Wednesday, February 4, 2009

PUISI TANPA UJUNG JARI

Berakhiran Me-Kan
Akhiran dan berakhirkan diujung perpecahan dunia
Sebuah kata pengantar film perang dunia 3
Takkala bukan warna kulit lagi yang dipermasalahkan
Melainkan pencarian waktu pada mata-mata hati


Perumpamaan menjadi hal sering diperbincangan para sendadu
Perubahan makna satu arti mendasar pada pengkodean anti damai
Kain penutup mata sama halnya dengan kain kapan
Tubuhku tumbuh diantara tubuh kalian yang mati terbengkalai
Sesak mahluk halus penuhi mimpi dan mimpi

Para tulang rahang yang bercocok berkomentar
Meludah katanya dipinggiran rakyat yang anaknya sendiri diperkosa rekan seperjuangannya
Poster-poster dengantinta dasar memenuhi bintang diatas kepala
Pada saat itu badan berdiri didepan rumah tanpa tanah

Pemuda dengan alat musik dibayanganya bayangkan gemerlap malam tanpa petasan
Sebuah Televisi terselubung membungkam sebuah fakta dan khayalan
Kala itu duduk sebuah sosok manusia tanpa tubuh yang memaksa meminta kata
Antara wajah, bedak serta boneka masa 90’an masih ia pegang disaat tegangnya kamar

Peminta-minta menangis hilang pekerjaan
Para pelamung gelisah, mimpinya dicabut arwah
Aku menagis tak henti-henti mereka buyarkan mimpi siang malam melawan Me-Kan


Aku Menyukai Pelacur
Mereka berada dengan ketidak beradaan
Kala itu jalanan menjadi cerita batu loncataan para pejabat gadungan
Beserta kemewahan yang ditawarkan minuman keras murahan
Ketidak diakuinya menjadi beban menghirup udara disaat senja

Mereka berada dengan ketidak sengajaan
Menjajaki apa yang menjadi keapa adanya
Dengan ataupun tidaknya mereka tertawa dikala para pelawak istrirahat
Makian tajam serta pujian sesaat terhadap Tuhan berlangsung

Mereka berada dengan ketidak nyamanan
Kala ikut dengan jalanan malam yang berasa tidak aman dan menyenangkan
Dalam ketenangan berdo’a datangnya uang
Sosok tubuh lelaki usang datangkan rezeki bagi jiwa

Mereka ada disana karena keberadaan kita
Saat agama menjadi puncak detik terlemah
Dengan bintang surga yang ternama membuat duniawinya menjadi gila
Saat itu kita hanya lupa dan belum sempat katakan maaf

Mereka tertawa serta serentak kaki melangkah cepat
Terimakasih begitu yang terlintas dimulut seorang manusia tak berpasangan
Kala itu para petinggi keamanan menyisir moral yang bejad dalam bukunya
Lalu dimana peran kita yang hanya melihat dalam skala televisi


Sekurangnya Pasti Kita
Sedikit cela dari sudut kemuraman
Sekedar lepaskan canda akan candu
Lekat akan rasa ketidaknyamanan
Senja teruskan hendak awan mendung

Sebutkan lalu sembunyikan dengan tangan ini
Tertawa adalah makian saat waktu pasti
Kala kekayaan menjadi sesuatu yang relatif
Aku dan entah siapa masih miskin

Sekedar pergi mengandaikan
Lalu peristiwa gerak nyata terbawa
Buram namun tetap bercahaya
Kesenambungan adalah bagian dari sedikit janji dan banyaknya sumpah

Lontaran bintang bercahaya menggerakan ombak
Manusia malang terbawa akan teriaknya tangis
Kekarnya otot tangkis pergerakkan anak
Pertanyaan besar terbawa jawaban sedih

Tergerak mirip sebuah film clasik
Tergeletak seperti nyawa tanpa makanan
Gerak dan letak tanah tak bertambah asik
Menyempit dan kian menyempit badan


Tanda Akar-Akaran dari Angka Serabutan
Nadi membunuhi perasaan membumi
Para pembuluh seakan mengambil langkah kebijakan
Sore ini dengan nada dari beberapa bulu penghalus

Luapan beberapa semak hitam membakar rasa penasaran
Sebatang kayu bersembunyi melihat
Malam nanti akan aku bakar kertas itu

Para pemerhati dan peneliti berkumpul digedung tua bekas para penjajah
Beberapa dari kepala menunduk seperti kelelahan ataupun bentukan rasa
Diluar angin cukup sopan, sementara sebentar-sebentar ada lembaran lamaran
Tegukkan air teh berasa seperti kopi tanpa gula

Berminyaknya seperti sudah melekat dekat kebohongan
Dari sebuah tembok biru yang berbatu berkata keras kepada kepala-kepala
Tidak sedikit ataupun sedang, mereka memakan nadi pembuluh darah kepala


MABUK
Aku seperti kegirangan akan kegilaan
Peti tubuh tanpa arwah menanti dipinggir sebuah khayalan
Daftar orang tak bersalah berderet
Sesali mulut yang tak sempat di kunci


Ulah Penyanyi Mabuk
Mereka tinggalkan sekitar kita
Persoalan makan datangkan masalah dapur
Kesibukan kantor terhidang dalam kamar tidur
Ketika penyanyi India menagis dikala hujan

Sementara sebentar lagi kita gigit jari
Kepolosannya buat kita bengong sejenak
Musik panggungpun berhenti sejenak!

Perhitungan utangpun berlangsung
Layaknya tinta demi tinta cair menetes
Ucapan terimakasih sambil menyembahpun ada

Selang masuk keluarnya sejumlah bayangan
Ada anak kecil tanpa celana namun cuma dalam mimpi
Jeritan serak manusia semakin kegirangan seperti kesurupan
Berasa paling dari lembutnya harum bunga mawar

Mereka berpulang dengan perut kenyang dan mata merah


Lamanya Membangun Sebuah Negara
Beberapa halaman terbuka
Sekian lama jalan lama tertimbun kebuntuan perbaikan
Keaslian dipertanyakaan dengan alasan ketidaktahuan
Tampak serawut wajah dengan berisikan senyuman
Rumah-rumah dihiasi dengan tulisan kegembiraan
Para peziarahpun turun dari gunung
Guyonan kecil berkhayalkan kretivitas dan kritikan memajukan tanah
Tertuang dalam kumpulan kecil maupun besarnya harapan
Sebuah cerita berakhirkan makna terjadi sudah ditanah ini


Seminggu kesialan, bersamaan Aku
Setelah aku lewati tanjusnya perkataan Aparat
Setelah muntah dengan mabuk minuman dataran
Setelah dilimpahkan persoalaan sesaat
Sesudah Tuhan melihat dan bahkan mensekaratiku

Setelah seminggu dan dua minggu sebelumnya
Sebelum aku merasakan

Bersamaan sebuah pembicaraan sekilas akan renungan
Berharap sebuah pernyataan dan pertanyaan tanpa jawaban

Sesudah semua setelah
Aku muak!!!!!

No comments: