Wednesday, February 4, 2009

PRAKATA YANG DITUNGGU

Semua ini tercipta berawal dari sepatah kalimat yang tertancap dalam lembaran putih tentang realita siapa dan mengapa, sesuatu yang dirasakan namun tak disadari, maka aku bersabar untuk mengungkapnya, kata-katanya yaitu:

Aku berada di tempat yang sebenarnya tak ada.
Aku berhadapan dengan sesuatu yang sebenarnya tak nyata.
Aku berrasa dalam ruang waktu yang berbeda.
Aku yakin aku ini bukan manusia yang sebenarnya.


Menyadari keterbatasan, mengakui kesenjangan serta mengangkati beban-beban. Disini cerita dimulai dari kalimat-kalimat dan disini pula aku sadar tajamnya sebuah lidah.

Diangkat kisah-kisah yang sebelumnya ada atau tidak ada, membuktikan bahwa; sebenarnya kesadaran kita tinggi, tingkat fantasi kita alami dan halusinasi ini bukan sebuah mimpi. Yang dimana tertanam secara kewajaran dan memang sudah seharusnya, maka kisah-kisah itu akan ada.

Selamat menikmati dan selamat mendalami, semoga menyadari hal ini, maka lembaran rekapan dari cerita otak kiri yang menentang kesadaran nyata otak kanan akan terjadi.


“Apalagi yang akan kita tunggu
Apa mungkin yang kita tunggu akan datang
Masih haruskah kita menunggu
Masih ada waktu kah untuk menunggu”

“Sampai dimana waktu kita menunggu
Layakkah kita menungu terus-menerus
Apalagi yang kita tunggu”

“Kita dalam naungan waktu yang berjalan lambat
Kita dalam naungan waktu yang berlalu cepat
Kita menunggu keseimbangan, keseimbangan waktu
Depan dan belakang hanya sebuah tantangan”

“Menengok ke belakang membuatku menyesal
Melihat ke depan membuatku pusing
Haruskah aku mengubur dalam-dalam harapan
Haruskan mimpi-mimpi itu aku acuhkan begitu saja”

“Lalu kita menunggu apa lagi
Lalu akan sampai disinikah waktu kita menunggu
Akankah waktu tunggu berlangsung sesuai dengan keinginan kita
Akankah, katakan”

“Mampukah kita memutar balikkan keadaan, berputar seperti siang dan malam
Sanggupkah kita berjalan sendiri, ditengah-tengah berjalannya sebuah pesta
Beranikah kita berkata tidak, diantara ramainya orang berkata, ‘iya’, padahal mereka tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi
Akankah kita dengar suara-suara dari hati ini”

“Dengarlah bisikan-bisikan
Rasakanlah, baru kita sadari yang sebenarnya”

No comments: