tuhan, aku baru mengenal Mu
Kau kenalkan aku pada ciptaan Mu
pada Malaikat, Nabi (Bapanya Manusia), Setan (Bapanya Jin), Binatang dan Tumbuhan (Pelengkap Alam Semesta), Benda-benda yang mati (Yang Indah), dan karya, rasa, cipta, citra, karsa
selebihnya adalah Engkau sendiri yang Maha Mengetahui lagi Maha Menciptakan

Kau yang Maha Menghidupkan lagi Maha Mematikan
Kau, lebih mengenal diri ku daripada diri ku
untuk ku, aku serahkan diri ku pada Mu
selebihnya tak ada tuhan selain Engkau, Tuhan Maha Pengasih lagi Maha Pengampun


Untuk, Wanita; katanya
Adam berikan tulang rusuknya, hanya untuk keberadaanmu
Meskipun ia tahu, bahwa tulang itu tulang yang teramat sangat vital untuknya
Adam berikan contoh untuk mu, dan Hawa memberikan nama; hanya untuk sebuah makna
Dibalik rasa penuh sayang dan perhatian, dahulu kala adalah tempat yang bernama taman firdaus


Empty Page
ada jiwa yang dibalut kekosongan,
mata katupnya menafikkan hal-hal yang sederhana.
sekilas ingatnya seikhlas hatinya,
dan diantara kata yang ada aku mengantarkan segudang daya dunia.


Mengukur Di Kejauhan
Tertimbunan dalam tempat yang tak tersaji tepat
Tempatnya berpijak tepat mengarah pada keselamatan daging yang matang

Beberapa penggalan kata jadi peninggalan bahasa yang membudaya makna
Sedikitnya yang tercipta adalah harta yang meninggikan cita rasa atas nama manusia

Mendung datang lagi, untuk yang kesekian kali, imperialisme berperang dengan kapitalisme, dan keduanya memojokan kalangan penganut paham komunis
Dikiri, kini tersembunyi
Diantara dunia ketiga yang mengagungkan atas nama cinta

Sesaat kata tak lagi bermakna, dan nyawa pun tak lagi ada
Terlalu pelik untuk jeli
Indahnya makna kata, tetap saja karangan manusia
Indahnya dunia adalah Maha Karya Tuhan
Dikarenakan fananya mengikuti kekekalannya, maka mengabdi akan jadi abadi
Sesungguhnya pemusnahan mengikuti perkembangan


Malam Mabuk
dan kita marah
lalu kita lengah
sesaat kita lemah
dikala kita lelah

syairnya kaku
katanya baku
waktu pun berpacu
dan hari berlalu rancu dan semu

makna lebih terasa
nyata dalam asa
terasa terperangah
seketika menengadah

dan aku pun terjatuh
tak jauh dari ombak laut
menjadi cerita lalu
menggapai langit biru nan semu


Rautan Kasar
Untuk yang pertama kali aku melihat muka-muka dibalut perban-perban
Diantara sederet nama yang ada
Entah masih ada obat yang tersisa
Disini terbungkus jiwa yang rakus

Masih sekesal hari yang lalu
Manis, semanis jiwa yang hampa

Untuk yang pertama kali aku melihat luka-luka dibalut perban-perban
Memakan makna dan menghilangkan fakta
Entah masih ada data untuk dicerna
Disini terbungkus rapat dalam kardus-kardus


Saling Melengkapi Satu Sama Lain
Setidaknya timbul tanya untuk menjadi tahu
Seumpamanya mengerti akan arti memberi dan menerima
Lantas, patutkah kita menanyakan soal pemaksaan
Tentang apa, dasar apa, atas dari pada apa, tujuan apa, dasar apa, niat apa dan untuk apa?
Lantas, dimana totalitas, konsistensi, eksistensi, konsekwensi; sebagai manusia yang mencinta pada yang dicintanya

Yang aku ketahui, setelah aku pergi, selepas aku menenangkan diri
Bahwa seumpamanya cinta itu adalah dua belah pihak disatukan sehingga tidak dapat dipisahkan; seperti bunga dan harumnya
Diantara pria yang lebih terpusat pada rasio dan wanita yang lebih mengutamakan perasaan; diantara yang satu itu terdapat perbedaan, bukan untuk dibedakan; selayaknya daya nalar yang mengalir
Sederajatnya posisi dan proposisi kita; diantara kekurangan yang saling menutupi
Dan sempurna sudah lawan jenis kita terhadap kita

Jadi, bergembiralah kalian umat yang bersabar, tertawalah kalian umat yang sadar
Setidaknya kata indah akan kita rasakan
Dan luka akan kita obati lewat hari per hari
Seumpama keharuman dari bunga, dan manisnya rasa dari buah-buahan yang segar
Seperti kalimat yang ada, cinta sederhana


Anggap Saja Aku Ini Tidak Penting
dengan begitu akan lebih baik
karena konsisten terhadap apa yang dikatai dengan totalitas
sungguh oleh karenanya aku lumpuh dan seketika tak dapat merasakan beberapa panca indera
aku ditawan oleh masa-masa yang buat diriku menawan, namun sekaligus dari itu semua aku adalah awan-awan yang mengawang-awang

tolonglah aku

selamatkanlah aku

lihatlah diriku, seutuhnya

semuanya, segalanya, secara utuh

jika benar ini adalah nyata, namun kenapa berita gembira itu belum terasa datang, dan peringatan selalu aku dengar menjelang
dan lebih baik aku tidak berarti sama sekali; bagi yang hidup dan bagi yang mati
sebenarnya aku berusaha untuk lebih baik, namun rasanya menjadi baik pun susah
aku hanya bisa bertahan, bukan untuk menang, tapi untuk dapat merasakan menjadi manusia baik dan normal

berilah mimpi-mimpi

berilah aku harapan

dan rasakanlah, sepekanya

jika tidak, semuanya, segalanya, seutuhnya; anggap saja aku tidak penting


Monolog, Arkeolog, Teolog; Tolong
*
Dikarenakan agama itu bukan berbicara tapi berbuat, dalam arti bukan berteori tapi praktek, jadi kita sebagai manusia haruslah bisa membedakan antara orang yang mengerti agama dan orang yang melaksanakan agama.
Dan niat pun menjadi sebuah penilaian.

*
Bagaimana dapat melihat warna hitam jika berada diruang yang gelap gulita, dan melihat warna putih jika berada ditempat yang terang benderang.
Sesungguhnya saat fajar dan senja lah, dapat dibedakan, karena malam tak dapat mendahului siang dan karena awal tak dapat mendului akhir.
Dan sekarang kau masih bersikukuh pada kebenaran, padahal kebenaran itu hanya untuk dirimu sendiri.

*
Dan (ingatlah) bahwa dunia ini tidak sebatas kata dan canda.
Karena sesungguhnya manusia diadakan dan diciptakan bukan untuk menjadi pelawak, namun ada juga manusia yang ingin ditertawai, oleh karena banyak hal, sebab dan alasan yang tertentu, dan tentunya Allah adalah Tuhan Yang Maha Mengetahui Segala Sesuatu.


17 Oct 05
dan kami buka puasa bersama
disana banyak tawa,
karena sesungguhnya kami telah menjadi sebagian dari manusia bertakwa

dan kami makan saling berbagi
tak peduli banyak atau sedikit,
karena sesungguhnya kami sedikit mengerti tentang apa itu fakir miskin

dan kami menjaga setiap perkataan yang ada
dikarenakan statment kami adalah netral,
karena sesungguhnya kami hanya ingin diselamatkan untuk menuju kedamaian

dan kita pun saling mengingatkan satu sama lain
tak peduli kemalangan akan menimpa kami,
karena sesungguhnya besok adalah hari yang tidak kami mengerti


atas dari pada, oleh karena, kepadaku; (Muram)
*
Disini tercipta kata-kata lantang sang ahli kitab
Berbicara seadanya, dan seadanya itulah yang menciptakan kerumetan dan semrawutan keadaan
Dengan gampang dan gamblang, mereka bersuara, tentang hati yang diisyaratkan bisikan-bisikan, padahal seharusnya tentang hati, haruslah hati-hati
Mereka sadar dan mereka mengetahui, tentang kebenaran, namun mereka menafikkannya (berpaling&membelakangi)

Menanti batas, batas segala yang tidak ada batasnya;
menanti akhir, akhir segala yang tidak ada akhirnya;
waktu berlalu, waktu berpacu.
Beberapa penggal kalimat Iwan Fals, dari Swami, untuk Perjalanan Waktu; dan do’a-do’a apa saja, caci maki apa saja

Dan manusia bicara cinta atas nama tuhannya; menyiksa dan membunuh berdasarkan keyakinan mereka
Para pemuja asa berkata, “jika kata tak lagi bermakna, lebih baik diam saja”

*
Jika kiri adalah haluan dan kanan juga adalah haluan
Jika haluan itu adalah seperti para kaum Nasrani dan Yahudi
Yang mengatas namakan bahwa mereka adalah keturunan Ibrahim; yang tidak berhaluan kiri ataupun kanan
Yang ada dari padanya adalah mendustakan, membunuh-bunuh para nabi, mereka-reka, mengada-ada dan menyesatkan

Dan Ibrahim adalah bapanya para nabi, keturunan yang baik dari padanya (jalan yang lurus), mengalir sungai-sungai diantara pepohonan yang rindang di tempat yang sebaik-baiknya tempat yang ada


Bunuh Karakterku; de jure no de facto
Identitasku netral, namun mereka menyebutnya kiri
Sebagaimana propaganda yang mengatas-namakan nama
Atas makna yang ada dan aku punya, namun sebagian banyak dari mereka mempunyai fakta, namun telah direkayasa
Yang sangat menjadi sengketa, dan telah menjadi penggalan kata dalam kamus bahasa, yang membudaya

aku cinta kiri, aku pecinta komunisme
aku ingin proses, aku dianggap menyebrang
karena mereka adalah haluan kanan, aku dianggap sebagai hal yang bersebrangan

Seketika itu kapitalisme dan imperialisme saling menjatuhkan dan menjauhkan satu sama lainnya
Tak lebih dan tak kurang, mereka bersekutu melawan gerakan baru, kaum sosialis
Dan di kiri ada korban (lewat media, buku-buku, film, pendidikan, dongeng, mitos, sejarahwan, dll )
Setelah komunis menjadi korban, lalu kapitalis dan imperlialis, membentuk dan mengatas-namakan diri sebagai kaum demokrasi
Demokrasi yang berglobalisasi melenyapkan makna atas dasar dari fakta-fakta yang dibungkus untuk membodohi orang lain dan memperkaya diri sendiri

Sisi kemanusiaan telah dihinakan dan revolusi ini tidak akan mati
Karena sejarah yang kalian kenal ialah sejarah yang direkayasa
Kami yang mereka katakan bahwa kami adalah kaum kiri, maka kami akan berkata, bahwa kami adalah homo homini socius, dan mereka yang merekayasa dan mengatas-namakan kami, mereka itu adalah homo homini lupus.


Kemungkinan Tanpa Keberuntungan
Dan telah ditetapkan kawan, segalanya, semuanya
Namun Dia tidak akan merubah suatu kaum jika kaumnya tidak berubah
Namun sebenarnya Dia lah yang Maha Berkehendak
Lalu, apakah aku seperti ini, atas kehendak-Nya atau aku tidak merubah aku

Sebenarnya; “apakah aku ini seorang kafir?,
seorang yang zalim?,
seorang hamba yang musyrik?,
atau aku ini adalah kaum munafik?”

Jadi, apa bila hidup ini adalah permainan, “buat apa aku ada?”
Seperti seorang bapak yang menganggap anaknya sebagai robot dan ibu yang menganggap anaknya sebagai boneka
Oh hal yang Ghaib; Ini seperti kalimat yang sering aku ucapkan; “..... dan hanya .....”
Kembali aku berpikir; “apa yang harus aku cari, gali, dan maknai?”

Sebenarnya diciptakannya keimanan oleh manusia agar manusia dapat bertakwa kepada Sang Pencipta
Dalam hal ini, cukuplah Tuhan sebagai Saksi dan Pemelihara
Orang yang bertakwa adalah orang yang berakal, berpikir, sabar, dan tak syirik
Sesungguhnya, ada tanya yang besar, pada eksitensi diri ini, “sebenarnya aku ini siapa?”


Dana Kompensasi Minyak Bumi
fenomena dadakan terjadi ditanah pertiwi ini
banyak orang, kaum masyarakat; mereka mengaku sebagai rakyat miskin
berbondong-bondong mereka menyatakan diri sebagai kaum miskin; menyedihkan memang,
sedikit ironis dan metafora perkembangannya pun semakin menjadi

mereka di didik untuk tidak terdidik
sekaligus tak luput dari pandangan bahwa mereka adalah kaum peminta-minta
tanpa mengurangi rasa hormat terhadap mereka; tolonglah antri, sabar dan jangan anarkis
sekali lagi sekarang, sedang merajarela orang-orang yang mengaku sebagai orang miskin

tak luput dari media, kabar dari kaum berakal dan berpendidikan,
bahwasanya mereka diajukan pada sebuah pemaparan untuk tidak berpendidikan

seorang nenek yang berumur 67 tahun meninggal, seorang kakek yang berumur 74 tahun meninggal; mengenaskan, mereka meninggal saat antri mengambil uang
seorang balita berumur 4 tahun merengek, menangis menahan sesak nafas nafsu para pengaku miskin, seorang anak kecil berumur 12 tahun terinjak-injak oleh sepatu-sepatu bau
sebagian besar dari mereka yang sebagian itu; pergi dengan amarah yang besar melempar, membakar, dan mencaci maki, atas dasar ketidak-puasaannya

sungguh tidak berpendidikan
sungguh menyedihkan
tak layak aku untuk tertawa


Kini Tanggal Tangga-Tangga
Sekarang Di mulai Kehidupan Ku Yang Baru
Menutup buku
Mengunci pintu
Membatas kalbu

tangga lalu
tangga-tangga
tangga kini

Tanggalkan baju-baju
Lepaskan buku-buku
Tutuplah guru-guru
Kehidupan Ku Yang Baru Dimulai Sekarang


Semalam; kesan hitam dan kesan putih (si abu)
Tak lebih dari menunggu kepastian, sebuah kepastian untuk pulang, diantara sarang nyamuk yang sama sekali tidak berarti untuk ku, menatap usang jejak-jejak sepatu, mereka meratap dengan menatap penuh ucap kalimat.

Telepon gemgamku ketinggalan, entah di mana; mungkin disebuah kamar, namun aku manusia yang bodoh dan lupa; tak luput dari mata-mata yang melihat nomor-nomor keberuntungan; sementara pasangan jiwa terdiam dalam hati, berkata dan mengucap, api ini telah membakar.

Sebuah kamuflase keadaan dari kesan ketiak-ketiak para pemusik; sejuta karya seni menjadi basi takala aku yakin bahwa aku telah tertimbun untuk kesekian kali; beberapa kitab dari tafsir-tafsir menyeretku untuk lebih menggali dan memaknai, untuk jalan menuju kesadaran; dan sebenarnya kabar gembira dan peringatan itu telah datang pada ku.

Diantara pilihan yang ada, sejuta cerita, sebuah daya cipta tentang hari kemudian; kini aku harus punya niat
Sementara dia masih mencoba mengusik jiwa ku yang hanya memanjakan raga dengan poya-poya, tertawa terbahak, nyanyian memabukkan, tatapan kesenangan, dan kesalahan semuanya ada padaku
Aku renungkan dan berkata, “yap, bener banget”, namun dalam hati terpaku kata yang berbisik secara berulang-ulang, “jadilah dirimu sendiri, karena hidup ini adalah sendiri”
Seakan memberikan sebuah rasa semangat untuk berjuang dan meringankan beban, kau berkalimat, “hidup adalah senda gurou dan permainan”
Aku hanya bisa mengucap, “benar, orang beriman dan bertakwa pasti orang yang berakal dan berpikir, namun tidak sebaliknya”


Sesuci Cetak
Dan yang ada didalam tanggapanku, tentangmu
Dalam sejuta asa yang pernah aku timbunkan dari sisi ketimbulan yang mengutarakan keinginan akan sesuatu yang nyata dan pernah terpikirkan; sebelumnya
Sementara itu didalam sebuah gedung yang dengan tujuan memperbanyak kertas-kertas diantara tinta hitam
Aku mengkhawatirkanmu, padahal aku sendiri pun mengkhawatirkan

Yang ada dalam argumen tentangnya bahwa kau bukanlah seorang murahan
Sementara susu coklat hangat hanya bisa membuat otak terbuka untuk pemikiran-pemikiran tentang gagasan dan wacana-wacana
Dibuyarkan oleh asap-asap putih dari nikotin dan tar
Aku punya sebuah referensi akan lisensi, bahwa oleh mu aku dianggap dia; aku harap bukan


Musuh Hidup
aku diancam tiada
aku diteror mati
aku akan dilenyapkan atas dari bahan kepuasanya
dan dia meyakini apa yang dilakukannya adalah benar

aku ditakut-takuti
aku dihalang-halangi
aku akan dibunuh atas dari bahan keyakinannya
dan dia puas oleh karena yang dilakukannya

seusai perdamaian
dalam pemahaman akan ada perpanjangan
dan cerita ini akan membumi
diantara langit yang ada; aku diancam akan dibunuh

setidaknya aku bisa mensyukuri, bahwa aku diingatkan
setidaknya aku tidak akan bersedih hati, karena aku harap aku tidak berdosa sedikitpun atas kelakuan mereka
dan peringatan ini, aku yakini; atas dasar kelengahanku, dalam kelalaian yang aku kutuk sebagai mahluk hidup yang bertakwa, beriman, berakal, berpikir dan mengetahui
sebagaimana, yang telah ada; aku yakin tidak lama lagi aku akan tiada oleh mereka; namun aku yakin Tuhan akan selalu bersamaku, menuntunku kepada jalan yang lurus dan penuh cahaya; dan disini ilmu hikmah dan ikhlas aku dapatkan dan aku pelajari

aku diancam tiada
aku ditelor mati
aku ditakut-takuti
aku dihalang-halangi

dan aku tak mau ambil pusing untuk peduli
dalam mimpi, ada bisikan, “tegakkanlah keadilan”


Retak; tulang rusuk ≈ busuk tulang
bercucuran air-air suci
dalam hati bertanya-tanya tentang apa itu surga, karena timbul tanya karena pernyataan; sebagaimana aku mempertanyakan soal kebenaran (keadilan dan kejujuran)

mengalir sungai-sungai dan tumbuhlah pohon-pohon anggur
jadi bertanya-tanya, “mana ada, minuman keras yang tidak memabukkan”

aku akan mencari bukti untuk diri
dalam lembaran-lembaran kenyataan yang akan aku dapatkan
dan aku bukanlah seperti orang tua ku
karena kebenaran adalah sesuatu yang otentik

bercucuran air-air suci
mengalir sungai-sungai dan tumbuhlan pohon-pohon anggur
buah-buahan yang subur, yang layak dan patut untuk dimakan, karena sebaik-baiknya
ada; aku terseret untuk bergeser dari hentakan kata-kata yang mematikan, menyekutukan; Tuhan

aku tak mau ada lagi keragu-raguan akan kejujuran
dan aku tak mau lagi mengalami perubahan-perubahan yang menganiaya diri dan semuanya menjadi nilai kesia-siaan
tak luput dari lumpur-lumpur, yang dijadikan simbol kekafiran manusia dari sebagian banyaknya
dan berhala-berhala tak lebih jauh beda dari sebuah patung yang tidak memiliki karya seni sedikitpun


Anti Plat B ( B 8121 QD )
pada waktu itu, telah ditentukan, sebagai mukjizat yang maha dahsyat, dari zat yang aku takuti, dari sebuah pesan singkat
“tidurlah, sudah malam”

seketika aku bagaikan layang-layang yang lepas dari benang
tersangkut dibahu jalanan
dalam kecepatan tinggi dan kegembiraan yang meluap-luap melebihi batas
aku tersungkur; dianiaya dan dihakimi; sebagai mahluk yang penuh salah; oleh mereka yang zalim

senjata digemgaman tangan; mereka letuskan
dan alat gerak (kaki dan tangan) mereka hantamkan
tak luput dari kata-kata kasar dan kotor yang mereka luapkan pada kekesalan, rasa sebagai hakim, jagoan, bahkan mungkin tuhan
listrik pun menjadi alat bahan percobaan dari rasa ingin menjadi model diatas catwalk

dan aku bersama ketiga temanku telah mereka renggut harga diri atas dari kemerdekaan yang utuh; mereka rebut, sekan-akan aku adalah seorang budak
gerak-gerik dua pasang manusia yang sedang dimabuk oleh hawa nafsu yang sangat binatang, semakin menjadi
sebuah senyuman manis namun menjijikan membuat temanku muntah; dari raut muka dua wanita didalam mobil sedan
lalu, dua pria itu menawarkan kematian yang panjang dan mereka memanjangkan perjanjian gencatan senjata

semoga tuhan mengampuni mereka
semoga yang Maha berkehendak memberikan yang terbaik; dan rasa sabar dan sadar ini, tetap bersama kami; tak lepas dari harapan kami, “semoga Tuhan selalu ada disisi kami”


Antusias
deretan angka telah aku lewati
namun mundur pun tidak, maju pun tidak
apakah aku ini manusia yang seadanya
bertahan tanpa tahu akan kemenangan

sederetan istilah mendapatkan peran dari segi peranan
namun tertidur pula pasti akan kau dapatkan
dalam mimpi panjang yang ibu mu harapkan
dan bapa mu berkata, “bergeraklah kau nak”


Ode Daripada Tidak
Sesungguhnya kata maaf sama sekali kurang mamfaatnya
namun daripada tidak aku lebih baik mengucap
dari sisi proposi atas tindakan rekontruksi
aku sejajar dengan koreksi diri dan perbaiki dengan jeli

Sesungguhnya kau melihat saat aku merasa tidak ingin dilihat
kurang lebih pada kata demi kata yang mengikat, aku ingin menghilang
jauh daripada gunung terjal yang ingin aku daki
mengendus dikala sinar sang fajar jatuh di dalam dada

Wajah-wajah bercahaya oleh karenanya
mengutamakan upaya atas daya karsa dan karya yang tak menipu daya
segelintir atas roda-roda berpacu dalam segudang waktu
aku mengadakan prilaku atas sikap dan ucap


Dia Berkata, Dibelakang, Mungkin Aku Mabuk
kelam dalam kejam
seketika senja mengucap
diantara seadanya kata
dan bahasa membudaya

nenek moyang berjanji dalam mitos kepercayaan
mengutamakan tradisi dari sisi kata
mengakar, sangat kuat
seketika aku kalang kabut oleh tanya atas ketidak-puasan jawaban

dan aku dihadang oleh larangan demi larangan
senyuman tidak terpuaskan, putus
tersentak sedemikian, lalu kadal-kadal buntung mencari ekor
tanya dalam dada, “ada apa?!?”


Tak Berdaya Mengucap
hitam pekat, penuh busa, aroma keganjilan dari alkohol 40% aku muntahkan
terhentak dari nyanyian para perempuan-perempuan dipinggiran pantai
tercemoohkan oleh mereka-mereka yang menyindir keras oleh birahi para selangkangan yang jalang
dan aku terjatuh dari kursi yang tanpa busa

sedemikian menyesal setelah aku pikirkan
tak menikmati dan tidak menjalani
sisa-sisa nafasku hanya aku pergunakan untuk mengatur apa yang tersisa dari dalam dada
uhH, tapi sayang aroma vokda itu masih dapat aku cium

berjalan sempoyongan diantara jalan-jalan
satu per satu kawan hampiri ku dan berkata dalam jelas, “dari mana?, mau kemana?”
sesak aku tekan dalam dala, namun otak tak dapat sampaikan pada indera pengucapan, dan hati ku berkata, “yang aku inginkan hanyalah surga”
sedemikian nista, namun dalam sadar aku masih bisa berharap

Pada Apa Yang Masih Dapat Aku Nikmati, Namun Sepatutnya, Sebenarnya, Tidak Usah Aku Lakukan
usai dengan hari, waktu aku lalui
waktu mengucap dengan jelas dan tegas diingatan ku, “masih ingatkah kau, dengan pelajaran yang kau dapatkan kemarin hari?, menyesalkah kau?!”
beberapa kerabat berkata, dalam sadarnya, dengan penuh sadar ia ceritakan kebenaran
pada saat aku menyandar, akan rasa sadar yang aku tumpukan
“kemarin pagi aku melihat, ada muntah darah, dekat kursi yang kotor dipinggir pantai”


Potong Dan Sambungkan
Disini aku menapaki kitab-kitab dari berbagai zaman dan secara tidak sadar ini adalah bagian dari terpendamnya sejarah, dan ghaib adalah kata yang terbungkus oleh kenyataan
Secara acak, aku memberantakkan pendapat teolog dan arkeolog
Disegudang kata yang ada, aku mencoba berkata kepada monyet ataupun mahluk purba dari zaman batu
Dan bilamana batuan itu berumur, berarti batuan itu dilahirkan tidak secara serentak; dan bilamana Adam dan monyet itu disamakan, maka apa jadinya manusia dizaman sekarang ini

Masih selayaknya aku berdo’a pada aku dan berharap pada usahaku sendiri
Atas daripada kehendak yang aku hendaki
Dan keinginan demi keinginan menggalang diantara apa yang mereka sebut, bukan untuk diutamakan
Seperti ada sebuah kejanggalan diantara apa yang dapat aku sebutkan sekarang ini, seperti rahasia angkasa raya

Dari pemikiran yang sedang, aku menari dan bernyanyi lagu jiwa kepada Penciptanya, atas dasar penciptaan
Dan apa mungkin manusia-manusia sedang berkhayal, tidak lagi berharap; karena ragu akan adanya Tuhan
Oh daya cipta yang luar biasa adanya ini, secara nyata aku berpikir untuk mengetahui, tentang apa itu Pencipta
Dan biarlah semua ini menjadi cara untuk memelihara atas dari pada tindak dan ucap para saksi-saksi

oh Tuhan, oh Adam, oh Ibrahim, oh Muhammad
Tolonglah aku yang tolol atas pernyataan-pernyataan
Puaskanlah aku karena pertanyaan-pertanyaan
Selamatkanlah aku dengan jawaban demi jawaban


Normalisasi
ada sebuah tahapan, yang bisa kita analisis, untuk sesaat kita pikirkan, agar kita mengetahui, bahwa sebenarnya kita adalah mahluk yang beriman dan bertakwa
diantaranya ada sebuah perancangan untuk menggapai kata yang disebutkan sebagai atas daripada tidak mengada-ada; dan kenyataan akan bicara tentang kebenaran lalu kejujuran
seperti proses alur kehidupan, yang mengalir adalah sesuatu yang pantas dialirkan; bila tidak maka akan terjadi tumpukan dan tabrakan
dan kita terbentuk atas dasar hitam dan putih; dan itu wajar, karena sesungguhnya aku pun tidak jauh beda dengan manusia yang jatuh bangun


® ÃŽGhT
Siapakah diantara kalian yang hidup dibumi ini, yang mengetahui prihal yang satu ini
tentang ghaib, tentang sesuatu yang hanya Tuhan tahu
dan tetesan demi tetesan berkah menjadi anugerah yang harus kalian mamfaatkan, sehingga nyata terkadang akan menjadi sebuah fitnah
aku menatapi sebuah tirai-tirai yang pernah aku dapati dan aku bungkam sehingga terbungkus oleh asap-asap langit berwarna putih

Dia yang mengetahui apa yang masuk ke dalam bumi
Dia yang mengetahui apa yang keluar dari dalam bumi
Dia mengetahui apa yang turun dari langit
dan Ia mengetahui apa yang naik ke atas langit

Kalian pikir hidup di dunia ini adalah tempat untuk bersenang-senang belaka
Sungguh celaka,
Ingatlah bahwa nanti akan datang peringatan dan kabar gembira kepadamu
Dan kalian pikir peringatan itu tidak akan datang kepada kalian

Ia mengetahui apa yang kamu lahirkan, apa yang kamu rahasiakan dan apa yang kamu sembunyikan
Sesungguhnya sekecil apapun itu, meminta pertolonganlah kepada-Nya
Karena Ia mengetahui jalan yang lurus (Terbaik dari yang terbaik) dan menghendakinya untuk umatnya
Dan Ia ialah Allah yang Maha Penyayang lagi Maha Pemurah


Puas, Setelah Menggampar Mertua
kebingungan
terkadang sesat
untuk sesaat sesal
pucat kelopak mataku
dari ujung ke ujung
diantara orang yang mengantar
makam demi makam
sungguh cerita ketidak-abadian
dan aku adalah bukan apa-apa
seketika emosiku memuncak
tak rela melepas dia

kata demi kata terucap
dalam pancaran lidah
dia berulah
nafsu buyarkan tujuan
dan prosesnya adalah pucat
dalam senyawa-senyawa
buih cinta ini telah melekat
tak terelakan kasih sayang
rasa sayang yang melebihi sayang terhadap diriku sendiri

dan, namaku adalah syaitan
terletak di bara-bara api
yang panas
yang seketika bercampur nafsu
dalam ruangan dunia, aku adalah musuh yang nyata
seketika tangan mulai angkat bicara
diantara bingung dan amarah
dendam ku ikut bicara
dasar ketidak-sadaran mencerna

nalar ku berkata tanpa perasaan, “aku puas”
hati ku mengucap secara tidak logis, “aku ikut menyesal”


Aku Bukan Juru Selamat
Biarlah hanya Tuhan yang menjajahku
biarkanlah hanya Ia yang memperbudak diriku ini
secara bathin ataupun secara lahir
biarkan Ia menjadi pemelihara, saksi, penolong dan lain sebagainya

Jangan biarkan seseorang menghalangi jalan-jalan Tuhan
dikatakan sesat, agar terkesan layaknya sihir
dan ingatlah (manusia) bahwa setan adalah musuh yang nyata
sebagaimana, aku yang mencoba membuat kesan, bahwa ghaib bukanlah tentang mahluk halus

Di zaman yang sedang berkembang kepada berhala-berhala baru
kepada cinta, harta, dan wanita; yang sepenuhnya adalah neraka
akan kekuasaan, kekuatan, dan pemerintahan; yang kesemuanya dosa
dan jahiliyyah ini semakin berkembang menuju perusakan massal

Biarkan aku berusaha mengubah diriku sendiri
sebagaimana banyaknya sholat yang aku rasa dingin pada sekujur tubuhkku
sebagaimana kalimat-kalimat Al-qur’an yang aku baca, memaknai dan membasahi jiwa dan lidahku
dan sesungguhnya semua yang dibumi dan dilangit berjalan dan bergerak atas kehendak Mu

Dalam enam masa pembuatan
semoga aku mendapatkan cukup dengan dua masa saja
sebagaimana niat yang aku tetapkan, atas dasar ketentuan yang engkau turunkan
dari sinilah, aku berjalan menurut jalan-jalan yang ada


Melankoli Ayat
Rasanya tidak wajar jika aku bertanya yang bukan-bukan
Aku ditampakan pada diri yang mampu berdiri tegak
Pada dasar memang kehendaknya adalah untuk berkuasa
Seketika itu Hawa terkesan empiris sehingga sikap skeptis tampak jelas pada Adam, sehingga hal layak Tuhan menampakan idealisme-Nya yang realistis didalam sebuah doktrinisasi dan dogmatis, namun untuk para budak dan tuan terdapat makna-makna berjiwa praktis
Aku mencapai sebuah kalimat-kalimat yang tidak bermakna dan tidak berfakta, sama sekali
Sekali pun kali ini aku tidak percaya dengan apa pun, namun bukan berarti tidak ada apa pun, namun sebaliknya
Selayaknya eksistensi diri dalam totalitas hidup
Aku memaparkan sebuah wacana dari sebuah gagasan yang mengandung kesan-kesan
Dan istimewanya hanya daya nalarku saja yang berakal sehat, yang mampu memberontak pada sebuah adat latah, panca indera jiwa dan dunia dusta yang kosong
Selayaknya masih ada fenomena-fenomena yang menampakan dari sebagian yang hanya aku ketahui hanya sebagian

Apakah janji Tuhan itu janji palsu?
Apakah Alkitab itu hanya karangan manusia?
Apakah Agama itu hanya sebuah sejarah yang di rekayasa manusia?

Pada akhirnya kekhawatiran ini menghasilkan sebuah keganjilan
Tak luput dari kegelisahan yang menghasilkan sesuatu yang tidak masuk akal
Dan sesungguhnya aku hanya mampu berkata, apa yang telah banyak orang katakan, berkata, “sesungguhnya aku tidak jauh beda dengan kamu, aku adalah manusia yang sama-sama menunggu”


Aria Sophia Avianti
Dan seketika itu kura-kura ku hanya bisa aku beri sayur-sayuran
permasalahannya adalah sosial kita hendak dibawa kemana
seperti sebuah haluan, namun sebenarnya bukan
aku datang lewat surat dalam botol di tengah lautan yang hitam

Kebingungan ini menciptakan keputus-asaan yang didominasi oleh rasa frustasi dan trauma yang mendalam
seakan-akan tidak dapat berdiri tegak
dalam naungan malam yang hitam terarah menyinari jiwa
aku terputus dalam sebuah agresi menentang indera

Terniang akan seorang anak yang akan Tuhan ciptakan
diberikan kepada ku sebagai sebuah cobaan dan titipan, dia adalah seorang Aria, yang mengenal Sophia, didalam keadaan Avianti

Ditempat ku, yang aku puja sebagai bahan pujian ku kepada Sang Pencipta
aku kalah dan aku seorang pengecut sekaligus pecundang yang menawarkan sebuah penyakit menular, yaitu kekosongan

Tak lebih dari sebagian dari yang sebagian itu, aku berontak melawan tindakan pengekangan, atas jiwa yang berangsur-angsur sadar
Diantara sebuah opini yang menawarkan kebenaran dan menjajakan makna salah, baik, buruk dan benar
Berangkat dari ketidak-pastian yang langsung ditawarkan dari sananya, aku berkata, “mengapa harus seperti itu, bukan seperti ini”
Jikalau aku normal maka mungkin aku akan menerima dengan begitu saja, namun hidup yang sesungguhnya adalah menawarkan gagasan dari kesan begini begitu


Puisi Yang Kau Pinta; seadanya; gish
Mungkin, ada baiknya jika aku tidak berarti sama sekali
Disaat ada paparan tentang kenyataan yang pahit, kejujuran yang pahit, begitu pula dengan kebenaran

Hanya nalarku saja yang mampu memberontak pada semua indera dan dunia latah
Seketika itu doktrinisasi agama memaparkan tentang kelayakan hidup

Oh langit, hamparanmu terasa nyata
Takjub, mata memandang, namun tak urung hatiku pesimis

Jika melankoli hidup ini terlengkapi, apa dasarnya aku harus mencintai nasibku sendiri
Dan anggap saja diriku tak berarti, karena bintang pun satu sama lainnya seakan tidak peduli, meskipun mereka saling mengisi

Dan kau matahari, di mana keberadaan mu saat aku bertanya sebuah arti, saat aku berharap pada bintang jatuh!


Satu Hal Yang Esa
Tak dapat aku pungkiri dalam setiap keadaan, bahwa selayaknya aku tidak dapat menyekutukan, apalagi memilahnya dalam hirearki yang tak bermamfaat sama sekali
Sekali lagi, aku tidak dapat menyamakan, apalagi membandingkan tentang tuhan
Bahwa sesungguhnya tuhan tidak lain merupakan sebuah sosok yang tidak memerlukan siapapun, apakah itu benda mati ataupun benda hidup; tidak bergantung

Namun yang pasti adalah, di mana ada sebuah dualitas yang saling berlawanan
Yang layaknya terkesan seperti abu, yang seakan-akan saling bertergantungan satu sama lain, dalam sebuah makna yang terkait dan terikat erat, dan yang tak dapat dipisahkan

Bahwa timur – barat, utara – selatan, baik – jahat, benar – salah, mati – hidup, siang – malam, manusia – setan, matahari – bulan, perempuan – laki-laki, dan lain sebagainya. Namun Tuhan tetaplah Tuhan.

Yang terdapat adalah sebuah kesan, wacana, gagasan ditelusuri dalam, dari skala sebagian atas nama
Dan biarkanlah aku memilih antara; aku keluar dari dunia ini atau masuk kedalam dunia ini, karena pertanyaan diri ini adalah jawaban atas segala pernyataan diri tentang, eksistensi dan totalitas

Dan waktu adalah bahan penilaian dari semua keabstrakan yang hina dan peka untuk mendominasi
Selayaknya buah pikir manusia untuk mendapatkan makna, mencari fakta, mendalami peran; semuanya hanya untuk sebuah kebenaran; kebenaran sejati.
Dan penutupnya adalah waktu, waktu yang diciptakan Tuhan.


Hai, Yahudi
ingatkah kalian akan kecerdasan
pada saat kalian adalah seekor manusia yang hitam, dengan serta-merta kalian disekaliguskan menjadi kambing hitam, dihadapan mata yang telanjang
karena ramalan telah mejadi kenyataan
sesungguhnya karena harapanlah aku bisa hidup, karena hidup memerlukan sebuah keyakinan, dan yang diyakini itu haruslah yang hakiki atas dasar sama rata dengan kebenaran yang agung, lalu keyakinan itu menjadi sebuah harapan, buah harapan yang terus diperjuangkan; agar bisa hidup

sementara orang diluar sana, membicarakan konteks sosial ataupun ras bahkan sebuah kasta yang diagungkan kaum pendeta dan elite yang borjuis
diantara inferior yang tertata jelas, dalam kasat kacamata tebal yang samar dalam menyikapi hak azazi manusia
namun nyata disini tertanam sebagai ladang yang subur, buah dari penjajahan
inikah yang kalian cemaskan

dan binatang jalang adalah manusia yang berpemikiran kurang ajar dan kurang waras, meskipun cerdas
sekurangnya adalah kulit yang dikuliti
tak urung melaksanakan kewajiban lalu hak
namun kepentingan umum demi kepentingan pribadi; dan atas nama negara, seakan menjadi samar, karena semuanya dikatakan untuk kepentingan bersama

Dibenaknya ada perdamaian dan ada juga peperangan, Dibenaknya tertanam subur kebencian antara yang satu dengan yang lainnya; Dendam. Dan subyektifitas atas obyek yang relevan namun tak masuk diakal ini harus diperbaiki, Termasuk semua yang tertata dalam sejarah bahkan jika memang terasa sangat untuk diperlukan cerita dalam Al-kitab pun harus dikaji kembali.


Probalitas Ku Akan Tanda; relativitas korelasi
Salah satu syaratnya adalah aku harus mempercayai hari kemudian (Akhirat), yang didalam konteksnya terdapat tatanan tempat; surga dan neraka
Dipertanyakan; jadi kapan awal ini akan berakhir?, apakah saat mati, atau kematian itu adalah salah satu bentuk lain dari akhir
Lalu apakah surga dan neraka itu?, apakah memang harus ada, dan jika tidak ada pasti teori perulangan yang abadi adalah suatu kemungkinan yang dapat dipercaya

Dan aku pun harus percaya dengan adanya hari akhir (kiamat), yang didalamnya tertata sebuah pemusnahan massal atas penciptaan bumi dan langit secara penuh dan secara bersamaan
Dipertanyakan; jadi kapankah kiamat itu akan datang?, jika tidak ada mengapa secara naluri manusia harus takut, dan bila memang tidak ada maka teori tentang manusia tidak harus mempunyai agama dan tuhan dapat dibenarkan
Lalu apakah tanda-tanda dari kiamat?, jika memang dominasi akan sebuah bentuk alam yang semakin jauh dari kebenaran, mendekati sebuah penyesatan, dan mayoritas yang mendominasi minoritas menjadi sebuah kebalikkan

Perempuan????????????????!
Jika jumlah perempuan makin banyak dari pada laki-laki
Jadi apakah, yang dimaksud dengan ‘jumlah perempuan’
Bahwa perempuan kehilangan jati dirinya atas kefemininannya
Sehingga mereka mencari status untuk dapat mendominasi akan hasrat kehendaknya untuk mendominasi laki-laki
Dari bentuk penganiayaan, dendam, serta rasa hina yang serta merta membentuk opini, aku perempuan yang dapat merubah pemikiran laki-laki bahwa aku dapat berubah menjadi laki-laki, meskipun kalian (laki-laki) dapat berubah menjadi perempuan, namun hanya perasaan saja


Tindak Lanjut Ku; kecintaanku pada femininisme
Dimana sebagaimana adanya
Dalam sejarah
Ataupun tatanan hukum atas negara
Ataupun anggapan sederetan dalam kesantunan yang memilukan
Tak luput dari menghimpun kekuatan untuk kehendak berkuasa

Kenapa perempuan tidak mempermasalahkan kekuasaan laki-laki? tidak ada subyek yang sukarela mau menjadi obyek; karena tidak esensial

Sungguh aku merasa takut
Akan dogmatis dan doktrinisasi dari tindak lanjut ku akan mendomisasi satu sama lain, akan hak yang lebih dan penuh daripada kewajiban

Merasa cemas akan hari esok
Akan ada sebuah pengumuman bahwa laki-laki akan dijajah perempuan mulai hari ini

Namun tak ayal dan tak dapat aku sangkal
Aku menyukai manusia yang berani bersikap
Meskipun aku tetap menyukai sifatnya yang peka
Dan sosok lain itu adalah perempuan

Makna absurd, adalah cinta yang relatif
Maknanya adalah absolut, bahwa semua cinta yang ada dalam semesta ini sebenarnya sederhana


Esensi sensitif
Wajar jika manusia berlaku sewajar-wajarnya
Diantara kata yang memelas, terkesan untuk yang tersayang
Lantas mau dibawa kemana bahasa yang telah membudaya ini
Selayak poster ditembok kamarku, “kata adalah senjata”

Kini, yang pasti, yang sepatutnya aku pertaruhkan, adalah harga diri
Bilamana aku menganggap kamu tidak mengenal aku karena pada dasarnya aku tidak mengenal diri mu
Jika kalimat telah terpaku bahwa manusia dilahirkan secara berpasangan
Lalu mengapa ada acara formalitas segala


Sebaiknya Aku Menghilang Saja
Ada jawaban yang tepat bahwa orang dilahirkan untuk orang
Pada saatnya nanti aku akan berkata, bahwa aku ini orang yang tidak normal
Seperti yang pernah terucap tentang indera ke enam
Ada tanya dibalik ini semua, “kenapa aku?!?”

Mengintimidasikan, mendiskriminasikan, secara konsekwen bahwa selayaknya aku menghilang saja
Jika telah datang apa yang akan datang
Jika pada puncaknya ada kata kasar seperti ‘@nj!ng’, memang presfektif yang aku pandang adalah demikian
Seperti sangkaan yang aku sanggah bahwa aku adalah bukan binatang periharaan

Selayaknya manusia berambut pirang, yang berkehendak untuk menyusun kekuatan. Kekuatan atas kebebasan seseorang untuk mengalahkan seseorang. Adalah rasa hina akan sebuah moralitas yang rendah. Dalam urutan kelas yang aku anggap sebagai wawasan kebelakangan yang cukup jelas sebagai kata dalam filologi yang afromis, yang ditilik sebagai ‘belaka’ saja!....

Dan kehampaan ini akan sirna seperti lautan yang luas
Diantara daratan yang aku temui, ada sedikit manusia yang dapat aku percayai
Jadi sebagaimana kata tidak dalam sinonim bahwa aku adalah binatang yang pada kelasnya aku bukanlah binatang
Selayak anatomi kamu yang memandang takala aku tak ingin tampak ada dihadapan mu

Jadi saat itu adalah kesalahan terbesar ku adalah saat aku berpikir, bersuara, bertindak, lalu berpikir kembali; sehingga perulangan akan rasa takut akan kehilangan pun semakin nyata adanya, karena jujur aku takut kehilangan seseorang karena adanya orang lain dan aku rela jika aku kehilang mu karena aku


Noumena
saat datang, tanya
saat istirahat, lelah
saat pulang, cemas

wajarkah aku bila dikatakan sebagai manusia

setarakah aku dikelasnya

mengabaikan semua cipta dari kata yang menggambarkan jiwa

masih wajarkah aku jika bertanya tentang perasaan

bila aku tidak puas dengan keputus-asaan yang aku dapatkan

masih manusiawikah aku, sebagai bentuk karya seni tuhan yang sempurna
mati
hilang
mabuk
sadar
sehat
muntah
semuanya tertera dalam keadaan, namun tetap saja hampa

Kaidah ini adalah metafora-metafora tanpa perumpamaan
Dalam kajiannya, mengungkap hasrat untuk berkata sekaligus nyata sebagai tindakan
Bahwa sebenarnya, terkadang aku seperti orang gila, yang sering kali berkhayal, dan khayalan itu menjadi sebuah kenyataan; sehingga hinggaplah simpati paranoid ku
Dan semakin lama, semuanya semakin memuakan dan menjijikan, untuk bangun dan bernafas, karena aku sering merasakan mati dan tidak bearti, dan semuanya bukan sebatas mimpi


Masih Teu Ngarti Keneh ! ! !
Berapa kali aku ucapkan, harus ratusan kah?!?.
Berapa kali aku sisipkan, harus ribuan kah?!?.
Berapa kali aku ungkapkan, harus jutaan kah?!?.
Berapa kali aku terangkan, harus miliaran kah!?!.

Aku lelah dan tak sanggup lagi,
hanya ada satu kata yang tersisa yaitu, ‘menyerah’,
itu pun jika bisa.

Penciptaan tanya dan perlunya perluasan makna atas dasar kesengajaan pada apa yang mengutarakan maksud pada sebuah subyek untuk orang lain
Seperti aku yang disamakan
Sepertinya aku yang harus menerangkan, lagi dan lagi

Akan kah, tenang. Akan kah, senang. (Sayang Teramat Sayang).

Tak puaskah manusia dengan hujan airmata
Tak puaskah manusia dengan suara tepukan tangan
Tak puaskah manusia dengan berjuta ucapan selamat

Selayaknya sikap iba dan perkataan terimakasih; adalah senjata agar kau terlihat jelas sebagai orang yang dilihat
Padahal sesungguhnya, kau pun tahu, bahwa aku ini tak mau menjadi manusia yang punya vokal
Dan masih selayak yang kau harapkan dan perbincangkan, namun tetap aku masih bisa berkata, “dalam hidup ini, akan tujuan dan maksud, aku tak pernah punya pikiran ataupun waktu, ataupun sedikit waktu dan pemikiran untuk menjadi orang kaya raya (harta, tahta dan wanita)”
Dan kau pun tahu, aku hanya ingin menikmati hidup ini, agar lebih hidup

Dan jika tidak, menghilang adalah kata yang tepat dan obyektif.


Dasar Belegug.......................!
lo kira aku ini apa, hewan
lo kira aku ini apaan
seketika itu kalian berharap namun tak berkaca
pada apa yang dikatakan pada kaitan istilah dan bahasa tubuh

@nj!ng dasar

lo kira aku ini apa, hewan
lo kira aku ini apaan

Dasar @nj!ng


09:27; 13-11-2005; //mu
akhirnya aku mengetahui sisi kegilaanku
pada dualisme yang aku cetusan dan aku sendiri heran
diantara bayang-bayang keramahan dari sikap tidak ingin menyakiti
aku terbentuk tak kurang dan tak lebih ‘tidak ada’

sekarang ini aku sudah tidak percaya lagi pada apa pun, siapa pun, walau pun itu adalah tuhan
namun aku hanya percaya pada diriku, yang terkadang sekaligus aku adalah tuhan

letaknya tak jauh beda antara dunia maya dengan dunia nyata sebagai dasar kekecewaan dari penekanan apa yang disebut dengan harat, dan ini adalah dunia pertama ku
namun diterangkannya lewat beberapa tumpukan hasil olahan itu sendiri, dari apa yang aku buat sebagai buku-buku, dan ini adalah dunia keduaku
dan serangkaian kata lewat bahasa yang sama yang aku rangkai dari keagungan makna puisi yang aku bungkus ini, tak luput dari kata ‘banyak setan yang jatuh cinta kepada ku’

sekurangnya adalah aku yang berkorban
dalam penafsiran aku tidak lagi ingin berkata lagi, disebabkan rasa mengingatkan adalah sesuatu yang teramat berat
kebohongan ku adalah aku mampu bersumpah dan berjanji
bilamana perbuatan salahku di lacak maka perbuatan baik ku akan dinilai menjadi perbuatan yang teramat salah sekali

dari ujung dunia, seputaran garis khatulistiwa, dari awal sampai akhir umur manusia dan bumi, pandangan kita sebagai manusia awan yang sederhana, adalah sama, bahwa setan adalah musuh yang nyata bagi umat manusia
namun selayaknya aku, adalah salah satu manusia yang dicintai setan


Mudah Percaya
Aku tak layak dan tak pantas untuk mencintai mu dan membenci mu; apalagi hingga menyakiti mu
Pada penjelasan yang absurd aku tidak lagi mempunyai sisi nyata kejelasan untuk dijelaskan
Tentang mu ataupun tentang ku sendiri

Masih wajarkah jika aku berkata dalam hati bahwa kau adalah seorang teman dan akan tetap selalu menjadi seorang teman
Senaif inikah diriku
Sesakit inikah aku
Kemana akal sehat ku ini
Dimana nama-nama itu mengadakan janji

Sungguh, tak layak dan tak pantas untuk mencintai mu dan membenci mu
Karena aku ini bukanlah siapa-siapa
Namun tak dapat aku lupakan hingga tak dapat aku sangkal, bahwa aku cemas akan hal yang demikian, karena dihatiku ada nama mu

Mengikuti disetiap jejak langkah kaki ku
Lewat semacam perkataan, “temuilah dia”

sesungguhnya perkatan ku cukup jelas dan kasar untuk aku sampaikan
karena pada kenyataannya baik adalah sebuah nilai norma yang diberlakukan secara efesien dan efektif dari serangkaian hukum yang diberlakukan secara relatif
karena kadang aku tak percaya kamu sangat mudah untuk percaya


Perempuan Khayal
Kau yang memakan setengah dari wingko babat ku
Sehingga ada kalimat yang kau buat sebagai impluse dan daya tarik, bahwa aku jangan kemana-mana, dan aku jangan pergi untuk rekreasi, apalagi sendiri

Aku tak tahu kenapa, saat aku berdoa kau menangis
Saat aku berkhayal kau tertawa
Dan disaat aku berharap kau diam
Sepertinya kau merencanakan aku untuk bertemu sesuatu yang tak menentu
Dan hai setan, aku beri nama atas dirimu, atas sesuatu yang baru, atas sebuah nafsu yang bau, Hepy Empty

Sebagaimana teman dari dunia mayaku yang tidak dapat aku percaya, dan kau pun bermakna sama, namun kau selalu bersamaku dalam naungan sebuah waktu yang berbeda, selayaknya kau ingin sempurna

Aku tak tahu kenapa aku jadi menyamakan
Namun tetap samar dari dunia yang berbeda
Dan aku percaya akan eksistensi mu pada diriku ini
Dan kau setan, sepatutnya berdo’alah, agar kau tak kehilangan diriku
Karena apalagi yang mau dikata, bahwa aku yakin kau telah jatuh cinta pada sesosok manusia seperti aku
Aku yang berada dalam naungan waktu untuk bertemu


Tak Urung Aku Terkurung
Seperti yang pernah aku ucapkan sebelumnya, bahwa, “pada saat orang yang kita percaya tidak lagi dapat kita percaya, maka manusia akan memilih jalan sederhana, ialah ia akan mempercayai orang asing, namun pada saat orang asing yang kita percaya itu tidak percaya pada kita, pada akhirnya kata-kata ku adalah sia-sia dan apa yang aku percayai adalah percuma saja”

karena pada awalnya kau mempunyai sikap dan sikap itu kini telah beda

kosong
hampa
tiada
mati
meninggal
mampus

(................................................................); bagian yang kosong, yang pernah terisi, namun sekarang telah tiada


Sensitif
dan sekarang apa daya, kau pun tak ingat


ilusi ini aku harapkan mati, karena aku tak mau memperjuangkan sebuah harapan yang hanya tinggal mimpi saja

sekarang aku tak ingat apa-apa, tentang mu dan tentang mu juga


persekian detik; bobrok, hancur, musnah, lenyap dan gosong


Waktu (t@! @nj!ng)
tak luput dari penilaian ku tentang sebuah sosok
akan ingatan ku, pada mu
kau menghujani kata-kata ‘kurang ajar’ dan ‘percuma’, hingga kata-kata yang tak masuk akal seperti ‘beralasan’
padahal aku tahu apa-apa yang tidak kamu tahu

dan percayalah, kau salah dan kau bersalah
atas tindakan pada psikonalisis

daripada disiksa lebih baik menghilang
karena bertahan pun menjadi beban
menyerah pun tidak bisa
seandainya kau tahu siapa aku?

dan percayalah, disini aku berusaha melupakan mu
namun aku ingat dirimu, dan menangis oleh karenanya

sedikit pun aku tak mau dijajah dan disiksa
karena yang aku inginkan adalah kedamaian dan kebebasan
beberapa lama ini aku bersabar untuk mencari karakter untuk aku bunuh
berjuang untuk mengumpulkan kekuatan, untuk aku lawan, karena aku berontak dari keadaan atas dari pada keresahan
namun repormasi prilaku ini adalah hal yang percuma
aku telah berpikir, kau tidak lagi percaya pada ku
dan sekali lagi aku bukanlah manusia bodoh

aku sampaikan lewat buku, agar engkau tahu
bahwa aku muak dan jijik

dan beritahu aku jika engkau telah percaya kepadaku
karena sebenarnya kau sama sekali tidak penting dimataku, dan engkau adalah orang asing yang mengisi hidup ku dikehidupan yang lain


Sensitif Menjadi Sebuah Isme
uruslah masalah mu sendiri
karena manusia punya masalah sendiri-sendiri juga
jika kau tak lagi percaya padaku, akan apa yang aku percayai, karena perkataan ku akan bernilai tidak berarti dan tidak berpengaruh; sedikit pun
karena kau telah membawa nama ku dan membakarnya disebuah pojok yang bau air seni

aku lelah mengingatkan
aku bukan ibu mu atau pun kerabat mu
namun aku tahu aku bernilai basi untuk mu

selamat tinggal kesucian ( P . u . r . e )
selamat tinggal keputihan ( W . H . I . T . E )
selamat tinggal cahaya terang benerang ( L . I . G . H . T )

kabarilah aku dengan sebuah nilai-nilai
tambahi dengan rasa saling mempercayai satu sama lainnya
jika kau anggap kata demi kata dari lembaran per lembaran itu adalah formalitas yang kau anggap sebagai ludah dari cairan yang mematikan dan menular, maka bakarlah untuk selamanya

pada kenyataannya, adalah aku lelah
mengingatkan kebenaran pada orang yang tuli dan bermulut besar


Tidak, Sama Sekali; Sekali Lagi, Tidak
jangan perintah aku melakukan apa yang harus aku lakukan
jangan perintah aku mengatakan apa yang harus aku katakan
kau pikir aku akan tertarik
jangan melarang aku melakukan apa yang harus aku lakukan
jangan melarang aku mengatakan apa yang harus aku katakan
kau rasa aku akan terpikat

jangan perintah aku melakukan apa yang harus aku lakukan
jangan perintah aku mengatakan apa yang harus aku katakan
kau pikir aku akan tertarik
jangan melarang aku melakukan apa yang harus aku lakukan
jangan melarang aku mengatakan apa yang harus aku katakan
kau rasa aku akan terpikat

jangan perintah aku melakukan apa yang harus aku lakukan
jangan perintah aku mengatakan apa yang harus aku katakan
kau pikir aku akan tertarik
jangan melarang aku melakukan apa yang harus aku lakukan
jangan melarang aku mengatakan apa yang harus aku katakan
kau rasa aku akan terpikat

jangan perintah aku melakukan apa yang harus aku lakukan
jangan perintah aku mengatakan apa yang harus aku katakan
kau pikir aku akan tertarik
jangan melarang aku melakukan apa yang harus aku lakukan
jangan melarang aku mengatakan apa yang harus aku katakan
kau rasa aku akan terpikat

jangan perintah aku melakukan apa yang harus aku lakukan
jangan perintah aku mengatakan apa yang harus aku katakan
kau pikir aku akan tertarik
jangan melarang aku melakukan apa yang harus aku lakukan
jangan melarang aku mengatakan apa yang harus aku katakan
kau rasa aku akan terpikat


Hey......................................
aku tak akan pernah berjanji dan bersumpah lagi pada mu
karena aku tak akan pernah mati dalam, dan, dari, dualisme kesalahan
dalam kekembaran bahwa aku tak jauh beda dengan kejatuhan bintang jatuh
dan kau benar

aku yakin dunia ini masih dalam masa kegelapan
kegelapan yang masih dalam perulangan yang abadi
aku takut ini akan semakin mendekati
karena aku yakin aku tak akan pernah merasa bersalah

dan maklumat ku berisi, aku mengalah, aku mengalah dan aku mengalah, karena pernyataan atas kewajaran dirimu adalah bahwa kau adalah benar

irasional adalah filsafat baru bersama isme dan ideologi yang sama kali tidak tersentuh sebelumnya, dan dapat dikatakan baru
seperti merubah dunia dengan sejarahnya dan cerita yang berisi rekayasa yang ditambah dan dikurangi kata
sekedar mengingat bahwa bila manusia telah menciptakan bahasa yang berbeda dan memberi kata-kata baru pada sesuatu benda; itulah titik awal dari filsafat secara kajian yang baru
dan aku tetap rasional namun sebatas manusia yang baru mengenal jiwa

penyakit jiwa ini menular, semakin luas dan merampah pada keputus-asaan
jawaban dan pegangan yang aku gemgam menjadi sebuah kajian yang teramat dalam
dan aku sendiri, karena aku beban bagi diri yang lainnya
seperti melepas, karena telah dirampas


Aku Dan Dunia Ku
Aku adalah sebuah fragmen. Dalam diriku ini ada sebuah jiwa yang didalamnya terdapat roh, kalbu, dan nafsu. Semuanya menjadi kabur karena aku ada dalam sebuah media yaitu raga, yang dikeliling oleh sesuatu yang nyata namun kabur sehingga sekan-akan menjadi semu, maya dan fana oleh karena dunia; semuanya absurd dan absolut hanyalah Tuhan.
Aku adalah manusia dari bagian tiga masa; masa lalu, masa sekarang dan masa depan, karena masa lalu telah menentukan masa sekarang dan masa sekarang menentukan masa depan.
Aku adalah manusia dalam gejolak waktu yang berpacu dengan hasrat yang memicu nilai-nilai, kejatuhan ku adalah awal yang tidak seberapa besar, namun Tuhan telah memberi tatanan dalam sebuah kata dan nilai yang agung. Sebagaimana kata Yang Maha Mengetahui, Bijaksana, Besar, Kuasa dan lain sebagainya. Telah melahirkan manusia untuk menjadi seperti arti dan makna sebuah dari kesatuan Tuhan yang satu.

Fenomena-fenomena adalah ketiadaan manusia dalam mencerna masa kegelapan karena sesunguhnya zaman yang kita awali dan kita akhiri adalah tetap masih sama. Seperti menunggu mati, setelah menunggu mati kita menunggu kiamat. Penungguan tanpa akhir, karena hidup yang kita rasakan berakhir ini adalah masih sebuah awal, awal yang masih kecil, dan terlalu dini kita katakan sebagai sebuah akhir.

Jangan pernah berpikir masa jahiliyyah telah tiada ataupun telah lenyap seutuhnya. Kalian salah, karena sesungguhnya masa sekarang sama dengan masa yang telah lalu, hanya saja kalian tidak sadar dan tidak tahu, jadi pikirkanlah agar kalian menjadi manusia yang mengetahui diri.


Jalan Juang
kita teruskan
kita luruskan

apakah anda percaya saya?
selayaknya kah saya percaya pada anda?

kita luruskan
kita teruskan


Berubahlah
*
Aku tahu akhir ini akan menjadi awal, dan awal ini akan menjadi akhir; namun aku yakin semuanya akan berakhir, karena semua ini akan ada akhirnya
Tak perlu lagi perulangan yang abadi, ataupun sampai ada kata renkarnasi
Untuk diperjuangkan, untuk dipertahankan
Ataupun menjadi kaum penggembira sekali pun

Untuk kehancuran, masa kegelapan yang belum sirna dan orang-orang disekitarku belum berubah sama sekali
Dan kau boleh melihat kekuatan dunia yang hebat dan luar bisa dahsyatnya ini
Dalam diri berkata, “percayalah padaku, untuk kali ini, ataupun untuk yang terakhir kalinya”

Dan sadarilah penyesalan, karena penyesalan haruslah diakui adanya dan keberadaannya dalam setiap individu
Sebagai manusia yang manusiawi dan rasional
Seperti sebuah makna baik, bagaimana kita mengetahui itu baik jika kita belum mengetahui mana itu buruk

*
dan sebegitu jauhnya mereka mempercayai keyakinannya, ada apa ini?
jika dalam mati itu ada hidup, lalu apakah dalam hidup ini ada mati
sederhana kehidupan ini tak lepas dari dualisme, dualisme yang berkepanjangan, dan ukurannya adalah waktu
dan syukurilah karena anda mempunyai kelemahan, dan carilah kelemahan anda itu, karena kalau bicara kelebihan semua orang punya, bahkan ada orang yang mempunyai kelebihan yang kelebihannya melebihi anda
karena dunia menawarkan ilusi yang luar bisa dramatisnya


Temanku Biang Dari Semuanya
lengkap sudah kekecewaanku
pada ruangan yang tertanam lengkap tumbuhan di taman kepercayaanku
sepertinya kegelapan ini tak akan sampai terputuskan begitu saja

diantara segudang kepercayaan yang aku tanamkan
ada cerita yang teramat sangat menyedihkan
sejenak waktu pun bicara, tentang kenyataan, kejujuran dan kebenaran yang aku rasakan sangatlah kejam, pahit, menyeramkan dan menyuguhkan kekecewaan, seperti dizaman kegelapan

perulangan didalam mimpi yang aku harapkan tidak terjadi, terjadi sudah
dan hei kau teman!..... masih kau anggap aku sebagai temankah?.........
katakan, karena yang aku rasakan sama sekali tidak

dibelakang layar kau bertindak bak seorang pahlawan yang memegang tali kekuasaan atas tali persahabatan yang telah kita bina bertahun-tahun lamanya
dan kekecewaan ini tidak akan terputuskan oleh kepuasan yang semata-mata hanya untuk berkuasa atas apa yang aku harapkan ada
sementara waktu berbicara, engkaulah pelaku dari semua peristiwa memilukan ini

beranggapan sayang, cuh............. hancur sudah pijar matahari ini
yang aku kejar di sudut malam, dihitamnya gang
dan kau menari sembari tertawa; dasar kaum penggembira!
dan aku disini kurang darah, karena telah dihisap sedikit demi sedikit, perlahan namun pasti, olehmu; ya oleh mu


Afronema
Dunia, kau begitu indah dan sebaliknya
fantastis, dramatis dan, sekaligus, tragis
tanpa kemanisan, namun aku memanis-maniskannya saja.

Dalam, dan semakin dalam keyakinan yang yang aku yakini
harapan,
perjuangan.

Tanpa kemenangan untuk meraih kemewahan.
Seperti cinta yang dipermainkan.
Layaknya seks yang diperjual-belikan.

Aku tak bisa membutakan kedua pandangan ku ini, mentulikan kedua pendengaran ku ini, memalingkan kedua hati ku ini; aku salah, aku berdosa dan akulah yang bersalah atas semua ini.

Aku tak bisa lepas dari kehendaknya.
Kehendaknya untuk berkehendak.
Layaknya aku berkehendak hal yang terbaik untuk diriku ini,
raga ku,
jiwa ku,
waktu ku,
harapan ku,
keyakinan ku,
perjuangan ku,
kebenaran ku,
dan juga kebodohan ku.
Selayak pengorbanan ku untuk membahagiakan seorang manusia, yang sering kali identik dengan kata, “bodoh”.
Karena untuk apa? untuk siapa?................... katakan!!!!!!!!

Selebihnya aku telah diperbudak, dipersalahkan atas kehendaknya, dan waktu dan hanya waktu yang menilai.


Kamu.... Uhh Kamu; ingatlah aku karena aku tak akan pernah melupakan mu
Aku tahu dan aku sadar diri, untuk sabar
Bahwa aku tak penting, tak berarti; bagi mu
Jadi rasanya tak beralasan jika aku membenci, memarahi ataupun menyayangi; diri mu
Karena walau bagaimana aku tidak begitu mengenal diri mu
Namun tak dapat aku sangkal, di hati ini, bermakna sebaliknya
Sampai pada titik, bahwa, aku mulai terikat dan terkait; pada mu
Namun, jujur, aku disini mencoba untuk melupakan mu, dan sampai pada saat ini aku belum bisa melupakan mu
Sumpah, aku merasakan ketakutan yang luar biasa, namun bila telah aku ucapkan, rasanya aku lega

UhH......
Sampai tiba waktu untuk mengakhiri peran singkat dalam sandiwara ini
Masih, selayak aku yang tak dapat kamu percayai
Aku disini menuju tempat pengasingan diri, dari mu

UhH......
Selamat tinggal putih (W.H.I.T.E)
Selamat tinggal suci (P.U.R.E)
Selamat tinggal cahaya terang-benerang (L.I.G.H.T–B.R.I.G.H.T)

UhH......
Terima kasih banyak
Dan maaf, maaf dan maaf

.......................................................................................................UhH
Dan isme ini menjadi femininisme yang abadi
Dan isme ini menjadi femininisme yang abadi
Dan isme ini menjadi femininisme yang abadi
.......................................................................................................UhH


Utero
surga akan pindah
berpalinglah kalian semua daripada ku
karena aku bukanlah tuhan yang tidak ada bandingan dan tandingan

neraka mulai dekat
memuncaklah (penganduan) rasa resah kalian semua kepada ku
karena aku adalah sang pengingkar janji dan seorang hakim yang tak becus menjalankan keadilan

jika hanya berharap dari tabungan akan surga dan neraka
maka rahim bukanlah perut ibu mu, namun rahim adalah kejelasan akan sesuatu yang lebih, sehingga melebur pada umur 5-7 tahun kebawah


Pla............ nton
*
dan waktu muda kita memberikan segalanya dan kita tak pernah merasa lelah
di dalam kota kita bersama, di sana ada sebuah danau, dan itulah kota kelahiran ku
tak luput dari kejatuhan dari sebuah lubang-lubang menganga dari lubang bawah tanah dan sadar ku
percayalah, percayalah kepada ku, percayalah
dan kau tak pernah berubah, tetap kuat dan bertahan
dan kini kau tidak lagi sama seperti dulu lagi,
sekarang sudah malam
oh malam, ......................................... malam
setan ada dalam hadapan muka ku
kau(perempuan) membuat hal yang lebih baik
dari semua kemustahilan
dan percayalah kepada ku, seperti aku yang mempercayai mu

**
datanglah dengan senyuman, lalu hinggap sehingga kau menangis, dan aku pun demikian
sungguh menyedihkan aku menjadi iba kepada mu
dan aku terbakar, membara, panas, akan mu, kepada mu

apa yang harus aku lakukan jika aku adalah seorang anak kecil
dalam pertunjukan yang aku pilih, aku sebagai anak kecil harus memilih apa?
karena pada dasarnya membunuh diriku sama dengan membunuh dirimu, jadi aku sampaikan surat ini pada orang dewasa saja
dan kau menyangkal ku dan meninggalkan ku di sini sendirian, aku berteriak keras, tak kuasa terbakar, terbakar rasa, rasa kehilangan mu, ada tanya, hingga aku menjadi iba sendiri

“PenyakitIniMenular,MenjamurSampaiKeAkar,AkarYangVital”


Disini; halaman kamarku adalah loteng rumahku
subuhku, fajar menyingsing dengan perlahan, dibarengi suara burung-burung dan bersamaan dengan suara mesin-mesin buatan manusia yang memulai aktivitasnya
pagiku, udara sejuk
siangku, sedikit panas dan sekali-kali ada hujan, namun tidak disertai kilatan cahaya petir dan gemuruh suara halilitar, ataupun angin badai
soreku, langit cerah disertai rona-rona merah dan jingga yang merekah kala sang surya mulai tenggelam, secara perlahan-lahan
malamku, langit terkesan indah dengan berjuta-juta bintang, beribu-ribu planet, beratus-ratus galaksi, berpuluh-puluh lapisan warna, dan satu rembulan

aku tak bila melepaskan pandangku
aku tak bisa membiarkan pikiranku
menikmati dan mensyukuri
atas keadaanku daripada situasi alam dan kondisi bentuk semesta raya

malam ini, aku merenung
tak bisa tidur
tak mau tidur
merenungi, apa yang akan aku lewatkan jika aku tertidur
sedikit rasa bosan, karena aku telah banyak melewatkan kesempatan-kesempatan yang berdatangan
akan rasa menyesal dari sikap tertidur, disaat harusnya aku bangun

dan alam, engkau tersaji begitu indah
tak bosan mata memandang
tak bosan pula pikiran melayang

dalam hati, “aku ingin damai, karena aku bosan perang”


Gerak, Gerakan, “Gerakanlah”
dalam kepalaku aku mengingat mu
meskipun tak sekali pun aku pernah melihat wajah mu

dan rubahlah
bergeraklah
majulah
ke depan untuk masa depan

masa lalu adalah fragmen yang tidak bisa manusia ubah, karena pada kenyataannya aku bukanlah manusia genius yang bisa membuat mesin waktu
masa sekarang adalah masa yang ditentukan masa lalu dan menentukan masa depan, jadi lupakanlah masa lalu, dan raihlah masa depan dengan pikiran yang baru, yang lebih tenang dan matang
masa depan, masa depan telah di depan mata, raihlah

dalam kepalaku aku hanya bisa menyebut nama mu
karena tak sekali pun aku pernah melihat wajah mmu

jadikan sebuah pelajaran dan pengalaman yang empiris
untuk sejenak, perlu kau ingat, lupakan masa lalu, skeptis, nihilisme dan reformasi prilaku mu


Hermaphrodite
Superior dan inferior
atas apa?,
untuk apa?,
daripada apa?,
katakan!..............;
hai kalian para bintang buas, yang memangsa sebangsanya

Definisi demi definisi akan sebuah kontrol sosial yang memicu sebuah kontoversi dalam sebuah konflik akan pemahaman-pemahaman yang dangkal
dan kesetaraan diagungkan bukan hanya untuk sebuah kata saja
bilamana laki-laki berkata, “terpujilah Tuhan yang tidak menciptakan saya sebagai perempuan”, dan perempuan berkata, “terpujilah Tuhan karena menciptakan saya sesuai dengan kehendak-Nya”

Bilamana emansipasi adalah tindakan yang paling ditakutkan
bilamana hak dan kewajiban adalah sesuatu yang paling mengkhawatirkan
bilamana eksistensi yang ada tidak disadari oleh diri mereka sendiri *(sebagai mahluk agung, yang diciptakan Tuhan)
dan jalan yang lain sama sekali tidak memusatkan dan memuaskan atas keabsolutan atas sebuah kaum
dan rasa keinginan-tahuan adalah modal dasar untuk mengetahui
atas daripada dualitas ini semua, dan posisi atas proposi dari koheran yang terkolerasi untuk bersimulasi secara simultan adalah nihil, sebagai mana pernyatan Nietzsche yang didalamnya terdapat pertanyaan dan jawaban
sehingga ukuran atas dari semuanya adalah tidak ada, kosong dan hampa untuk ditinjau kembali
Ada Adam yang diciptakan Tuhan dari tanah, dan Hawa yang diciptakan Tuhan dari tuang rusuk Adam, untuk saling melengkapi, dan keduanya adalah manusia
namun disini ada sebuah doktrin-doktrin saling bersebrangan;
Karena Hawa diciptakan setelah Adam maka perempuan jelas merupakan mahluk sekunder,
lalu yang lain berpendapat, Adam adalah sketsa kasar dan Tuhan berhasil menyempurnakan mahluk manusia ketika menciptakan Hawa,
dan yang lain menciptakan gagasan dari tumpukan ide yang berserakan tak tertata, karena sedemikian berantakannya, maka tercipta kata, “setara namun terpisah”

Dualitas dari sosok yang lain daripada yang lain (maphrodite), yang dianggap setengah dewa ataupun malaikat dari sebuah kepemilikan yang absolut, tanpa hasrat untuk saling berkehendak untuk berkuasa
sebagaimana rasionalisme dari sikap totaliter, dan dapat saya terangkan sikap kritis yang skeptis menjadi lampu yang terang-bernerang, yang tidak mempermasalahkan masalah yang akan menjadi timbulnya masalah baru

Dua buah fungsi yang sama atas kepemilikan akan sebuah rasa atas mahluk adalah untuk dimiliki dan memiliki

Dan saya adalah seorang Adam
diantara berserakannya mahluk (perempuan) yang sama sekali saat kelahirannya tidak mempertanyakan atas haknya
adalah sebuah subyek yang paling menyedihkan dan menghinakan, jika waktu menjawab kejam tentang obyek

Perempuan, oh perempuan
kalian adalah mahluk yang paling aku puja (keindahan), bukan saja dikarenakan kalian adalah salah satu lawan jenisku
namun, melebih daripada itu, aku menyukai atas dari sebuah sifat dan sikap dari kekanakan-kanakan, kelucuan dan kekhawatiran kalian pada kondisi sebuah kehidupan


Aku Minor Yang Menatap Mayoritas Sudut Langit yang Kau Tatap
Kau berkata, “Waktu, kau tidak pernah ada waktu untuk ku sama sekali. Kau tidak pernah dapat aku percayai. Namun tanpa mu dan aku merasa sendirian”

Adalah suatu kehilangan kesempatan, yang tak terlupakan
Dan kamu tak pernah bisa menjadi sama seperti dulu lagi
Perubahan mu adalah ketika kamu kehabisan makananan mu, yang kamu habiskan seketika

Apakah kamu mengetahui bahwa kamu tidak pernah memberi petunjuk?
Jika kamu adalah malaikat, maka tunjukanlah cahaya terang-benerang itu!
Dan pada akhirnya semua itu tidak pernah menjadi sebuah fakta

Kata ku, “Percayalah, tolong percayalah, percaya pada diri kamu sendiri. Tidak ada apapun yang dapat merubahmu, kamu hampir menyalahkan ku namun aku mengalah. Kamu sudah tidak seperti dulu lagi, dan kau menyala api. Percayalah, tolong percayalah, percaya pada diri mu sendiri. Sekarang ini, kita dalam keadaan darurat. Dan jika kau tidak percaya apapun, maka berubahlah untuk percaya. Karena percaya pada diri mu sama dengan percaya pada diri ku”

Malam ini, terang benerang, dan langit cerah
Setan akan tetap ada hingga malam ini
Adalah kebenaran sedang kau berikan untuk malam ini
Carilah jalan untuk pulang, setelah kau menemukan cinta
Semua itu adalah kemungkinan yang tanpa kemungkinan

Malam ini, percayalah padaku


Seribu Nada Jiwa
aku berhasrat untuk pasrah,
seperti layaknya berserah pada nasib dan takdir,
pada sebuah kenyataan dan kebenaran,
yang dilingkupi semata rasa yang samar-samar,
diantaranya tertera untuk dimangsa,
dalam bungkusan-bungkusan daging dan bercak darah,
menggapai kata yang lebih baik menyerah saja,
dan penyetaraan berharga mati bagi setiap jiwa yang putus asa,
dalam gelapnya demi setiap makna penyetaraan

dan aku,
tak berbuat apa-apa,
tak tahu apa-apa,
dan tak bisa apa-apa,
bukan dikarenakan lupa,
hanya saja disadarkan untuk segera sadar,
dari apa yang menimpa,
sebuah ilmu yang terkandung dalam transisi terkotakkan
karena akanmu, adalah sebuah jiwa yang terluka

kehampaan ku tercabik karena aku didik untuk demikian,
diajarkan untuk berperasaan, mendalam dan perhatian, sampai dengan kasih sayang;
dihantarkan pada sebuah penyusunan jiwa pada mitos dan karangan semata,
setiap jawaban yang kudapatkan adalah kegundahan,
diantara seribu daya upayanya terkandung fantasi dan ilusi yang maha dasyhat tak terduga,
dan aku lumpuh diantaranya,
tak mampu berkata dan berbuat,
karena untuk apa aku ada, adalah untuk yang tidak ada

selayaknya menghilang, dan sepatutnya sembunyi
kata mati dan bunuh diri bagai iba penuh tanda terima kasih


Dan Waktu Ku Pun
dan waktu ku pun menilai ku
aku sama sekali tidak berarti
dalam sebuah makna kata yang tak mempunyai arti
waktu selagi cepat aku pun mulai berangkat,
namun tetap saja jauh dibatas ambang kenormalan
aku pun menepikan pendewasaan dengan mencari sebuah sosok yang perlu aku jadikan sebagai diriku yang lebih agung
namun agak berbeda dengan mencintai diri oleh diri
dan waktu ku pun berkata pada ku
sangat kejam, meskipun perlahan namun tetap saja kejam
didalamnya tertera sebuah kebenaran dan kenyataan
selayaknya sebuah air mata dan air mata, demi air mata
aku sejenak terbawa dalam renungan sebuah proses kehidupan
dan dikatakan bahwa aku tidak normal
masih selayak aku yang baik namun dijauhi
dan selayak aku yang jahat sehingga dimusuhi
aku butuh waktu untuk menepi
dan waktu ku pun adalah sebuah proses ketiadaan dan kehampaan
selayaknya kesadaranku hilang, ditelan api yang menyala-nyala
para gadis remaja yang berada dipinggiran jalan, berjalan dengan genit dan manja, diantara mereka berkata dengan riang tentang kesenonohan manusia, berteriak histeris selayak fantasinya, dan mereka merendahkan lawan jenisnya, seperti mereka yang menjadikan selangkangannya sebagai alat untuk dijadikan mangsa yang rela untuk dikorbankan, adalah sebuah obyek yang luar biasa penuh kedetilan dalam pencapaian sebuah jiwa, dan mereka adalah jiwa yang bukan jiwa; korban

aku pergi untuk menyendiri, selamanya.....................
aku pergi dari sini dan dari sana
dan dari sanalahlah aku kemari
menepikan diri, dari sebuah pagi yang menyusun hari


Perang Adalah Surga, Kata Mereka; aku berkata, “untuk apa?”
Do’a pun dibuatnya, pada Dia Yang Maha Agung
Namun dalam keyakinan do’anya ada sebuah dendam, amarah, ambisi dan nafsu; yang bercampur karena emosi yang terlebihkan atas dikarenakan marah
Sekurangnya, dari kepulangannya, beberapa kepulan asap dari rokok kretek, membuat rongga pernafasnya tak mampu lagi menghela udara dengan baik: membedakan air dan api

Secara keseluruhan para roh berdatangan
Dan arwah-arwah yang bergentayangan pun mendatanginya dengan kata, “senjatamu adalah do’a, dan amarah mu adalah keyakinan mu, maka berilmulah dari sana, tak peduli kesesatan datang menimpa, namun terwujudnya sebuah tujuan, adalah itu semua yang kau inginkan?!”
Secara perlahan hawa dari hembusan nafas yang ia keluarkan, terdengar sebuah hawa kata yang menyesakkan, yang berkata, “aku setuju, padanya aku berserah, pada sebuah tujuan yang tidak jelas, akan hidup dan mati, aku setuju!”

Hai, kemauan, perbuatan, kasih sayang, perhatian, dan cinta
Apakah mata kalian melihat jelas sinar dari kegelapan, yang ada akhirnya akan membutakan mata kalian
Lalu, kemana hati kalian?, perasan yang kalian adakan?, apakah kalian menjadi sedemikian renyuh karena terkunyah oleh hati dan lidah sang raksaksa

Demi Tuhan, aku telah bosan untuk menangis
Sering kali aku berlari, kesana dan kemari
Apakah seperti itu bentuk kehidupan!

Dari sebuah cinta sepenuhnya mengajari makna benci
Dari sebuah benci yang sangat menjadi cinta yang sebenarnya
Dimana sebuah kekonstanan ini?, dan dualisme ini belum mati


vsjgh ..[=[5940786; segita berbintang lima
aku berharap, pada dirimu teman
karena untukmu, adalah persaudaraan kita,
sedarah ataupun tidak, adalah sebagaimana kata diadakan demi ketidak-gunaan
namun dalam selimut yang hangat ini, aku percaya, kau tak mengucap pun, disana ada aku, dengan serangkaian rencana dan kemauan, demi perwujudan dari do’a-do’a

di utara ada emas
di barat ada biru
di selatan hijau
di timur ada putih
diantaranya adalah hitam

dan semuanya adalah pembatas
sedemikian indah kata yang menyelusup jiwa, tentang sebuah pegangan akan kenyataan aku sebagai manusia, pada perulangan yang simultan; aku terbagi atas buku alam, buku agama dan buku-buku
tak luput dari perjanjian untuk penggapaian sebuah dialektik estetika dari firasat ku tentang kebenaran, aku dijadikan atas daripadanya, adalah filsafat,  agama, seni dan alam; realita kehidupan dari segi transidensi untuk sebuah subyektivitas epistemologi kehidupan

dan debu pun terbang terbawa angin, selayaknya air lautan yang tenang, yang pada akhirnya turut terbawa dalam arus ombak
semakin lama, ada sebuah penyakit menular, yang menjijikan; adalah sebuah minoritas diantara melankoli-melankoli pemujaan diri, yang terbuka dan terang-terangan
selayaknya sebuah pelarian dari cinta adalah kasih sayang

salahkanlah aku yang mendominasi kata untuk dilihat tidak ada


Blank Black Day And Blue Jeans
mati pun rasanya layak untuk aku perjuangan
terbesit menguntai ruang diantara waktu-waktu
serangkaian peristiwa-peristiwa terbungkus untuk dapat aku pecahkan dan aku rangkai
selayaknya hidup yang masih aku pertanyakaan

segelintiran para remaja tertawa, terbahak-bahak
berpikir diriku sejenak, mengurutkan nada-nada yang belum terjamah
orang gila berlari kencang, dan sembunyi secara terang-terangan

kehampaan ku akan mu adalah urutan yang terbesar, dalam dimensi histori yang penuh misteri
ada tuan berjas hitam dan nyonya bergaun merah, dengan renda-renda yang menjijikan dan memuakan
aku bosan untuk mengamati

seperginya mereka, aku mempertanyakan sebuah eksistensi
keadaan ku yang tak lagi mengutamakan
padanya terdapat tanya jawab seperti kumpulan sejarah yang aku gunting dan aku satukan oleh padanya

seperti inikah aku yang mencair untuk menemukan sebuah sosok
sosok yang mengandung air
kehidupan macam mana pula yang akan aku temukan dihari nanti

penyesalan ini harus mati
rasa bersalah ini harus mati
dan terima kasih ku ini adalah rasa yang tak kunjung jadi
karena untuk apa aku ada adalah tidak ada apa-apanya dengan mereka tersenyum iri dan sinis


Pagi Mati
Pagi adalah kerangka yang aku susun diantara dinginnya udara
Tercipta hawa dari kelicikan dan kelicikan
Sementara para burung bernyanyi didahan dan genteng rumah
Para manusia menyusunnya dengan rencana yang tak ubahnya bak sebuah harapan yang tinggal harapan
Disisi lain ada sebuah sinar, yang tak surut menenggelamkan tanah hitam yang dipijaknya
Butiran demi butiran pasir terserat, lambat laun menjadi debu-debu
Dan pagiku sibuk dengan pandangan akan harapan yang sebenarnya bila aku sadari mustahil untuk dapat terjadi
Bilamana dalam saku ku terdapat kapsul-kapsul keinginan dan pil-pil kehitaman yang mencoba menerangkan, bahwa ia adalah bantuan
Sementara itu, kesempatan dan kesempatan datang menendang aku dari sini dan dari sana
Terpuruk dalam pertengahan, yang mereka katakan dengan serta merta sebagai pergulingan atas hasrat mendominasi
Harmonisasi ini telah mati seutuhnya karena sebuah akal sehat dalam daya upaya untuk menalarkan apa itu kecacatan
Burung-burung mulai berterbangan setelah selesai; karena lelahnya menyambut hari dengan suaranya
Mereka mencari dan mereka berbagi, berbagi pada roh dalam jasanya, dan ia adalah spiritual yang gila, teramat terendahkan karenanya
Dari sana berasal, dari sini mengasal, dan kepada sana kita mengasa-asa
Pagi ini adalah pagi yang buta
Atas segalanya karena kesemuanya adalah hitam, dan didalamnya, yang sedalam-dalamnya adalah putih, secara keseluruhan aku adalah warna, yang sedikit demi sedikit telah terbingkai, menjadi bangkai yang berjalan, karena hidup pun terasa mati; seperti kesadaranku akan kehampaan.


Obyek Penderitaan Kasih Sayang
aku lahir dengan kegelisahan karena ibuku
dan aku diperlihatkan kekuasaan yang tidak setara oleh ayahku
sementara kakak ku menertawakan ku, dia berkata, “kau telah besar sekarang, kau dewasa dan kau adalah manusia normal”, lalu, aku menjadi kecewa pada mereka.
sementara otak kiri ku mencoba mengkaji, namun tetap aku marah atas kelahiranku, yang ditakdirkan sebagai perempuan dan dinasibkan untuk direndahkan.
dan bercak darah, pinggul, dada yang menonjol dan sebuah goresan luka ini; adalah sesuatu yang kaum laki-laki ketahui, sejarah dan semuanya; rahasia umum
sementara aku disini mengiris hati, untuk berhati-hati dan kerahasiaan yang terpelihara ini menjadikan aku sebagai obyek penderita; dididik untuk berbohong
sementara itu, dibenakku tertanam sebuah keyakinan, “suatu saat nanti aku akan mempunyai penis (akan lahir ataupun menonjol), selayaknya manusia, sewajarnya laki-laki; tanpa sebuah renda-renda: untuk direndahkan”

meskipun secara tidak langsung aku teratur, dibawah keteraturan seorang ibu, dan aku adalah seorang ibu kecil
diluar sana, ada semacam perlakukan, atas hak dan kewajiban, atas larangan-larangan, dan aku tak menyangka ternyata diluar sana kaum lakki-laki sangatlah berkuasa dan aku dengan tidak sadar, atas hasrat kelembutan, dari mana godaan percintaan, dan nafsu seks ku berasal, aku menjadi pasrah tak berdaya, dan aku menyerah pada seorang laki-laki; meskipun aku membencinya, sekaligus menginginkan kejantanannya
diwaktu ada sebuah kenyataan dan kebenaran; yang pahit
dan harapan demi harapan diagungkan
kata dibudayakan untuk lebih bermakna
layaknya sebuah syair tentang perasaanku pada mereka
dan aku adalah boneka sedangkan mereka adalah sketsanya

aku harus terlihat biasa, menawan, mempesona, perhatian, pemaaf, pecinta, dan berperasaan
dan mereka bicara tentang kebahagiaan,
bicara tentang kenyamanan,
mengharapkan kekuasaan,
berharap menjadi manusia setengah dewa,
dan aku membicarakan diri ku sendiri.

lalu, kenapa aku harus mencinta diriku ini, secara seadanya, sedalamnya perasaan yang aku sadari, aku tidak menghendaki untuk menjadi sebuah sosok perempuan, tidak lebih dan tidak lain aku ingin menjadi manusia yang mempunyai sebuah penis: karena ialah lambang kebebasan, kekuasaan dan kekuatan; tanpa harus direndahkan

menjadi seseorang manusia yang sopan
diantaranya kau tidak tahu akan ilmu dalam buku karena dedikasi ku terbatas untuk tak bertanya tentang hak; namun aku tetap berotak untuk berontak
perlawanku adalah larangan bagi mereka, yang mereka katakan sebagai kodrat
dan aku adalah patung-patung hidup yang ditertawakan karena terlihat jelek, dan dipelototi atas dorongan nafsu untuk meniduri tubuh ku dikarenakan aku cantik
aku dituntut dan dituntun untuk, menuju ke kesempurnaan
kepalsuan dan kebohongan ini, menjadi rahasia besar
yang aku pertahankan, secara mendalam
sebagai perempuan dengan anting-anting

aku jijik karena aku tak bisa apa-apa; mahluk yang terbatas
dan aku adalah manusia yang memerdekakan ruangan dapur
dengan segala kerapihan tempat tidur, meja makan dan ruang tamu
dari debu-debu yang aku sapu; tanpa henti dan akhir
sementara mereka, dengan gagahnya menghisap asap tembakau
dan aku batuk sedikit pun dikatakan sebagai pengganggu
namun sayang, aku masih mencintai sosok manusia berpenis


Wacana Persimpangan Delapan Jalan
arwah-arwah gentayangan menyalakan sebuah lilinnya ditengah jalanan
berkhotbah dengan kata-kata menyesatkan
tak lama pidatonya selesai, ia mengupil sebuah kalimat tuhan
laksana sebuah mukjizat, ia lalu menghilang untuk menakuti para manusia awam
seperti sebuah asap tebal di subuh hari
ataupun kabut tipis yang menyelimuti bahu jalanan
dan aku bertanya tentang apa yang mereka pertanyakan
tak lebih kata dibuat untuk menjadikan pemahaman dangkal

“mari, mari....... kesinilah, berdatanganlah............ kita semua akan pergi menuju surga”, ujar pemimpin yang pemimpi
dan aku berdesit, “hai, pak tua, kapan kiamat itu akan datang???????”. Dengan lantang aku berkata, “tolong katakan kepada Tuhan mu, bahwa aku dan kamu berbeda, meskipun Tuhan kita adalah Tuhan yang sama
si tua menjawab, “hai tukang sihir, pergilah kamu sendirian, jangan kau bawa-bawa kami dengan kenerakaan yang ada dibahumu itu, aku lihat kamu merasa berat untuk berkata, namun disini aku adalah bagian yang bersebrangan dengan dirimu, maka kembalilah kamu pada jalan yang benar”
oh Tuhan yang Maha Mengetahui, Sang Hakim yang Maha Adil, yang Mengetahui tentang Kebenaran yang Sejati; dan kau pak tua, tahu apa engkau tentang kebenaran?!; kefanaan ini adalah dualisme yang terkotakkan, bilamana ada itu pun dalam bentuk yang sementara; jadi definisi ini adalah kerelatifan yang berkesinambungan”, bengis diriku
“hai anak setan, pergilah engkau dari hadapan aku, dari hadapan kami semua, yang akan segera menuju hurga”, pak tua marah-marah dengan muka merah
ingatlah, aku telah mengingatkan kalian semua”, aku pergi tanpa menyesali dan tidak sekali pun menoleh ke belakang


Bila Nanti; penantian
uang mudah, uang bermasalah
banyak uang, banyak bahaya

hidup mudah, hidup bermasalah kah?
banyak kehidupan, banyak bahaya kah?

mati cepat, selayaknya menanggung dosa terbesar hidup mu: bunuh diri

samudera ini adalah warna-warna yang bersatu
rawa-rawa hijau berlendir ini
sumpah do’akanlah aku, karena bukankah itu senjata mu, selain tangisan keikhlasan mu itu
demi Tuhan, semoga aku tidak menyekutukan dirimu, Tuhan; dan semoga aku lupakan soal kematian yang cepat, yang aku harapkan

kekecewaan pada seseorang adalah beban terberat ku
semakin lama semakin panjang

hai Pencipta, tenangkanlah kegelisahan dan keresahan ku ini
karena rasa penungguan akan sesuatu yang ditunggu, tanpa kejelasan dan kepastian
jujur, aku adalah mahluk pelupa
jadi ingatkanlah aku, diwaktu aku lupa, demi detik-detik yang aku lalui


Maling (mereka dipukuli, tanpa dilindungi); dihadapan mata yang tak berdaya upaya (hanya mengamati, sekaligus mengomentari)
Mereka berkata,
selayaknya peran yang mereka jalankan,
dengan lancang dan gamblang,
“sedangkan kami sedang melindungi dan melayani”.

Melihat tetesan darah dan airmata,
airmata dan airmata demi airmata,
adalah airmata yang mengandung penyesalan semata,
aku berpendapat bahwa itu adalah setengah dari gotong royong.

Namun bila kalian manusia yang memperlakukan manusia yang lainnya haruslah secara manusiawi pula.

Jadi,
marilah kita sebutkan nama Tuhan,
untuk kita agungkan,
untuk yang kesekian kalinya.

Betapa besar nafsunya, yang telah mengalahkan kilauan cahaya berbentuk embun pagi ataupun kristal, dalam kain sutra yang lembut, dengan bebauannya yang wangi.

Mari kita selamatkan dia yang disiksa dan dianiaya,
seperti kita yang layaknya berdo’a,
moga keluarga, saudara, kekasih dan kerabat tidak melakukan dan merasakan hal yang sama,
karena hukum kini telah mati seketika akal sehatnya menjadi buta karena amarah marah.


Selayaknya Aku Diam
kesucian itu yang aku nantikan
kini lebih sudah ter-airmani-i, yang putih namun tetap kotor; oleh orang lain
seperti menstruasi yang kamu jalani secara rutin tiap bulannya
menahan perih diperut mu dan pusing tak karuan dikepala mu
dan pendewasaan ini adalah pernikahan, kehamilan, kelahiran dan menyusui
namun letak ketepatannya adalah pada antara obyek dan subyek; yang dihantar oleh sang predikat waktu
firasat ini aku sangkal, lebih dalam, secara menyakitkan
3 hari alu, terintas dalam benak ku, kau bukan perawan lagi
entah kenapa dengan aku ini
masih layak kah dipertahankan dan dipertanyakan


Menyusun Esai-Esai; haruskan aku ikhlaskan?
Dan Manusia tercipta dari tanah,
bila mati akan kembali lagi menjadi tanah!.
Lalu Setan tercipta dari api,
Apakah bila ia mati akan kembali lagi menjadi api?.

Dan bila doktrin ini terasa menjemukan akan aku tinggalkan.
Seperti rasa benci yang teramat benci, lalu kembali lagi, berubah menjadi cinta yang teramat cinta

Masih layakkah manusia percaya pada cerita Adam, Hawa, Setan, Malaikat dan Tuhan; ditaman Surga?.
Jujur aku sangsi, bila mana kesalahan tercipta karena Hawa dan Adam melakukan kesalahannya, karena bujuk rayu Setan.
Lalu, kenapa umatnya ataupun turunannya, harus ikut mempertanggung-jawabkan dosa-dosanya?.
Bukankah anak tak bertanggung-jawab atas kesalahan bapanya, tapi bapa akan selalu ikut serta bertanggung-jawab atas kesalah anaknya!.
Jadi kenapa Umat Adam dan Hawa (Manusia) dan Umat Setan (Jin), harus ikut tersingkir dari taman Surga?.
Sepertinya, ketidak-adilan memang sudah diadakan pada mulanya Manusia dan Setan berpijak di alam semesta ini; layaknya anak-anak Adam dan Hawa yang saling membunuh demi seorang perempuan (Cinta penuh pengorbanan).

Lalu hiasan alam semesta ini, yang saling melengkapi, mereka yang hidup tanpa roh, dan tak pernah menjadi arwah yang bergentayangan; tumbuhan dan binatang, menertawakan peperangan kita (Manusia dan Setan).
Mereka tertawa saat kita berpendapat, “kita harus memilih diantara dua tempat yang tersedia; Surga atau Neraka”.
Selayaknya cerita menyeramkan dan menyedihkan diadakan.
Dan aku menangisi untuk meniadakan keduanya.


God, I’m a Good Girl
Aborsi adalah sesuatu yang layaknya kehidupan, yang mematikan sesuatu yang akan hidup nantinya, dan disini dilakukan atas dasar ketidak-sanggupan untuk bertanggung-jawab, atas kenikmatan yang dikatakannya semata-mata samar-samar.
Tak jauh beda dengan mereka yang masih amatir dalam menyetir mobil.
Selayaknya aku yang askeptisme dalam hal yang satu ini.
Mereka saling menyukai dan saling ingin memilikinya, benda ini mereka katakan anu, namun mereka tidak tahu jelas.
Dan cinta, cinta dan cinta, yang ada dari mulutnya yang menganga.
Darah itu telah menjadi daging.

Durasinya secara gamblang dapat dideflorasi, namun kenyataannya adalah panjang.
Dan mereka berkata atas hasratnya, kehendaknya, “bahwa itu semua tak lain atas dasar dominasi laka-laki” ataupun “saya perempuan, jadi wajar saja!”.
Oh eksistensi ini, selayaknya emansipasi yang menuju pada erotisisme.

Dalam frustasinya, mereka berfantasi, tentang hubungan seksual, yang ditentang dan dilarang, untuk dilebih-awalkan

Lalu lukisan antara ibu dan anak pun, menjadi sebuah imajinatif, yang tak lain karena sebuah insting intelektual yang berdasarkan intuisi belaka

Dan mereka berkata, “aku terisolasi dalam ruang gerak yang sempit” ataupun “keinginan ku ini tinggallah harapan semata, dan aku sedang berkhayal, dan masih menjadi seorang pemimpi, yang berandai-andai”

Mungkin aku terlalu kekanak-kanakan, namun inilah karakterku sebagai seorang perempuan, yang menuntun, dan menuntut;

kebahagiaan atas kehidupan yang dijalani,
kebebasan seksual yang harusnya terpenuhi,
keberanian yang menjadikan diriku bukan sebagai mahluk yang direndahkan, ataupun dicap sebagai binatang jalang,
kebudayaan yang penuh kearifan dalam bertutur dan berbuat, yang tidak sewenang-wenang dengan apa yang mereka namakan ‘latah’,
kecantikan yang didasari oleh kepribadian,
kecemburuan yang bersarang dari persaingan oleh hasrat yang menderu sebagaimana gairah hidup,
kedewasaan yang datang pada pubertas yang menimbulkan tanya-jawab dan kejengkelan, sebagaimana proses yang panjang dalam penungguan sang ksatria,
kehamilan yang masih dipertanyakan,
kehidupan sosial yang sederajat, tanpa harus dipisahkan
keibuan yang menyantunkan dalam tuntutan bahwa aku adalah seorang ibu kecil dari boneka,
kekalahan yang dijadikan modal dasar untuk jadi bahan pelajaran, bukan untuk bahan tertawaan,
kekerasan yang harus dilenyapkan,
kelahiran yang di mana merupakan titik balik aku untuk menjadi seorang ibu dari sebuah sosok idola, yaitu ibuku sendiri,
keperawanan yang aku pertahankan, agar tersucikan dari darah-darah kotor yang selalu aku keluarkan setiap bulan
keselamatan atas segala peristiwa-peristiwa yang membosankan dan menjengkelkan,
kesuburan yang membuat diriku menjadi histeris, bila itu hilang,
keyakinan pada kebenaran dan kejujuran, yang berlandaskan pada kenyataan, dengan daya upaya untuk keadilan.

Logika ku berperan penuh perasaan mungkin libido ku adalah lesbian.
Namun tetap saja aku adalah mangsa kaum laki-laki, sejelek apapun aku.

Dan aku tak mau menjadi sosok dengan sebuah pemikiran yang masokhisme, meskipun tanpa sadar aku sedikit demi sedikit telah menjadi bagian yang hampir serupa daripadanya.
Semacam mitos dan mistis telah diadakan dari susunan menstruasi yang aku jalani; dan semuanya adalah misteri yang pada awalnya membuat aku histeris.

Selayaknya pandangan ku pada seorang sosok ksatria, yang padanya akan aku serahkan segalanya, dengan segera, namun tetap lidahku masih tak mampu berucap tentang monogami.
Karena moralitasku, tak mau berada dibawah mucikari, namun setara dengan ksatria, dengan meniadakan mucikari.

Aku adalah mahluk yang otonom, yang mempunyai otoritas dari pilih-memilih, ataupun memilah, namun aku tak kuasa, karena organ seks ku terlihat pada mata mereka, dan bagi ku ini merupakan kelemahan.
Dan pahlawanku adalah pakaian yang menutupi tubuhku ini.
Karena aku malu pada pasangan ku, saat ia melihat payudara ku.
Aku merasa lebih baik menjadi pekerja rumah daripada seorang pelacur.
Karena disana aku bisa berkuasa dan merdeka atas segalanya, meskipun aku dikatakan sebagai seorang pembantu namun aku akan mendapatkan seorang pembantu pula, yang di mana aku menjadi sosok pemberontak atas ketidak-adilan.

Sumpah aku merasa bosan, dengan penetrasi yang bersifat orientasi-orientasi dari nasihat-nasihat.
Selayaknya sebuah dogma.
Karena aku telah dididik untuk berbohong terhadap sesamanya, dan memelihara rahasia untuk selamanya, sedari aku kecil sampai mati.

Oh Siti Maria yang perawan, disini ada kata perbedaan, perbudakan, perkosaan, permusuhan dan persaingan; karena aku tak sanggup dan tak bisa berkata ini merupakan diskriminasi ataupun intimidasi atas daripada sosok lain kepada sosok diri ku ini.
Yang aku inginkan adalah persamaan untuk keselamatan.
Selayaknya aku yang menikah bukan dengan maksud untuk merasakan lebih rendah; ataupun bersetubuh tanpa kenal waktu, tapi lebih terpilih pada pilihan yang di mana perasaan yang mendalam; dan ini sungguh melelahkan.
Seandainya, bila saja, ada kata, menyerah dan pasrah...........

Dan diantara sana, mataku diantar pada sebuah prostitusi, yang para laki-laki bilang, “beli saja!”.
Dan diluar dan didalam rumah pelacuran itu mengandung makna seksualitas yang sadisme.
Dan aku adalah feminin yang melihat sensitivitas.
Yang dengan spontanitas, berharap suamiku tidak mengambil peranan sedikit pun atas daripada itu semua.

Bagiku itu adalah moral yang rendah.
Tabu.................
Atau inikah sebuah tradisi yang transendensinya bermakna akhir pada kata takdir.
Sungguh trauma ini telah menjadi aib, yang bagi kaum laki-laki diketahuinya, bahwa aku ketakutan.
Dan tubuhku histeris seketika, ketika perasaan ini berbisik bahwa tubuhku adalah tunjangan masa depan, bila mana kau tak punya siapa-siapa
Oh............................. Aku tak mau menjadi beban
Tolong............................... Jangan pernah kalian berpikir untuk meninggalkan ku, karena aku sangat membutuhkan mu
Tuhan..............................


Sebelum Masehi
sejenak aku meraba apa yang tangan rasa
melihat apa yang mata pandang
dan mendengar pada apa yang aku dengar
tentang kata-kata yang dirangakai menjadi kalimat
sesaat kehidupan ini mencapai titik puncak yang paling tinggi
karena padanyalah kita serahkan; berjalan menuju kematian
mempertanyakan kematian
dan tak kala kematian datang, mereka menjadi enggan
tak segannya, dengan segera mereka merasa menyesal
sejenak aku tak tahu kenapa, rasa sesal ini menjadi disesatkan oleh orang lain
dan aku menyimak untuk meyakinkan semua argumen yang ada, ataupun yang diadakan; kita menuju kematian
kita meniadakan indera-indera untuk pencapaian hal yang bukan badani; kehilangan untuk kesempurnaan
selayaknya sebuah lukisan kanvas yang menceritakan tentang hal yang lebih baik didapatkan dari kebaikan ketimbang yang didapatkan dari kejahatan
karena pada kematian pula kita akan dialihkan
dan ada pertanyaan yang ditegaskan oleh hati kita
selayaknya akal mempertanyakan hal yang mutlak, jika ada, adanya
tak lama, mereka menyesal, telah mempertanyakan
dan kematian datang, entah kebahagiaan macam mana pula yang akan diraihnya
dan hatiku yang berperasaan ini mengucap
dalam bentuk yang satu ataupun yang lainnya, dari alam bawah sadar yang merefleksikan padanya kesadaran dan ketidak-sadaran
karena sesungguhnya reaksi timbal balik adalah rasa yang kita tahu dan punyai, namun secara tidak langsung kita bertanya pada apa yang diharapkan dijawab sendiri, dan kita bertanya pada diri kita, itu pun seandainya kehidupan semata-mata hanya sendirian


Perkosa Jiwa
Dijadikannya aku, untuk ditakdirkan menjadi aku,
seperti pelayan,
seperti pembantu,
seperti juru masak,
dan seperti pemuas seks.

Seandainya semburan dan pancaran mata tertuju,
pada mulut ku,
pada payudaraku,
pada anus ku,
dan pada vagina ku.

Seketika semua gairah adalah sebuah hasrat yang bernafsu,
menjadikannya ereksi,
pada sebuah reaksi,
tertanam kepuasan,
dan terkadang kekecewaan.
Diantaranya, membangun untuk dibudayakan pelaksanaan,
dalam peranakan,
asa keperawanan,
khayal meniduri,
dan setubuhi secara selamanya.

Oh tubuhku adalah prioritas utamanya daripada perasaanku,
seandainya mereka sadar,
selayaknya mereka tahu,
seharusnya mereka mengerti,
dan sepatutnya memahami.

aku bukanlah binatang; aku harap mereka sadar mereka telah melukai perasaanku, mereka telah membunuh harapan dan impian ku, mereka telah merusak badanku dan aku menangis demi kemanusiaan; dalam tubuh ini ada diri ku.


Awal; akan berakhir
menunggu mati adalah suatu kewajaran
bila dapat aku katakan secara tegas, itu sangatlah diwajibkan

dan mematikan diri itulah yang sangat disayangkan
bila dapat aku ikut berperan, maka aku akan berperang untuk menentangnya

seperti bongkahan kayu tua, yang terbawa arus sungai menuju lautan
dan kita semua, sebagai mahluk hidup, yang berdaya guna, pada ketepatan, dalam perwujudannya mencari kecepatan, guna memenuhi nafsu belaka
karena dasarnya ilmu pengetahuan itu tidak menggunakan indera yang jelas, ataupun tampak
karena mutlak, bila daripadanya tercipta sebuah alat, maka akan terhimpit dengan dorongan duniawi
dan sesungguhnya bila hidup didunia ini tidak membutuhkan raga, maka aku akan melepaskannya, secara wajar

menjalani dan menghadapi kehidupan adalah tindak ucapan dan perbuatan
yang bila pada akhirnya menerka kesan dan merekam gagasan demi gagasan
dan kehidupan ini adalah pergerakan yang berulang-ulang
bila dapat aku ikuti, maka pergerakan ini akan bergeser menuju pemusnahan setelah penciptaan

seperti kebahagiaan yang datang setelah penderitaan
dan rasa enak datang setelah aku menggaruk rasa gatal pada kulit
namun, tak mutlak
aku merasa kesakitan; sepertinya ada yang lebih sakti dari kebahagiaan ini; selaput dari serabut yang meliputi kepuasan ini akan hampa; seperti semula


Sendirian
Aku disini, memanggil nama mu...............
nama seorang manusia,
yang ingin melenyapkan diri.
Melebur pada sebuah titik,
hilang........
sombong.................
menebar pesona.........
Terawang ku akan mu, adalah hampa dan kosong,
namun berisi kata mati,
sesudahnya,
bersumpah tidak akan pernah kembali lagi.
Namun lagi-lagi, aku memanggil,
untuk kesekian kali,
aku memelas untuk kekasih,
jangan pergi..............
jangan mati.........
jangan!, jangan pernah sembunyi.......
Bawalah segala kebohongan dan dusta itu,
agar terpuaskan.......
menangis...................................................................................
Putus asa menghampiri.
Di tembok putih aku menyandar.
Di cermin aku menyadar,
menyesali........... kata-kata,
terucapkan, tetap, “jangan pergi”.
Mencintai kamu, akan ku pada mu; mencintai.
Terpuaskan di samping mu.
Keberadaan mu adalah hilangnya beban-beban.
Cantik...........
Paras menebar pesona.
Hari ini, hati ku , terkikis, tak habis-habis.
Tak ingin sendiri.
Lewati hari,
tetap ada di kalimat, “jangan tinggalkan diri ku..........................”.


Nagih Uang
berasa tidak ada; dalam arti tidak dihargai
temanku sendiri; menyempitkan hari untuk bertemu
untuk bersatu, ataupun untuk mengadu agar jauh

UhH....................
berapa kali aku harus berkata, berteman itu jangan menghitung untung rugi
dan bila engkau berkata tentang pengertian, maka sadarilah bahwa keadaanku terpuruk, dan seakan-akan dikutuk untuk buruk

selayaknya filsafat materialistik yang aku pertentangkan

UhH..........
aku rasa kita akan segera menjauh
seperkiraan ku tentang hari depan, yang aku terawang
ada yang tidak beres
Selalu saja dalam ketidak-jelasan dan ketidak-pastian
Kini, apa lagi kini, yang tersisa hanyalah airmata dan rasa tidak percaya

kita bukan alat hitung
bukan pula komputer
ataupun disamakan dengan mesin-mesin

UhH...................
seandainya aku mati hati ini
lebih cepat dari takdir yang telah ditentukan, dan aku menunggu, menanti, kedatangannya; mati
mati dari segala rasa
matiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii.
titik.


Psikofat
Tak mau kenapa,
hubungan antara komunikasi yang ditarik ulur.
Tak mau kemungkinan,
penipuan, topeng, kepalsuan dan kecewaan tanpa terpuaskan.

Berharganya dirimu,
mengasingkan diri, tentang esensial.
Nan jauh disana,
rembulan, mentari dan bintang-bintang.

Tuk mencoba sabar,
menunggu, tarik ulur.
Tegar,
tak gentar.


Galau
Sepertinya, tak ada kata yang tepat untuk diutarakan, kalau pun ada, hampa.
Di sini, tiba kita pada titik bosan dan jemu, namun aku rindu kebosanan yang akan datang ini.
Mengukurnya di titik puncak, pada saat aku muak dengan ketidak-mutlakan.
Kau menyangkal, kau tidak bersalah, kau tidak menyesal, dan kau terpojokkan doktrin-doktrin orang lain, namun, kenapa engkau berkata bahwa aku makin memojokkan, sementra pada saat aku hanya berkata soal dosa dan neraka.
Bukankah akan lebih menyedihkan, bila ada manusia sedang sedih lalu ditambahkan kesedihannya itu dengan mengulas kesedihannya tersebut.
Aku heran, namun tak penasaran, sedikit pun telah dapat aku temukan jawaban, dari sini, strategi dikatakan, teka-teki diungkapkan, namun untuk apa?, aku rasa untuk sebuah hasrat badani saja.
Konyol memang, engkau terlihat tolol, karena ingin mencapai jalan-jalan dengan segera mewujudkan tujuan mu, namun impian macam apa, yang mengikat langkah atas hutang budi; tak tersentuh dan tak selaras akan kata dan rasa.
Galau sudah mimpi dan hidup ku ini, sepersekian detik putus jiwa dalam gejolak kematian yang mengakar keruntuhan dan keutuhan dinding kota.
Nyamuk-nyamuk berterbangan, kesana-kemari, mengoyak telinga kita; mencari darah, dan korban menjadi sebuah hiburan dari tangan-tangan sang pencabut nyawa-nyawa.
Hawa dingin menyebar, angin menyentuh alam, hembusannya, Oh duhai paras-paras penuh harapan, kalian resah!! seketika aku berkata, “MUSNAH”, keabadiannya pun relatif labil namun dia serentak bergerak, untuk masa depan.
Oh tai-tai kucing yang bau, kalian tak ayalnya seperti gonggongan anjing di malam hari; airmata keibaan.


Entah, Syair Apa
Ada bayangan putih melewat diantara kaca-kaca bening,
kristal yang sombong,
menampakan diri dengan samar-samar.

Suara demi suara terdengar,
langkah kaki dan bunyi hewan malam,
manja karena tak sempurna.

Dilawannya seribu bahasa Tuhan,
yang jelas dalam kasat mata,
menatapi aku yang seketika pusing mendengar bising jalanan.

Angin berhembus dan daun kering berjatuhan,
terbawa hingga tersentuh dengan tanah.

Disini seribu cerita usang,
terdalam dalam titik balik bayang-bayang ketajaman.

Seketika aku pandang dan tersentuh angin,
hilang........................


Kontras Hitam Dan Putih
teringat, akan daya tarik
sebuah paras angun namun langkahnya angkuh
merengkuh sukma untuk menebar pesona
dan namanya tak akan pernah dapat ku lupa
sedemikian kaya akan warna
dalam hentakan dan alunan nada
ada sebuah makna yang dicipta
daya tangkap ku akan kesan dan citra semakin terungkap
dinamikanya adalah sebuah gabungan antara estetika dan seni
seakan harmoni ini tidak akan pernah mati rasa
pikiranku pun menjadi sebuah suri teladan
mana mungkin ada sebuah dinamis tanpa ada kesetaraan!
emansipasi menjadi sebuah simbol pemberontakan dari kisah yang traumatik dari autentik sebuah anatomi homoseksual
penggapaian akan imaji dan ilusioner menjadi semu dan maya

awas, berbahaya!...............
kata demi kata aku dapatkan
selayaknya harapan yang berlebihan, serasa defresi diiringin frustasi; implementasinya adalah eksperimen yang pasif dan mengundang tana akan arti sebuah deflorasi terlalu dini, ataupun pemerkosaan yang pasrah pada malam pertama
menggaung, mengundang kita untuk bertanya
pada apa yang dianggap hilang
akankah aku terpuaskan oleh ini semua?!
metafora-metafora menjadi ambigus
sial, memang...............
namun apalah aku yang kini menjadi sebuah penilaian
orang bodoh menjadi sakit
tak waras, karena jiwanya terancam untuk bergejolak namun tidak tersampaikan; putus
mata hati ini mati seketika, begitu saja
sudah cukup, gila................


7 (tujuh)
tujuh hari yang lalu aku bermimpi,
bermimpi tentang sesuatu yang tidak aku mengerti
disana ada pandangan, dalam pikiran
yang terhampar dalam bayang yang tak pernah ada kata pengantar

mungkin, dan hanya mungkin
jika, dan bagaimana jika

ada sebuah pandangan hijau, yang membuat tenang
layaknya padang ruput yang tak gersang
aku tak kuasa mengucap, hanya terpana oleh warana
dan tebar pesona semakin menggila

diantaranya, aku diantarkan pada sebuah warna
oh warna, jingga, merah keemasan, meriona-rona dan terbang diantara padang rumput yang segar itu
membuat hati terpana, dan tak kuasa aku berkata
dia terbang dengan sayap, namun aku tak yakin dia mahluk hidup

hanya mungkin
dan hanya jika

kini tujuh hari telah berlalu,
berpacu cepat dengan waktu
merambat lambat dengan ingat
dan kini aku berharap

akan tujuh, tujuh hari lagi
kita akan bertemu
dalam senda tak jemu
dan otak ku berkata, semoga bukan hasrat badani saja yang ada dan yang akan dibawa


Lawakan Ku
Disini ada yang perlu kita gali untuk dicari
Dan mari kita mengkaji, secara teliti
Ada sebuah syukuran, apa itu ada dalam Al-kitab dan ajaran agamanya?!
Ada sebuah tahlil, apa itu?!
Ada puasa hari kelahiran?!
Dan sebuah tradisi lainnya, yang menjadi sebuah masa transisi ataupun sebuah media transformasi

Tak habis pikir, mereka percaya dengan begitu saja
Alam nyata yang menumpuk kata, untuk dipertanyakan
Mempertanyakan, antara subyek pada obyek, dan sebaliknya, dengan diantar oleh predikat dan kata keterangan, yang diakhiri sebuah penjelasn dan kepantasan
Sebenarnya biarkanlah, semuanya menjadi sebuah derita, ataupun cerita dan saksi
Dikarenakan penciptaan, pemelihara dan perusakan; layaknya sebuah perulangan
Lalu, apa yang sepantasnya dan sewajarnya kita berikan puji dan syukur, karena telah mengingat-Nya?
Selayaknya kita bersyukur karena telah diberi kehidupan didunia, sebagai mahluk yang paling mulia
Dan apakah kita berperan, karena takut pada hari penentuan?
Dan apa mungkin, dosa orang tua akan dilimpahkan pada anaknya? Oh, maafkanlah aku, dalam arti aku harus mencari tahu, karena alam semesta ini diciptakan untuk diadakan untuk manusia, namun penciptaanya alam semesta ini, apakah setelah atau sebelum adam dan hawa diusir dari taman surga?

Sungguh tak jemu mencari jawab dan tak hampa akan tanya
Dan aku bersaksi, materialisme hanyalah bahan buatan para pelawak; kaum penggembira tak sadar kehidupan diadakan demi perwujudannya menuju kematian, namun untuk apa?


Pesan Suara, Moral Abnormal (tak selamanya yang kalian dengar: benar)
Yap, kehidupan diadakan untuk kematian. Jika memang benar demikian, bisa jadi kita adalah sebuah harmoni yang labil, yang dimana kita akan beranggap secara semestinya, logika dan akal sehat akan berkata denagn hebat bahwa, kematian diadakan untuk kehidupan.
Mungkin masuk akal, saat ini
Namun saat nanti, ada lagi hal yang lain yang akan lahir
Terbingkai oleh seni-seni bertetesan airmata
Selayaknya orang banyak mendatangi kuburan-kuburan yang asing; yang sudah semestinya tiada
Sudah semestinya, sejarah ini diperjelas

Anda mungkin ingat, bahwa saya hanya mengingat saja
Dalam ilusi yang tersusun secara imajiner
Saya terangkul untuk memeluk apa yang diadakan oleh Sang Pencipta dalam keteraturan tak tak terhingga
Seperti sempurnanya pasang-surut
Dan penderitaan dan kebahagiaan bercampur rasa takut
CHayo-chAYO!!!!. Bilamana kematian adalah jalan untuk melangkah kepada kehidupan yang lebih baik, disaat kehidupan hanya mengingat apa yang telah disediakan dan dipandu, maka kematian akan mengingatkan sebuah batas dari ingat itu, jadi janganlah kalian menangisi aku yang akan pergi

Sungguh argumen ini tidak akan mati, sampai mati aku menjadi fragmen, ataupun sebuah lendir atau debu, dan argumen ini akan tetap hidup.
Selamanya, selama kata dan bahasa yang kita gunakan masih sama, selama masih ada kehidupan di alam semesta.
Dan filsafat akan tetap saja sama, perlu direvisi, karena yang sempurna adalah Penciptanya dan yang Maha tetaplah Dia yang Maha.


Faust Von Goethe
Aku dengar kamu bercerita tentang jiwa-jiwa yang bergentayangan,
serapuh mereka yang mencipta keteguhan,
dan dialamnya kamu menyayat kisah perjanjian lama dan baru.
Selayaknya usaha ktitikan diri,
sepertinya para arwah sedang berdansa, merayakan hari kebangkitan,
dan kau berbicara dengan kaca.
Oh sorak-sorak anak-anak kecil menjadi sebuah parodi,
sebuah peran dimainkan dengan upaya daya penciptaan jiwa,
dan kesakitan ini menjadi kemunduran kata.

Dan anggur hitam, putih dan merah, bercampur; tabu dan bau
Semerbak para kaum putus asa yang menyerahkan diri, pada kepasrahannya untuk tidak berkehendak, karena asa yang diyakini
Membunuhi harapan yang akan datang
Dijelang suatu masa yang pernah engkau ceritakan; kau penentang kaum pengembira; untuk berpikir; secara berulang-ulang

Teriak mu, “Tuhan!?!”; agama
ujar mu, “Cinta”; seni
Teriak mu, “Do’a”; alam
jawab mu, “Harapan”; fisafat

Disaat hidup, saat kamu menghadapi pintu tanpa warna, terlihat alami, kau masih bisa memuja dan mengagungkan
Parodi anak kecil menjadi tontonan mata
Kotor dan tak sedap untuk dijadikan kalimat
Dan kau berkata pada dirimu, sendiri
Disini, disisi diri ini, ada arwah yang tak akan pernah mati!
Dan pada saat itu juga, kau berdebat dengan setan; untuk menyegerakan kematian mu


Short Message
-TresSTres
Sepi, selamatkanlah arwahku.
Jiwa-jiwa berterbangan, melayang bersama dengan roh, dan terputusan karena terlalu berharap.
Tali kehidupan membentang, menuju kata mati, dan airmata yang kosong dan hampa.
+Orang Asing:
Jangan kau katakan sepi jika kau masih bisa merasakan senang, jangan kau hampa jika kau masih bisa bahagia dan jangan kau katakan airmata jika kau masih bisa tertawa.
-TresSTres:
Senang yang aku rasa tidaklah sama seperti senang yang dirasakan kaum penggembira.
Bahagia hanyalah sebuah perulangan dari antonim airmata.
Dan tawa yang ada hanya ada untuk sementara.
+Orang Asing:
Jika semua hanya untuk sementara, jadi untuk apa semua itu? Ada yang hilang ketika semuanya hilang, bahagiamu, harapanmu, tawamu dan airmatamu. Apakah semuanya ‘kan kembali padamu???
-TresSTres:
Hidup diadakan menuju mati, layaknya sebuah awal pasti ada akhir namun dibumi ini, setiap awal akan menjadi akhir dan akhir akan menjadi awal, namun yakinlah! semuanya akan berakhir.
+Orang Asing:
Akhir pasti akan selalu ada dalam sebuah kehidupan, akhir bahagialah yang diinginkan mereka??
-TresSTres:
Kebahagiaan adalah hal yang relatif bagi setiap jiwa, tergantung dari selera yang dirasanya, jadi ukurannya tidak terhingga

+-.................terdiam...........diam..........mendiami.........diam.......-+
Diam, aku tak tahu apa arti dan maknanya


Jatuh
Untuk jiwa yang terluka
Terkapar disebelah selatan kota ku
Tubuh mu terbaring diantara sejuta rasa kecewa
Bersamaan dengan luka, tumbuhnya luka-luka
Aku tertampar,
didalam buku-buku novel yang berisikan kegalauan dan kegelisahan
Oh...... karya yang nyata,
mengandung makna untuk sebuah rasa dalam dada

Aku tertawa..........
Serentak ditambar oleh jiwa-jiwa penggembira
Dilarangnya, bagai buah kegelapan

Kita bermain aman, diantara bahasa yang digunakan
Ada canda mengandung rasa,
sertai warna-warna
Dan selera ku terumbarkan, melayang diawan-awan,
terhempas diawan-awan
Jauh..............

Ingatkah akan ruang bawah sadar yang ernah aku ceritaka?!!!
Akan rasa khawatir yang pernah aku sanpaikan,
dikemarin hari, dan sekarang kau terkapar lemah dan pusing, setelah jatuh pingsan

Kau baik-baik saja?!!!
Hallo, jawablah aku, wahai diri yang menyendiri
Jagalah diri, selamatkan jiwa, selamatkan diri
Aku harap kau baik-baik saja
Adalah engkau yang terkapar karena luka-luka,
adalah engkau yang berbaring dan pusing karena pingsan,
adalah engkau yang jatuh setelah diterpa angin,
adalah kelelahan dan kesibukan dengan melupakan makan.


Seharusnya
rasanya tak pantas saya berucap untuk mengulang-ulang, meskipun hidup hanyalah sebuah perulangan
dan kita semua akan menjadi tua, adalah sebuah proses akan sebuah hukum
hanya satu yang aku pikirkan dimana pun itu aku berada, dalam situasi apapun itu, yaitu kau
dan berikanlah aku senyuman, meski hanya untuk sebuah ketenangan
rasa damai ini bercampur dengan suara serak
dan aku benci untuk pergi, meninggalkan mu, dan harapanku

sedikitpun rasanya tidak berarti, sedangkan kita akan pergi menuju masa depan, masa depan yang dipercepat
sayang, kita harus berpegangan tangan
dalam bantal, guling, dan selimut yang tetap nyaman untuk dipakai menuju alam bawah sadar
dan, aku pergi meninggalkan dunia nyata yang sedikit maya, namun cemburu cahaya sang fajar, bangunkan ku
terasa cepat............. dan aku mengutuknya

orang kerdil pun menyahut dengan kekecilannya, aku merebah untuk melihatnya, untuk menyamakannya, hanya torelansi yang aku bawa
lalu dia berkata, “kau adalah TresSTres yang tidak bertuhan”.
oh aku hanya manusia yang memakan makanan yang aku siapkan dipanci, oleh diri ku sendiri, dan aku memasaknya sendiri, dan memakannya hingga makanan  itu siap untuk aku makan

dan aku yang berkehendak haruslah mempunyai kehendak, bukan sesuatu yang dikehendaki
dan kau ingatkan ku, akan apa yang harus aku lakukan
meskipun mengingatkan adalah sama dengan memerintahkan, namun aku pun tenangan oleh karenanya


Adinda (women from heaven)
*
Hanya ada kata yang tersisa, bagi cinta
Dan seraut wajah penuh cahaya, rembulan disaat aku terjaga, adalah ada jiwa yang sedang merasa
Akan apa yang tersirat, seharusnya tetap ada
Dan cinta dimalam ini, adalah rasa yang aku bina
Semakin lama, waktu pun memberitahu, akan sesuatu yang akan sirna
Manakala ada tawa, yang tersisa adalah suara serak dari helaan nafas seorang anak manusia
Duhai adinda, kau adalah pujangga bagi bahasa, kau adalah seni bagi budaya, kau adalah canda bagi tawa, dan kau adalah jiwa nan tenang yang sedang aku pandang

Angin sadarkan ku, akan badan yang menyandar
Dan tangkai pohon yang menjulang ini, pasrahkan dirinya untuk diriku menyandarinya
Adinda, kode etik itu harus kita hilangkan, guna ilmu pengetahuan, guna kebenaran untuk pendidikan, adalah langkah besar kita untuk berjalan, diantara kebohongan yang mengatakan dulaitas telah mati, adalah aku yang kau benci, saat diriku berkata akan menyegerakan diri, seucap kata tanda pemisah, kau bentak aku dikeheningan pikiran, akan apa yang aku rasa, akan sanggahan tentang rasa, kau berteriak memberi salam, diujung bukit-bukit terjal, adalah sesuatu akan cinta yang kau rasa.

**
Dan ketika aku bicara tentang alam, kehidupan dan dunia-dunia setelah dan sebelum; disana aku mengucap, “laki-laki adakan masuk surga, disana, dengan tulang rusuknya sendiri, ia membuat perempuan untuk dijadikan pelengkap dan dayang-dayang bagi tubuh dan jiwanya, namun dayang-dayang itu tak jauh beda dengan seorang Siti hawa”


Cinta Bumi
Enyahlah kalian dari hadapan ku!
Sekaligus dengan murka yang kalian bawa dan kalian pelajari
Indoktrinasi bagi sang pengkhayal surga
Karena sesungguhnya hidup ini, harus berpijak dibumi ini, dan mencintai cinta, bukan mencintai bumi!
Kalian sang penilai dengan nilai-nilai
Kalian sang pembebal dengan nilai-nilai
Kalian, enyahlah dari hadapanku!
Karena sesungguhnya hidup di dunia ini bukan hanya tentang agama saja
Singkirkanlah dari padaku jiwa itu, kesabaran, hilangkanlah!
Yang akan tersisa adalah sabar diri, dan kebohongan kalian akan terbakar
Dan semuanya adalah omong kosong

Adalah racun bagi yang lainnya
Sebuah narcis yang berlebih
Dan dosa dan dosa dan dosa dan dosa, yang kalian do’akan dari padanya, bahkan untuk sesama mu
Sebuah harapan yang besar, berbahaya!

Dan kalian berkata, “inilah dosa”, lalu “inikah surga”, dan “inilah do’a”, seakan-akan hiperbola, “kita mendekatinya”
Menutupi hidup dalam kebebalan, kalian kaum kata-kata, dengan kearifan, yang dibawa hanya daya nalar semata
Cinta itu kalian timbun sehingga terjadi pernikahan
Itukah yang kalian sebut sebagai pernikahan?!
Sebuah harapan yang disusun untuk masa depan
Sebuah kenangan yang ditutup untuk masa kelam

Lihat!, langit disana, biru, kuning, jingga, merah, putih dan hitam
Adalah kalian kaum pembebal, bagi sesamanya, kalian menularkan harapan, dan melumpuhkan virus kenangan!


Yang Ku Bawa
Pada awalnya ku hanya bertanya, namun yang aku dapatkan adalah jawaban berupa dogma-dogma tanpa keseimbangan
Dan logika mati, sepenuhnya, jawaban pun hilang ditelan si bingung

Dan kita turun dari surga hanya untuk mempelajarai ilmu pengetahuan, dari sebuah falsafah yang berkemungkinan
Adalah hilangnya sang penimbang, akan nilai-nilai dan ciptanya

Sejak awal telah aku katakan, pada mulanya yang manusia bawa adalah sebuah rasa malu dan penyesalan
Tak layak jika kita tidak tahu, namun ingatan merekam sehingga berkata, “aku lupa”
Astaga, karenanya aku menjadi ingin muntah, namun yang aku keluarkan hanyalah ludah, berupa ludah yang kental
Bercampur darah ataupun air kehidupan (mani), aku tak peduli

Raga ini akan segera usang, tak kuat lagi untuk dijadikan parasit bagi jiwa, dan bagi roh
Dan langit pun menyamakan dalam harmoninya, yang tak aku tahan adalah tanya yang semakin besar

Para Nabi sedang menunggu kita digerbang pintu-pintu surga, atau mereka telah berada didalamnya?
Di mana? Ke mana? Dari mana?
Kita harus membuang sebuah kebenaran, yang kita dapatkan dari warisan; karena pikiran kita akan mati, hanya menuruti, tanpa banyak tanya, tanpa sebab-akibat
Setan pun berdo’a pada api neraka, “biarkan mereka melebur, dan mati bersama ku, sehingga mereka renkarnasi menjadi mahluk seperti diriku”


Aku Tak Ingin, Ragaku Aku Jual, Namun...
“aku membenci pelacur”, ujar pembual, “aku menyukainya”, ujar pemimpi, “aku ingin menghilangkannya”, para hakim pun berkata, “adalah aku yang menjadikannya alat”, politisi pun ikut berkata, “aku menginginkannya”, kata para raja, “nikmatilah, dan nikmatilah, lalu buang”, para kaum borjouis menyerupakannya layak sebuah cerutu.

Aku tertawa,
siapa diantara kalian yang berkeinginan menjadi pelacur?, bercita-cita menjadi seorang pelacur?, berkehendak menjadi pelacur?, bernasib seperti pelacur?
bukankah kalian semua, sama dengan mereka, hanya menginginkan mereka tetap ada!, dan kalian hanya setengah-setengah berharap, para pelacur hilang dari tanah yang kalian pijak, dari tanah yang sama!.
Aku tertawa, semakin keras
adalah mereka, para pelacur yang berada dalam kesulitan; ingatkanlah, sadarkanlah, dan tolonglah!
akan jiwa dan raganya yang menjadi beban
namun, apakah mereka menikmati pekerjaannya?, apakah mereka menyukai pekerjaannya?, atau mereka hanya menyukai dunia dan menikmati uang yang didapatnya?!.
Aku tertawa semakin keras saja, sehingga terdengar seperti sebuah teriakan yang lantang
apakah telingaku sama dengan telinga mu?!, katakan?!
dan kalian membenci mereka karena mereka merebut kekasih kalian, cinta kalian, kasih sayang kalian, kenikmatan badani kalian, kekuasaan kalian, dan belaian dari kalian,
adalah hal yang kalian benci dari para pelacur, dan para pelacur pun menjadi benci cinta dan seksual; adalah sebuah pemerkosaan dengan kelapangan kesulitan dunia.
Tertawa ku pun merendah,
kita semua yang salah, adalah aku yang harus dipersalahkan, karena nilai yang kita bawa sangatlah rendah.


Gumam Ku
Adalah kita yang sama-sama tidak tahu
tidak mengenal,
menjadikan ketidak-berartian
dan ketidak-berhargaan,
adalah ketidak-pentingan,
kini bersatu dalam keberpalingan, satu sama lain
kini saling berkepentingan, mementingkan masing-masing.

Adalah aku yang beradab, yang bisa diajak bicara
aku adalah sang pendengar yang baik, dan sang pencerita yang baik pula
tidak lebih aku dikenal sebagai pendongeng dengan omong kosong, bagi mereka-mereka yang tidak percaya
dan aku tidak menyalahkan mereka, karena mereka tidak pernah mengenalku
namun, engkau mengenal aku.

Adalah aku bagian dari eksperimen mu
adalah aku obat dari luka-luka mu
adalah aku madu yang kau jadikan sesaji
adalah aku racun yang kau bicarakan dan ceritakan
adalah aku kekebalan-kekebalan yang pernah engkau utarakan.

Aku benci dengan lingkaran setan ini,
lingkaran kehidupan
kita ingat masa lalu karena disana ada kenangan yang tersimpan,
kita ingin masa depan, karena ada harapan dan impian yang ingin tercapai
ingatkah dan inginkah engkau, sekarang akan masa sekarang?
lihatlah!, aku berada didepanmu, didepan mata mu!
kenapa engkau begitu buta?
apakah karena cinta, cita, asa, dan impian yang membutakan?
katakanlah, karena aku akan percaya?!.


Bahasa Jiwa
aku yang mengetahui setiap pergerakan mu
adalah aku yang mengetahui apa yang ada dalam pikiran mu
setiap apa-apa yang mengalir dalam ingatan mu, akan selalu terbawa dalam perasaan ku; menjadi kata dan gambar
aku tak tahu mengapa, dan aku tak pernah mau tahu untuk lebih tahu, aku ada sekedar untuk mengingatkan mu, dan untuk melupakan ingatan mu akan luka dan harapan
karena air mata, untuk itulah aku akan selalu ada

diam..............
berisik!
dan kegelapan
sudahlah......
jangan pikirkan apapun......
berhentilah......
jangan berbuat apapun
istirahatlah.......
dan jangan bawa perasaan apapun.....
berjanjilah!
ayo katakanlah!
berjanjilah, untuk apapun itu.

ada gambaran tentang masa depan
tentang di sebuah gerbang
gerbang sebuah pertemuan
pertemuan yang dinantikan

adalah aku yang ditunggu
adalah aku yang menunggu
menunggu dan selalu ditunggu
adalah aku si patung di gerbang mata yang buta

sudahlah............lupakanlah............sudahlah.........diamlah.............sudahkah?!?................lupakah?!?..............diamkah?!?.


Jelang Hari Ibu
Hari esok, berwarna merah dalam kalender tahunan kabisat ku
Ditandakan dan diadakan
Sebuah perayaan untuk menyambut
Aku berpikir, mengapa?

AhH, mungkin ingin lebih dihargai saja

OhH, hari yang dinanti, untuk kesekian kali

UhH, hari kaum kalian dirayakan sekarang

EhH, adakah sebuah femininisme disana?
sebuah emansipasi?
makna kasih sayang?
eksistensi pelacur?
totalitas kaum demokrat?

Heh, aku sedikit senyum, sedikit ngiri
Bengis yang aku munculkan, akan aku matikan
Kelak............., ya pasti kelak
Kita sama, kita setara, kita sama atas bangsa dan suku yang berbeda-beda
Adalah satu untuk semua, dan sebaliknya
Dan kita sama

Ibu terimakasih

Terpikir dalam otak ku, pakaian apa yang akan mereka kenakan besok pagi?
arak-arakan seperti apa yang akan mereka adakan besok?
bahasa seperti apa yang akan mereka pakai dalam pidatonya?

OhH, astaga, aku melangkah terlalu jauh
Sebenarnya, apa yang harus aku berikan besok kepada mereka?!


Ingatlah Aku, Yang Melarang Mu Tertawa
Hey!, kalian para dedengkot pelawak
yang menyiarkan manusia harus tertawa dibumi ini
harus menghargai sebuah tawa dan canda
janganlah kau ingatkan aku akan masa kecil ku
bagiku yang terdapat disana adalah kegembiraan, tanpa rasa sedih dan marah
bagiku........ itu semua sama dengan tidak menikmati apa yang sedang aku tertawakan sekarang
dan kalian semua, sedang menggali kuburan sendiri, kalian pun berkata, “kami sedang menghibur, sebagai hiburan, dan kami libur dari apa yang disebut dengan lembur”

hujah ku untuk tawa, dan penertawa
merupakan tindakan yang arif untuk mengakhiri
karena kalian berkata, “hidup adalah senda gurou”
Aduh, gelap..................

kita, adalah manusia
yang harus belajar tertawa, bukan bergembira!
adalah suatu kebajikan yang ditakutkan, akan kehilangan,
yaitu tawa dalam surga
adalah tawa sewaktu jiwa lepas dari jasad
merupakan akal-akalan dari apa yang sedang bergentayangan
adalah aku yang belajar untuk tertawa
................. aku adalah sang penutup lembaran-lembaran kepalsuan!

dan apa yang aku usahakan
adalah untuk sebuah daya upaya, untuk mencapai apa yang aku kehendaki
merupakan sebuah lelucon yang bisa membuat tawaan terbahak-bakak
Ha999x.......He666x...........Wow333x............
tak terpuaskan; dan omonganku bukanlah omong kosong.


Krisis
*
Hai para manusia unggulan, beranikah kalian membuang harapan kalian?!
Katakan!, sekiranya maka kita akan mendapatkan makna kata dari ‘pengecut’ daripadanya
Bagaimana jika kita semua, bersiap diri, untuk mencuci otak, secara bersama-sama!
Bukan untuk mengubah masa lalu, namun melupakan masa lalu
Biarlah waktu berpacu, aku tak mau tahu
Namun, kalian, para manusia yang berkehendak, bisakah kalian hidup tanpa kesabaran, tanpa harapan, dan tanpa adanya sebuah cerita-cerita masa lalu?!
Ehm, kalau begitu, bagaimana kalau kalian mengubahnya!

**
Dan setan pun mendatangiku, namun ia hanya menyusup dan bersembunyi, dibalik hati yang sedang aku gali
Emm, aku berkata padanya, “tampakanlah dirimu, ajarkanlah aku sesuatu tentang keadilan”
Ia menampakan diri, dan bentuknya sangatlah tidak enak untuk dipandang
Lalu aku berkata, “ubahlah wujudmu, bukankah kau bisa berubah-ubah bentuk, dengan sebuah ilusi, dengan begitu aku belajar kebenaran”
Setan itu pun berubah menjadi bentuk yang sangat indah
Dan aku bertanya padanya, “apa yang sedang kau lakukan pada diriku dan dirimu?!, adalah aku sang manusia, mahluk yang mulia diantara ciptaan Tuhan yang lainnya, termasuk diantara kamu, jadi berlututlah kepadaku dan sembahlah Tuhan, karena kalau tidak aku akan menjadikan dirimu sebagai musuh yang nyata bagi diriku!”
Setan itu pun menghilang dari pandanganku

Oh akhirnya, aku belajar sekaligus tentang kejujuran dan keberanian
Adalah setan yang berkata disela aku berdiam diri dan berpikir, saat ia tak tampak dalam pandangan telanjang, “adalah aku setan, yang akan mengoda mu selama alam semesta ini masih ada, dan aku akan memberikan apa yang kau pinta, untuk kepuasan mu, namun menyerahlah pada dunia, karena dengan demikian kau akan bersamaku, menemaniku untuk berjalan bersama-sama, menuju tempat yang sangat baka, yaitu neraka, dengan begitu kau akan sadar bahwa aku tak layak untuk berlutut pada dirimu”
Dan aku tertawa...........
................ aku pun menghilangkan tawa

***
rasakanlah, ketenangan
begitu ucapan yang aku dengar
pada agama, yang daripadanya ada cerita untuk membuat kita sadar selagi kita menyandar; resah dan takut
Oh buaian-buaian dari semua ini, adalah sebuah kebajikan dan kebajikan
Oh dunia, haruskah aku mengejar dirimu dengan dunia pula?
Oh surga, haruskan aku mengejar dirimu dengan surga pula?
tamparlah aku, sekiranya itu akan menyadarkan diriku
bakarlah aku, setidaknya akan meniadakan diriku, untuk selama-lamanya, tanpa ada batas waktu
Oh....tidur seharian harus aku lakukan, lagi dan lagi
beberapa orang tolol mengikuti ku dan bertanya tentang makna ketenangan
aku jawab, “apa yang aku yakini adalah sebuah kebenaran,
apa yang aku usahakan adalah sebuah keberanian,
adalah sesuatu yang aku harapkan merupakan sebuah kebaikan,
adalah cinta yang aku mimpikan adalah suatu kebahagiaan,
adalah apa yang aku ucapkan adalah sebuah kejujuran,
adalah umur yang diadakan adalah suatu kehormatan,
adalah apa yang ada, adalah sebuah kepastian dan kejelasan”


Tuhan Bumi
dedikasi mu akan selalu hidup
selayaknya rahim mu yang menjadi saksi atas segalanya
karena aku bukanlah manusia batu, yang lahir dari batu
namun aku adalah manusia baru, yang lahir dari rahim mu
selayaknya aku melupakan guru, guru tanpa balas jasa
dan kau adalah seseorang yang lebih dari seorang guru
dari mu aku belajar banyak, sepanjang usia ku
surga di dalam dirimu, bagai bunga yang kau tanamkan dibathin ku

adalah engkau ibu
tak lebih, semuanya adalah engkau
aku jadikan dirimu tuhan baru ku
tuhan yang aku kenal
merupakan anugerah terbesar, saat engkau memberiku kesempatan untuk ada di dunia
dalam belaian, kelembutan dan kasih sayang
kau adalah malaikat pelindungku
seketika ada bicara, ada kata-kata kesal, bercampur perasaan, adalah bentak dan larang, untuk aku karena cinta mu
adalah cinta seumur hidup, yang aku tanamkan ditaman surga
adalah satu, yaitu untuk ibu

kesabaran mu adalah sumber perhatian mu, dari waktu ke waktu, demi waktu ke waktu
adalah mahluk yang sabar
kau gagah di medan perang, membela diriku, meskipun aku salah
kau tak malu-malu mengumbarkan, bahwa aku, anakmu, adalah mahluk yang kelak akan berguna
kau, dan hanya kau
sedari aku kecil, kau menuntun ku, membantu ku, mendorong ku, menunggu ku, dan kau adalah api semangat kelahiran, kehidupan dan kematian ku, adalah engkau ibu


Siapapun Engkau; dimanapun engkau berada
Kau tahu, aku akan menyayangi mu,
sebisaku dan sedapatku,
adalah hal yang akan selalu aku ingat,
namun tolonglah, jangan katakan, bahwasanya aku seorang penyanyang

Kau tahu, aku bukanlah orang besar,
namun jangaan katakan jiwa ku, jiwa besar,
adalah hal yang selalu aku usahakan dan aku jaga
jadi tolong, dengarkanlah aku bicara, pahamilah makna yang ada


Cucu Adam, Bersiap Siagalah, Bersikaplah!!!
Aku adalah setan,
yang bernaung disetiap insan anak dan cucu-cucu adam,
yang akan menggoda lewat indera,
yang didalamya terhadap perasaan,
perasaan yang membawa hati, untuk mati
adalah aku setan.

aku sedikit mengada,
disetiap cerita dan udara yang ada,
adalah aku yang menyusup[ kedalam perasaan kalian,
menggema seperti kumadang adzan yang dikasetan,
yang akan diputar selama al;am semesta masih tetap ada
selama-lamanya, selama kalian, kaum adam ada masih tertawa

kalian!, menjadilah orang kebanyakan
itulah nasehatku kepada kalian,
agar kalian merasakan nikmatnya meuju alam baka

Adalah aku, cucu adam
yang mematikan hati
cinta dan benci,
adalah aku.

Adalah aku yang menjadi diriku orang sedikit,
merupakan titik balik dari risalahku tentang bumi,
mematikan racun minat, selera dan rasa.
adalah aku cucu adam.


Setiap Budak, Jadilah Anak !
Rahmat ku menyertai kalian, karena rahmatku,
dulitas ini adalah empirisme yang asali dari yang Esa,
dalam sebuah paragmatis dengan paradoksialnya,
yang mengguncang setiap kata dalam tatanan epitomilogi dan pataloginya
adalah aku, sang pemberi rahmat.
Lihatlah agama itu!, belum mati
namun disana ada iblis-iblis yang bergentayangan
semakin lama roh dari agama itu  pun hilang
bukan tidak mungkin! agama tinggal kata
dan bahasa tinggalah aksara
ingatlah, semuanya tak ada yang abadi, namun apa sebenarnya abadi itu?!.

Ilusi dari bumi, yang membawahi setiap pergerakan, yang dengan setianya kepada para pasukan setan
Mengikuti kalian dengan gencatan senjata, yang membanjiri setiap do’a-do’a yang kalian puja
Waspadalah!

Minumlah air kehidupan untuk ragamu, yang dahaga itu, yang kehausan seperti di padang pasir yang gersang
Adalah agama yang kau pilih, untuk dirimu, untuk hatimu, merupakan iman yang dibutuhkan untuk jiwa mu
Laksanakanlah!

Merupakan determinasi dari sebuah fragmen-fragmen transendesi
Jangan kalian lupakan kehampaan, kekosongan, adalah, hal yang, mengacu pada moralitas
Layaknya sebuah kesepian dan kesendirian, namun kesendirian dan kesepian adalah hal yang berbeda
Adalah dogmaku yang oriental daripada yang sebelumya, adalah lawan!


Menyayat
adalah legalitas yang aku perjuangkan
diantara sekerumitnya
UhH....... aku ingin menarik nafas panjang... lalu aku hembuskan... dan aku teriak.........lantang!
sebuah resmi.......
apalah namanya, aku lupa......
mungkin mendekati keserderhanaan nan sempurna
AhH.... lengkap sudah basa-basi ini
mungkin.........dan hanya mungkin, atau hanya sebuah kemungkinan saja
lelah aku, terkapar sebentar
namun........ apa itu sebentar?!
entahlah!?!, hanya sebuah dahaga akan sesuatu yang tak terpuaskan
atau ini semua........ tak akan pernah terputuskan
menakutkan.......
AkU..... entah mencari apa dan siapa, jika subyektivitas ini mereka tertawakan, akau harus bagaimana?
EmM... masih ada ternyata rasa takut ini...
.............yang sebagian orang katakan sebagai seni
AdUH........ aku lupa, aku jadi malu......
entah kepada apa, mungkin kepada hal yang rendah hati, bukan rendah diri
alangkah indah jika semuanya tidak tertawa
legalitas ini adalah kepalsuan
Aku terdiam, bukan karena luka dan terjatuh; karena aku sudah terbiasa akan itu semua
namun aku terjatuh karena harapan......... YA, ya harapan yang gombal
untuk apa aku menangis.......... untuk kecewa
yang mendarah daging, sia-sia
terputuskan....... racun-racun menjelma menjadi batu dan madu
dilemparkan...... jauh........ dan kembali lagi
muak...... muak.........muak......muntah ku telan lagi, dan lagi


Bursa Tanya
diam................. kau buat aku berpikir
diam........... mengulang-ulang tanpa jawaban
diam
aku benci
dan prasangka ini tak pernah diam
diam,?!?!?!?!?!, apakah artinya?!
diam..................buat apa!?

Manusia bebas, manusia bertanggung jawab
Jadi apalagi arti demontrasi hati ini
Lihat, mereka mabuk bukan karena minuman!
Buatkan aku racun, biuslah aku, untuk otak ku, untuk hati ku, untuk nafsu ku, untuk kediaman jiwa

Hipnotis saja aku hari ini!
Bukankah kau ingin aku berpikir!?!?
Katakanlah, apa yang ingin kau katakan, apa saja, apapun itu
Marahlah, apa yang ingin kau marahi, apa saja, apapun itu

Jika sayap jiwa ini masih layak aku pakai, aku akan terbang
jauh menebus atmosfear, untuk menebus tanya, ataupun merebus raga

Dan aku mati, terbakar, membawa tanya
Dan jika kau mati, aku harapkan, tidak mati membawa rahasia

Tutup saja buku harian mu,
Yang dilembaran awal terdapat kata-kata, “baca setelah kematian ku”

Adalah bebal para pembeban
Adalah anjing-anjing yang melolong demi kekosongan


Hope Song
I lost my love
I lost my lucky
In my life

I lost my world
I lost my control
I lost everything

My beautiful women is gode
My angel leave me alone

But I stand
To try
And said

No wrong with problem
No impossible with people
No war just peace
And hand for fighter


Pesan Tanpa Jawaban
Kemudian ia pergi, meninggalkan sederetan teka-teki.
“Sial”, ujar katanya, ia terseret makna sang bijak.
Kini, ia menatap kosong, dan kesendirian ini lain halnya dengan kesepian.

Pertama-tama yang ia dapatkan adalah hasrat untuk bertanya, lalu ia mempunyai minat untuk mencoba.
Sungguh luar biasa, tiba-tiba ia diam terpesona, jiwanya tersayat, luruh nan rapuh.

Dan prototipe dari sebuah prestise nan empiris pun tergambar dan terbentuk, dalam wadah imajiner.
Satu per satu, menjadi lolongan anjing nan menggema sekaligus mengerikan.
Benih kepalsuan, adalah, yang, jiwa-jiwanya yang ramai.

Bagi ku tak ada yang menyenangkan selain membuat skema sederhana.
Adalah dosa besar diantara dusta kemunafikan, seakan-akan orang-orang naif murka karena dipojokan.
Lantas, aku terhempas angin, karena aku adalah butiran debu, namun aku harap angin yang membawaku adalah angin yang baik.
Duhai..... aku masih juga berkeinginan, karena takut, aku jadi malu, menyesal oleh karenanya.


Untuk Suatu Waktu
adalah aku yang merindukan
rindu serindu-rindunya
rindu kamu
aku akan selalu mengingatmu, tanpa usaha pun, akan selamanya, mengingat kamu, seutuhnya
namun percayakah kamu pada ku?, akankah hal yang sama dapat kamu rasakan?, seperti yang aku rasakan
bukan untuk berbagi, atau apapun itu
namun akankah hatimu adalah hal yang sama dengan hatiku
adalah satu hal yang tidak dapat aku ungkapkan
mungkin kalimat pasangan jiwa adalah yang tepat

biarlah aku simpan rasa rindu ini
menjadi awan tebal, yang menghitam indah
yang siap menurunkan air kehidupan dan kebahagiaan
dengan suara gemuruh halirintar yang lembut
adalah air dari dasar hati yang paling dalam, yang akan menyejukan tanah kering kerontang
biarlah...... aku tak bisa memaksakan rindu ini menjadi cinta, meskipun ada......... aku takut, takut kamu semakin jauh
kematian rinduku adalah kematian diriku
namun selamanya aku akan tetap merindu, rindu kamu.

biarlah rasa ini aku pelihara
dan jiwa ini menjadi saksi
adalah lara ku yang susah aku sembunyikan, yang terkadang aku jadi tertawa olehnya, seketika
dan rindu ini, aku pelihara sebaik-baiknya

meskipun jam tidurku jadi berkurang
tidurku tak tenang
namun aku merasa nyaman dengan rindu ini
yang aku simpan, sedalam-dalamnya, sedalam rindu ini


Sepanjang Jam Berputar
jika dapat aku bicara, berkehendak untuk berpendapat
MAKA HILANGKANLAH STANDAR GANDA PEREMPUAN
karena, jika ia menjadi ibu rumah tangga, biarlah itu menjadi pekerjaannya, tanpa imbalan, adalah jasa terbesarnya
selayaknya aku, yang memandang ibu ku

adalah ia, yang mengisi kekosongan, bahkan kehampaan
merupakan kesibukannya dalam dedikasi membersihkan rumah, dari debu-debu yang tak pernah habisnya
rutinitasnya, sepanjang waktu dan sepanjang masa
JADI HAPUSKANLAH PRILAKU KEBODOHAN ITU

jika kita bangun pagi hari, siapa yang pertama bangun dirumah itu?!? katakanlah! jika kalian punya nurani
adalah tirani terbesar, jika aku, kaum adam berkata, dengan sigap menyambut pagi, dengan tontonan wanita-wanita pekerja, yang memakai jeans-jeans ketat
jika kita tidur malam hari, siapa yang terakhir tidur dirumah itu?!? katakanlah! jika kallian punya intuisi
adalah birahi terbesar, jika aku, kaum adam berkata, adalah sebuah rutinitas lembur disaat jam malam, dengan menikmati pemandangan para pelacur-pelacur


Untuk Sepersekian Detik
tak ada yang namanya masa sekarang
percayalah!
waktu yang telah berlalu adalah masa lalu
dan waktu yang akan kita lalui adalah masa depan
dan ingatlah
kita tidak berada dalam waktu
kita hanya berada dalam media dan sarana dunia
sebuah ilusi yang maha hebat dari sang pencipta
karena sedetik yang lalu adalah masa lalu
sekarang kau mengerti, bahwa segalanya tidak lagi berarti

oleh karenanya, aku tak percaya akan seleksi alam, akan adaptasi diri; adalah skeptimisme yang berlarut-larut dalam cairan kimia
matilah kalian, yang berkata, yang kuatlah yang mampu bertahan

karena manusia tidak dapat mengubah masa lalu
adalah langkahnya untuk melawan takdir dan nasib, melalui harapan dan impian, akan kenangannya yang buruk dan mimpinya yang mengerikan
sebuah anti kodrat pun akan dijalankan, laksanakan!
adalah waktu yang didalmnya tidak ada aku, yang menentukan


Entah Kenapa
ada sebuah roda-roda yang terus berputar
adalah roda putaran
dapat dikatakan sebagai sebuah bola
adalah bentuk suatu keadaan

kesadaran ‘kan hilang
ruang hampa akan datang
dan kini menjadi fragmen yang melewati batas, ruang dan waktu
adalah cinta

ada yang harus diluruskan
untuk tidak menyamakan A dengan B
untuk tidak membandingkan X dengan Y
dan untuk dapat membedakan anatara Aku dengan Dia, Kalian dan Mereka

adalah rasa, sebuah minat untuk percaya
sebenarnya aku adalah manusia yang beda
adalah sesuatu yang dikakatakan mereka, “Nah Lho... Ko Bisa”
ada sebuah tanya, misteri, namun ia berkata, “Takdir”

minatku merubahnya, dia berkata, “Bisa!!!”
yah, kini aku mulai berkehendak dan berharap
akan sebuah keantikodratan
aku akan menembus ruang dan waktu dalam jiwa, sebuah jiwa yang terluka


Untuk Isteri
Sayang, aku membayangkan
sebenarnya tak pantas untuk aku ucapkan
namun masih saja aku pikirkan:
mampukah engkau bertahan disampingku?

jika jiwa mulai letih untuk berharap dan berkehendak
jika raga mulai lumpuh dan rapuh, dimakan sang waktu
jika pikiran mulai terganggu dan ngawaur tak menentu
jika perasaan semakin mendekati kematian

mampukah engkau berada disampingku?!

kini, masih juga aku pikirkan:
untuk berharap kau selalu ada disampingku
namun tak dapat aku katakan, aku takut
ketakutanku adalah takut membuat beban bagi dirimu

jika kau masih berada dalam keadaan suci, sentuhlah tubuhku  untuk terakhir kalinya
jika malam ini aku akan pergi, maukah kau menemaniku untuk minum
jika badanku kotor dan bau, akankah kau memandikan dan memakaikan pakaian pada diriku
jika aku akan tertidur, mampukah engkau menceritakan segala sesuatu, hingga aku bermimpi dan tak bangun lagi

Sayang.......
kini, masih juga aku berpikir
namun masih saja aku pikirkan:
mampukah engkau berada disampingku?


Senyum Pembantu
Kini, terbakar....
Seperti sebuah wabah penyakit yang menjadi penyakit musiman
Dan banjir airmata ini teLah datang

Aku lagi sedih................
Lagi-lagi, aku sedih
Muak aku jadi ingin muntah
Tak bosan aku berharap
Namun harapan ini tak pernah bosan juga

Sang ratu terjangkit penyakit jiwa
PeNyakit yang sangat menjiwa
Mendalam
Dan terlalu dalam
Tak tergantikan
Dan tak terobatkan
Tak tersembuhkan
Dan semakin parah

Aku bukanlah Raja
Aku hanya pekerja dapur
Mencari makanan untuk ia santap
Membuat minuman segar untuk rasa hausnya
Dan Sang Raja hanya impian


Eden
Mendengarnya pun aku tertawa
Orang-orang disekitarku berkata, “hai kemana aja kau kali ini”
Dan apa peduli ku, untuk apa agama dipersatukan, jika jelas bahwa nabi yang membawa agamanya pun berbeda-beda
Dan hai Kau, Allah, dimana Kau saat ini?

Ada yang mengaku sebagai jelmaan dari nabi Isa
Ada yang mengaku sebagai Siti Mariam
Dan ada juga yang mengaku sebagai Malaikat Jibril
Oh...... kalian semua, tahukah kalian unsur dari kata-kata

Menyedihkan bukan....
Apa mereka (isa, maria dan jibril) tidak bisa memberikan kita keterangan yang jelas, tak perlu menyerupai manusia
Karena menjelma adalah berubah bentuk menyerupai manusia
Padahal, mata ku melihat sesosok manusia, tak lebih, aku hanya melihat manusia yang melebih-lebihkan

Dan aku pun tertawa sambil bicara
Kepada orang-orang disekitarku aku berkata, “itu hanya sebuah usaha untuk memperdaya”


Yang Akan Aku Pajang
pedang-pedang kini terlihat bersih dan mengkilau
biarlah berkarat karena tidak adanya darah segar yang mengalir diantaranya, dan ditanah ini tidak ada lagi tetesan darah
biarlah berkilauan karena kedamaian telah datang
biarlah dipajang karena peperangan telah usai

tanda kebesaran aku bakar, agar bisa melupakan bayangan
dan tersirat sebuah bintang besar, aku kubur dalam tanah, sedalam-dalamnya tangan bisa menggali
langit biru....... aku tenang dalam bernafas, karena udara yang ku hirup teramat segar
sungguh damainya jiwa dalam terjaga, dan tenangnya malam dalam menutup mata

elegi untuk esok hari adalah menjaga setiap jiwa, untuk setiap waktu yang akan aku renungkan
oh rasa frustasi..... depresi... dan stres ini menghilanglah!
muka luka dan wajah marah yang murka, ambisius untuk keidealan, kini praktis telah menjadi patung-patung kesombongan
sampai pada detik ini kita belajar, arti dari perlawanan dan peperangan, dan masih harus terus belajar

untuk para jiwa yang terluka......... marilah kita bersama-sama, menangis dan menyesali
untuk jiwa yang akan menghilangkan luka, marilah kita akhiri semua dengan semangat........ semangat baru untuk kehidupan yang baru, yang lebih baik
kalian semua....... jangan menutupi sebuah luka, jangan menyembunyikannya........ karena itu akan menjadikannya semakin parah
marilah kita bersama-sama, saling berpegangan tangan, kita sambut hari baru ini, untuk masa depan, kita saling menyembuhkan.........


Suara Keras Dari Mesjid Dekat Rumah

Pagi kemarin, tidurku terbangun oleh suara-suara yang dikeraskan
Dihadapan para nyonya-nyonya yang berjilbab
Dia, sang Ustadz, begitulah julukannya
Dia berkata, “dari film-film, sinetron yang ada, kebanyakan dari mahluk halus, adalah perempuan”
Dan ia berkata juga, “saya orang yang tak tahu, tapi yang saya tahu begitulah”
tapi bagaimana kalau yang ia tahu adalah kebenaran

Aku terbangun dan mengambil sebotol air mineral didekat lemari
dan menyalakan api untuk menghisap roko
aku tertawa...........
“memang” ujarku, dalam hati
pemikiran mu saya dengan mu

namun aku jadi ketakutan
bagaimana jika itu adalah benar
karena sepanjang hidupku, aku mencari kebenaran, tapi jika itu adalah sebuah kebenaran, haruskah aku membencinya
AhH, terelakan
dan lupakan

Dari hal yang jika ada seorang perempuan, disamping diriku, yang masih hidup, dan melihat ku saat itu, mungkin ia akan terheran
Mungkin ia akan menganggap aku adalah manusia aneh

Memang tolol, namun apa daya begitulah yang aku tahu, yang aku dapati, kebanyakan diantaranya, mahluk halus, sering kali adalah perempuan.......


Kompensasi Ke-2
lihat dan rasakanlah
kita bergulir untuk yang kedua kalinya
secara nyata aku lihat jiwa-jiwa berdesakan mengutarakan keinginan dari raganya
mengambil uang, sebagai pengakuan dari orang miskin
HaH........ Orang tolol memberi uang kepada orang bodoh

Siapakah yang salah
Aku atau Tuhan
katakan!
jika aku salah, jika aku benar
mana sang dermawan yang baik hati itu?
tunjukan pada ku
siapa yang bodoh?
siapa yang tolol?
katakanlah!

Antrilah dan antrilah
berpikirlah, hai kalian para buta huruf yang tak buta angka
uang dan uang, yang ada dibenak kalian
kekuasaan dan kekuasaan, yang ada dibenak pemimpin kalian
bangunlah!

karena kita dididik untuk bodoh
pemimpin mendidik dengan ketololannya
siapa yang sebenarnya harus kaya itu?
sebenarnya untuk apa kaya itu?
katakanlah!
sekali lagi, jelaskanlah jika kalian merasa benar atas kebodohan dan ketololan kalian itu

Aku tidak akan mendikte kalian dengan angka-angka namun dengan huruf-huruf
aku akan membangunkan kalian, jika kalian ingin dibangunkan


Impor Beras
lihat........... orang-orang berteriak
rasakan getarannya yang membabi-buta

sekarang kita sama-sama merasakan, karena kita salah memilih, salah jurusan, salah, yang tak tahu karena apa
aku tak tahu ini takdir atau nasib
namun aku adalah seorang yang antikodrat, yang akan melakukan gerakan perlawanan
kita berteriak, “nasi, beras dan uang”
makan dan makan, supaya perut kenyang

Kini... dimana-mana dan dimana saja kita mulai berasa
berandai-andai, dengan pengadaian kata

beras.......
dimanakah dia?
berapakah harganya?
masih layakkah kita sebut beras!

beras........
berasakah beras itu?
berapakah harganya?
masih layakkah kita memakan beras!

miskin, dan kita sebenarnya kaum misin
kaya, sebenarnya kita hanya berkhayal saja, dengan khayalan yang maha kaya
dan makan, sebenarnya kita tak pernah merasakan kenyang

pemimpin, kalian bukanlah manusia unggulan yang harus aku puja dan aku cari
kalian tak lain dari jelmaan dari penghancur harapan kami, kami-kami yang miskin ini


Puisi Cinta
puisi cinta, tentu untuk yang dicinta
kata sayang, tentu untuk yang disayang
hanya ada kata rela dan pasrah hidup diberikan, melakukan dan diserahkannya jiwa dan raga; untuk cinta

linangan airmata membasahi
kala jiwa menuntun, yang membutakan
jiwa ku............ untuk mu
seandainya kamu percaya akan cinta
Aku cinta kamu

usah aku katakan, hanya perlu kamu rasakan
jika kamu percaya
aku tenggelam dalam wewangian keindahan
akan aroma yang sangat meresahkan
aku ketakutan........ bingung bukan main............ aku jatuh cinta

pada hari yang mengisi
pada nyanyian yang menerawangi
pada pikiran yang mengutarakan keinginan
pada perasaan yang tak membatas
pada jiwa yang penuh rasa
pada cinta yang sesungguhnya bukan kata

semoga hidup kita bahagia
semoga sejahtera
semoga kira berada dalam keselamatan
ya........ selamatkanlah aku dari marabahaya yang melingkupi masa laluku
akannya, aku taruh masa depanku
harapanku, adalah kamu percaya, pada setiap kata yang ada, karena aku tak bisa berromantika untuk mengada-ada

aku tak menghitung, apa yang telah aku korbankan


Kehilangan-3
Oh teman.. kau menamparku, dengan makian yang cukup jelas, dengan maksud jangan dikorbankan.
Oh saudara.. kau menekankan ku, untuk tidak melakukan apa-apa, dan melupakan semuanya, karena dekat dengan ku, kau katakan sebagai dosa besar.
Oh kekasih... kau tidak percaya pada ku, kau sama sekali tidak mengerti, hanya tangisan yang kau berikan, dengan ucapan, “jangan menyesal dan kecewa, biarlah jadi kenangan saja.”

Oh tuhan,
Oh alam semesta beserta dengan isinya
kalian adalah malaikat penyelamatku, yang menunjukan kepada ku tentang keadilan dan kebenaran
betapa ikut andilnya orang-orang yang meninggalkanku, dan kau, Tuhan, kau sungguh adil dan benar

................ Cukup..... aku tak mau kehilangan orang yang aku sayangi lagi....... aku akan menjaga apa-apa yang ada disekelilingku dan yang mengelilingiku............ aku tak mau kehilangan orang-orang yang menyayangi ku dan yang aku sayangi......... cukup............. aku sudah banyak kehilangan................. cukup....... aku tak bermaksud mengorbankan kalian.............. cukup..... cukup... cukup!!!!!!!

Aku tak mau berandai-andai.......... namun....... sekarang aku hanya bisa berandai-andai........... mengandaikan... kalian bertiga..... mengerti dan percaya... pada apa yang aku katakan... pada apa yang aku isyaratkan..... pada otak ku... pada hatiku.... pada diriku.... sungguh..... sesungguhnya aku percaya kalian.... namun mengapa?!?!.... mengapa kalian tak percaya sedikitpun pada diriku.... sudah.... sudah.... sudah terlalu banyak kekecewaan yang aku dapatkan.... namun terlalu banyak pula harapan yang aku tanamkan ada kalian..... kesenangan.... kenyamanan... ketenangan..... kasih sayang.... cinta..... yang aku dapatkan dari kalian....... HeH...... keindahan yang pahit..... seperti cinta.....

Tuhan............ kenapa aku jadi tak percaya lagi pada apapun..... apapun itu..... karena kebenaran ini..... kebenaran ini menyesakan dada... mengesalkan jiwa..... mengecewakan perasaan........ menghancurkan harapan....... sungguh.......... kini............ aku hanya bisa berkata, “pada siapa diri ini bisa percaya dan mengerti?, katakanlah!”.......... aku berkata lagi dan lagi, “adakah?............. katakanlah!........... jika benar seandainya ada... akankah mereka akan sebaliknya.......... Tuhan kau tunjukan padaku kebenaran dan keadilan......... namun dualitas ini...... dualitas ini menunjukan dengan sekaligus....... Kau menunjukan padaku ketidak-adilan dan ketidak-benaran juga”....... Oh...... hidup memang memuakan............ jika benar sebelum aku ada didalam kehidupan ini, kita (aku dan Tuhan) melakukan perjanjian............. mengapa aku mau berjanji?!........ mengapa?!.............. karena aku tak sanggup berjanji....... aku berjanji untuk apa............ untuk kecewa... untuk menyesal... untuk air mata..... untuk menangis.. untuk melihat diri ku yang menyedihkan.......... atau hanya untuk berharap aku tidak melakukan perjanjian...... berandaikata..... andai.....berandai-andai agar aku tidak dilahirkan pada kehidupan seperti ini..................

AhH............ sudahlah....... biarlah......... bukankah Kau anggap aku manusia kuat.......... kualitas dari manusia unggulan........ yang masih bisa berharap.... ya......... tentu aku masih bisa berharap...... dan diharuskan bisa melupakan...... EmM........... berharap untuk mati..... He666x...... berharap melupakan kehidupan....... Ha999x..

............... Aku sudah tak tenang............ bukan karena aku tak menang... namun jika benar menjadi gila adalah awal dari menuju tenangan...... maka izinkanlah aku untuk menjadi manusia gila sekalian............ manusia yang benar-benar sudah tak bisa berandai-andai..... manusia yang sudah dapat mematikan harapan........ manusia yang sudah melupakan kenangan.......... manusia yang sudah tak punya keinginan..... manusia yang benar-benar tidak memperdulikan tujuan..................... maka aku tidak akan pernah merasakan kesendirian dan kesepian... karena kesemuanya itu adalah kosong dan hampa............ Sudah-Cukup.


Lepas Landas
Arus pikiran ini seperti kereta api zaman kompeni
namun perasaan ini seperti lokomotif bawah tanah di negara Jepang
oh.... tak bisa aku kontrol
tak mungkin dapat aku samakan dan jika aku bandingkan akan sangat berbeda jauh
aku harus mengikuti proses semua ini
mengalir............ mengikuti alur
ya...... mengalir dengan begitu saja
buatkan semuanya menjadi sederhana
sesederhana mungkin
aku.......... sayang kamu.
tanpa harus ada kontak fisik
begitu narcisnya..........
mengutamakan yang harus menjadi harapan, seakan-akan semuanya menjadi kewajiban
Aneh, memang
namun, inikah yang namanya cinta
AhH.... kenapa harus aku pedulikan, jika dia tidak memperdulikan

Alurnya, yang aku takutkan
aku akan bertepuk sebelah tangan
dan tangan-tangan yang tak mengerti akan menepuk-tangani ku, dengan menanda-tangani jiwa ini, disayatnya dengan ditandakannya, bahwa aku hanya sebuah kereta api kuno yang dipajang didepan sebuah museum, dengan ayat-ayat, yang layaknya sebuah falsafah berbentuk dogma, “sebuah kenangan dizaman dulu.”

jiwa ku berucap, raga ku bergerak
untuk melihat, dan bertanya
jam berapa sekarang?
tanggal berapa sekarang?
tahun berapakah ini?


Permohonan Ku
Demi Tuhan, ini bukan tentang Tuhan
ini adalah bahasa jiwa, tentang perasaan, yang mendalam, sedalam dogma agama

Oh..... aku butuh keselamatan, untuk diselamatkan, dari apa yang perempuan bilang sebagai sesuatu yang dilarangnya
penuh perasaan, namun aku tak tahu apa ini penyesalan atau kekecewaan
selayaknya kata yang aku bawa, yang harus aku persalahkan
dan perasaankulah yang salah

Akku pulang, namun......... Oh... temanku menamparku, dengan penuh perasaan, seakan membangkitkan aku dari kuburan, dari sebuah rasa yang lain
Entah perasaan macam apa yang ia bawa, namun yang pasti aku tertekan untuk merahasiakan dan menyembunyikan
tak patut aku menangis, lalu lari untuk sembunyi
padahal........... perempuan yang aku harapkan dapat menyelamatkan ku telah pergi
aHh egoisnya diri ini
tak pantas tanah planet bumi ini masih menerima jiwa dan raga ku ini

Kini esok hari....... awal tahun, aku akan membangun kenyataan yang lain, dengan keberanian, dan ketangguhan untuk terus menjadi manusia baik dan jujur
namun kenyataan dan waktu memang memuakan dan pahit, layaknya cinta, wanita dan dunia
saudaraku berkata, “lupakan aku, aku akan pergi untuk selamanya, kamu harus bisa melupakan aku”

............ Ayoooooooo.............. tamparlah aku disini dan disana........ ayo........ marahilah aku sepuas-puasnya.......
Oh Tuhan, moga ini adalah akhir............. moga ini bukanlah awal


Beri Mereka Tanda
Mari kita................. memulai kepusingan, daripada dipusingkan oleh pikiran yang tak mungkin
terserah aku.......... bukankah orang lain pun berkata demikian
Ahh.......... sayang aku bukan orang kebanyakan...... yang selalu berharap dengan kenangan dan impian.......
Dan moga hari ini, sepanjang hari ini........ awan hitam datang... dengan gemuruh petir...... dan hujan deras dengan angin topan.......... biar mereka tahu bahwa aku sakit....... biar alam memberikan isyarat bahwa aku terluka.......... AhH dan AhH........ yang dapat aku ucapkan...... tak peduli do’a ini bercampur dengan dosa.... namun beginilah jalannya perasaan ku dan pemikiran ku saat ini............

AKU BOSAN BERTAHAN..................... AKU LELAH.................. AKU BENAR-BENAR LELAH.................... AKU INGIN MENYERAH SAJA............. AKU INGIN MATI SAJA................. AKU BOSAN HIDUP........ BOSAN TERLUKA............ LELAH SAKIT..... SUNGGUH..


Rezim, Ideologi dan Hasrat
Sekarang ini bagaimana jika kita mulai menterjemahkan
untuk dijamah
segala hal tentang perbedaan
untuk dijadikan sebuah persatuan, demi terwujudnya kesamaan
akan keyakinan, bahwa kita telah ditipu selama beberapa dekade

ya....... semacam propaganda, semacam pembunuhan
semacam pemahaman yang salah akan sebuah ideologi
tak lebih kita diadakan untuk dibenci
begitulah persepsi yang salah akan sejarah
dibukukan guna disalah-artikan
banyak penipuan, atas kekerasan dan peniadaan nyawa pun dilakukan
atas dasar kekuasan
akan tanah, uang, kontaminasi, dan segalanya adalah sebuah kehendak
mereka berkata, dalam tidurnya, penuh hasrat yang mendalam, “demi anak tersayang dan istri tercinta”
aku dikorbankan, untuk dikambing-hitamkan
sementara yang lainnya, ikut-ikutan menjadi beringas dan busuk

ya Bhineka Tunggal Ika dan Tut Huri Handayani
masih adakah makna seperti itu semua
berilmu?
bertuhan?
beradab?
pemaaf?
bersosialisasi?
bersatu?

Tuhan, begitu bodohnya masyarakat ini
masih layakkah aku memberi mereka jabatan sebagai penegak keadilan, sebagai pemberi hak-hak yang benar, sebagai pendiri atas negara ini, sebagai pengatur dan pemelihara?!?


Antara 2005 Dan 2006
Dulu aku hanya dapat melihatnya saja
namun kini dapat aku rasakan pula
oh hasrat akan selera ini
bukanlah sekedar kehendak untuk berkuasa
bukan pula kehendak untuk memiliki
dengan mu adalah salah satu bentuk yang tak dapat aku ungkap dan katakan

Kini lihatlah.........
aku dapat merasakan apa yang sebenarnya sedang terjadi
didalam aliran darah ini
urat-urat nadi ku mengencang
layaknya tubuh yang kurus karena termakan oleh pikiran-pikiran

Ada cinta didalam dada
ada rasa didalamnya
terdapat aura akan jiwa-jiwa
melayang-layang tak tentu arah
layang-layang tanpa benang
adalah sesuatu yang tak dapat masuk diakal
adalah cinta yang sesungguhnya

Oh harapan
oh impian
‘bagaimana kalau’. itulah yang ada dalam pikiran ku

Aku tidak dapat mengubah masa lalu, namun aku dapat merubah masa depan
oh kenangan
oh mimpi


Perempuan Ilusi
Enyahlah kau dari ku!
Kau adalah kesempurnaan yang aku ciptakan dalam otak yang aku bentuk hingga dalam, sedalam perasaan, namun tak dapat terwujudkan
Kau adalah kenyataan dari fantasi yang penuh imajinatif, namun tak dapat aku lupakan
Kau adalah kelengkapan hari-hari ku, namun tetap saja kau tidak akan pernah ada dalam kehidupan nyata
Kau adalah penyelamat dari dunia nyata, yang menyelimuti aku untuk tidak melakukan perubahan
Kau adalah wanita yang ku damba, namun pikiran ku berkata, kau tidak ada, dan tidak mungkin akan ada
Kau wanita seribu satu dari kehidupan yang nyata, ada semu jika kau menjadi jodohku
Kau ditakdirkan hanya untuk pikiran ku dan perasaan ku, namun tidak untuk kenyataan dan kehidupan ku
Kau adalah perempuan ilusi yang harus aku hilangkan, karena tak ada yang sempurna selain harapan, namun hidup bukanlah hanya sekedar harapan saja
Kau adalah mahluk yang aku puja, yang mungkin ada dan mungkin juga tidak ada, namun aku yakin kau hanya ilusi
Kau adalah penghancur kehidupan nyata, yang membayangiku dalam melakukan perjalanan cinta yang lebih nyata
Kau memang sesuatu yang aku tunggu-tunggu, namun batas kesabaran ku, akan penungguanku telah terlalu lama

Kau., enyahlah dari pikiranku!
Kau, enyahlah dari bayangan ku!
Kau, enyahlah dari perasaan ku!
Kau, mungkin tidak dapat tergantikan bagi sebuah kehidupan dalam pikiran, namun aku yakin ada pengganti yang lebih nyata, meskipun tidak terbentuk sempurna dan lengkap seperti engkau
Kau, harus aku enyahkan!

Yang Menangis Di Malam Hari
terimakasih, kau mau mengerti
aku tidak butuh kasih sayang dalam bentuk kasihan
aku hanya butuh rasa sayang dari bentuk kekasih
aku tidak dapat memaksakan dan mengada-ada
namun sayang.. ini adalah kenyataannya
jika dapat kau rasakan..... tak usahlahlah kau katakan
demi hidup yang panjang...... aku akan selalu ada
demi hidup yang singkat...... selamanya aku akan ada
sayang........ demi cinta yang teramat dalam
demi waktu yang akan kita lalu bersama...........
marilah kita lupakan harapan-harapan kita, dengan melihat bintang-bintang di langit malam
maaf................ jika aku hanyalah seorang yang tak dapat kau mengerti dan kau pahami
namun yakinlah...... percayalah........... aku sayang kamu........

............... aku cinta....... cinta pada sebuah jiwa yang indah... pada hati yang cantik............
pada sesuatu yang dapat aku percayai............... yang dapat mengerti............
selaras................ dalam keserderhanaan yang akan aku perjuangakan.............

hanya cinta yang aku bawa..........................
dinegeri ini, dimana orang saling memangsa................. yang kita butuhkan hanyalah cinta......... dari semua cinta yang ada....... hanyalah cinta.............. cinta yang terdapat pada dirimu...

sayang............. aku sayang kamu.

1 comment:

Anonymous said...

Hello, of course this post is actually good and I have learned lot of things from it on the topic of blogging.
thanks.