Wednesday, February 4, 2009

MENUJU 23 TAHUN

3 Februari 2006

aku memulai lagi
kegilaan untuk menghilangkan keresahan
meninggalkan beban-beban
menghadapi hari depan


sedikitnya aku berharap
berkehendak untuk bebas
hanya ilusi yang penuh dengan intuisi
menjadikan ruang terbuka
bagi senja........ terbuka

aku berkaca dari lembaran-lembaran
membaca dan menulis, selayaknya menghitung dan menghitung
asap kebahagiaan adalah kabut jiwa di pagi hari

berisi untuk disajikan
terengkapi adalah tidak sendiri
sempurna nan sejati
adalah keabadian menuju mati

hanya ada senyawa dalam bahasa
mengakar budaya penuh dogma pada aksara
mengurung jiwa dari belenggu-belenggu
mereka berkata dengan hal ihwal, berdalil, “kebebasan berekspresi”

akhirnya aku menunggu mati
menuju mati untuk dihidupkan kembali
seumur bumi
seumur dari semua nyawa yang ada di jagat raya

jiwa-jiwa berterbangan
ingin segera mengakhiri
adalah aku yang murung untuk disajikan dalam sebuah sudut pandang
mana kala....... sang surya mulai terasa berada dekat

seraya ada yang maha kuasa atas kehendak untuk berkuasa
kebebasan yang bablas
oh........ maha daya toleransi
determinasi ini membumbung tinggi
awan-awan cemerlang menghadap pada angin yang keras
suara gemuruh petir terdengar lagi
“stigmata dan kiamat”, teriakan mereka

setahun aku berharap bisa aku lewati
kebosanan akan hidup
ketololan akan hari
detik-detik berujung dengan rasa malu dan menyesal
masa depan dan masa depan
apalagi yang ada didepan mata......... saat ini aku mulai membuka diri
lagi dan lagi
tak pernah puas dan tak terpuaskan
perulangan abadi yang sejati

dari gambar dan gambaran
siapa aku dan siapa kamu
untuk kita
untuk masa depan
tak akan aku biarkan kamu merasa sendirian
bilamana aku menyegerakan diri....... maka usailah sudah, namun jiwa ini akan bahagia dengan adanya seorang pengganti
bahagia dan sejahtera
semoga dan semoga
terselamatkan..............!

idiot akan keraguan mengharapkan cinta dengan rasa belas kasihan
oh kasih sayang dari orang yang aku sayang.......... cinta, do’a dan tuhan......... kalian hidup dan akan abadi dipuja-puji

badai ini datang dan pergi
perulangan abadi
histeria akan sugesti
sebuah justifikasi pada esensi dan sendi-sendi dari sisi kehidupan

sensasi-sensasi syaraf mulai berdeming
satu per satu..... menyusun harapan
harapan musnah....... harapan baru
gilakah aku pada suatu waktu.... akan kah kalian sedia melihat aku seperti orang hina
yang ada dalam tanggapanku, kalian tak akan pernah mampu untuk bertanya

dunia oh dunia
muram ku
muak ku
muntah ku
ludah ku
kalian telan.............. mentah dan menyebalkan

dibagi lalu dikali...... begitulah angka-angka menyamakan derajat dan martabat kita
seraya kita berharap

otak ku kini mulai berisi dan terisi
ada inisiatif untuk berkeinginan
akan hidup yang aku benci dan akan mati yang aku minati
rasa tanya dan keingin-tahuan
adalah aib-aib yang berujung pada pemusnahan
ya... kemajuan yang mendasar adalah pangkal dari kemunduran

moralitas kita hancur
umat manusia teralienisasikan untuk menjadi tulang-tulang yang lunak

beberapa arwah pergi hari ini
tak urung dari rasa benci dan dendam yang semakin menjadi
namun seseorang yang selalu menemani dan seseorang yang selalu disamping, mungkin tak selamanya selalu dihati
ah... angkara dan pendusta...... kalian bak sampah
“buanglah sampah pada tempatnya”, namun orang bijak berpikir akan daya nalarnya, “kemana seharusnya kita membuang sampah itu, yang tepat, benar, baik dan cepat”

praktis namun tak idealis
keidealan adalah keserderhanaan
hidup akan dunia....... adalah akal bulus bagi mereka yang mengejar roda-roda mata uang
untuk kaya, adalah pemikiran yang akan aku salahi
untuk merdeka, adalah hal yang paling mutlak dan mulia

segenap nafas ku yang menyesak saat melihat langit
oh indra yang aku punya
keajaiban yang aku percaya
akankah aku seberuntung seperti yang dikatakan para cenayang
haruskah aku percaya akan ramalan
haruskah aku menyakininya
akankah aku menjadi manusia yang beragama
menjadi manusia yang benar-benar bertuhan
dimana jalan-jalan itu.............. aku bukanlah sampah plastik yang tersangkut pada kait pancingan setan-setan

namun aku akui, aku tidak sepenuhnya mengetahui tentang aku, yang aku tahu, aku tidak tahu apa yang akan terjadi pada diri ku dimasa yang akan datang, namun dengan akal yang seadaanya aku jadi menggali untuk memaknai dan mewarnai, “siapakah aku?!?”

penyakit mental adalah jiwa yang tertutup
bicarakanlah untuk terobati
jujurlah untuk mengerti
pahamilah...... sebenarnya tak ada yang benar-benar benar

kita hanya meraba
hanya sedikit yang diketahui, walaupun kadang kita jijik dengan apa yang kita ketahui
namun kepahitan adalah buah menuju rasa yang lain
rasa takut yang aku punya, menuju rasa gelisah untuk dapat mendapatkan rasa bahagia
akan kah ada?!? adalah tanda tanya besar dalam sebuah sejarah
yang terdapat perang dan perang
perdamaian hanya buah dari meredam balas dendam

adalah aku yang berbicara
kasar dan kotor, dimuka umum, pada saat acara normal dan formal, yang biasa mereka sebut sebagai resmi dan sah
sebuah legalitas akan yang biasa aku namakan sebagai eksistensi, konsekuensi, totalitas dan konsisten
eksperimen-eksperimen pada kejiwaan, membawa kita pada raut muka yang kasar—ekspresi
pandangan luar yang menghalau lima menit kemudian
dan aku pun menangis............
sebuah absurditas yang litelar

rasa sayang dan cinta
ternodai atau terwarnai adalah sebuah cara dari cerita roman
tujuan dan hasil akhir adalah ketentuan dari sebuah proses
menyerah adalah jalan utamanya
akan kah kita berperan? mampu kah?!?
dan melawan nafsu adalah perjuangan yang teramat sangat berat
karena perang pada diri, sama dengan membunuh karakter
sifat menuju sikap dan sikap menuju sifat

terbelenggu oleh pragmatisme
sehingga nihilisme yang empiris
sebuah skeptis pada yang mereka bicarakan
lawan, berontak dan lawan
adalah hal yang mutlak dan akan selalu ada

perlawanan adalah sebuah reaksi

hari ini......... dunia mulai usang
jiwa-jiwa terkesan bosan
memulai lagi peperangan untuk meramaikan dunia
sebuah revolusi pada kanca cakrawala

bintang-bintang................ bulan dan matahari
terangkanlah..... bahwa kalian bukan tuhan atau pun dewa
kalian hanya sendi-sendi dari indra yang aku punya
menyesakkan dada dan melegakan angan

asap roko dan kabut tebal; campuran dari soda dan alkohol
bercampur menjadi satu, membaur dan kabur.......!



5 Februari 2006

perjuangan ku belum berakhir
semudah semuanya menyapu halaman rumah
membuang
untuk bersih—terpesona
istimewa penuh dinamika
bahasa resistensi ku mengawang—terputus—lagi dan lagi
sekali lagi, ditempat yang ramai aku merasa sepi
harmoni yang sekian kali aku bagi dan kali
sebuah rasa engan bertoleransi
permintaan maaf bercampur rasa terima kasih—begitulah intropeksi

sebuah angan untuk menjauh
terpejam untuk terpendam
tergauli hanya untuk dicampuri
dan mengendap disepanjang waktu
....... menunggu waktu dan menunggu
waktu ku adalah sama dengan hidup

“bagaimana dengan keadaan mu?”
adalah hal sama dengan aku katakan, “ya, beginilah hidup”
seumpama frustasi yang mereka pikir
aku adalah resonansi dari sebuah gaya individual yang penuh dengan keidealisan

ngantuk ku aku buang hanya untuk mu
terjaga diwaktu mata butuh untuk terpejam
ah........ lagi lagi aku terbuai
terkendali oleh sebuah ilusi emosi
indra ini memanipulasi

selayaknya mereka berkata, “profesional dan bonafit”
akal ku mengejar “sejarah adalah biografi yang sangat singkat untuk tertawa dan panjang untuk menyesal”
namun atas pembagian rasa, aku menjadi terbawa masalah
sebenarnya adalah alat hitung mundur yang baik untuk sebuah hal yang bertentangan
roda demi roda saling berputar, layaknya sebuah siklus yang saling berkait dan terkait dalam sebuah jam dinding
tembok-tembok kehidupan, penuh warna dan gambar
harapan dan kenangan
memudar dan terpudarkan
waktu dan demi waktu

rohani kita terbawa akan nama sang pencipta, tuhan
lalu, abu kembali menjadi abu
tanah kembali menjadi tanah
lantas, kenapa hari ini aku bertanya, “dari mana datangnya debu?”
sial....... aku menjadi geli pada diri ku sendiri
ahh.. aku memang manusia yang bodoh, yang tak tahu tentang apa-apa dan tak bisa untuk apa-apa
seandainya manusia dapat menciptakan hal yang sederhana, untuk hal yang lebih baik
adalah hal yang indah dan baik untuk dipikirkan dan disadari
kembali ke titik awal, adalah langkah menghindari akhir
aku ingin mati untuk hidup
bukan untuk hidup kembali ataupun menikmati kehidupan yang sama seperti dulu lagi, namun yang pasti, mati akan aku alami
selayaknya rasa bosan yang aku buang
untuk ditabungkan sehingga menumpuk menjadi sesuatu yang besar, masalah dan masalah, tanpa mu hidup ku terasa tidak lengkap

seks, drug and rock n roll; membuat manusia kecanduan
harta, tahta dan wanita; membuat manusia buta
sebenarnya yang nikmat itu seperti apa? berperang melawan diri sendiri
untuk apa? dimana rasa damai itu? apakah damai hanya kata?! katakanlah!

jika memang benar adanya, maka bukan tidak mungkin hidup adalah sebuah impian untuk mendapatkan kedamaian, dan kedamaian hanya akan didapatkan jika manusia tidak hidup dialam terbuka
maka tertutupan pintu kehidupan—mati, maksudku

hidup memang gila uang, olehnya jiwa-jiwa terbuai merasakan kebebasan
lantas dimana rasa sadar itu?
haruskah aku mendaki rasa sakit dan pahit pada diri sendiri?!
dapatkah kalian membeli kesehatan? katakanlah hai kalian binatang liar ditengah malam....
tubuh tua renta yang menjalar, tanpa akar........ kalian rubuh
sebenarnya kesehatan sepenuhnya ada ditangan kita—maksudku, pada diri mu sendiri
selayaknya kehidupan, namun bukan kematian ataupun awal sebuah kehidupan—maksudku, penciptaan dan pemusnahan—yang ada, yang tersisa hanya sebuah perjuangan—pemeliharaan

orang menatap dengan mata sayu
mereka beranggapan tentang kelumpuhan langkah dan kekakuan pandangan serta pemikiran
adalah indra yang dapat digambarkan
oleh ilustrasi-ilustrasi
adalah otak mengikuti kaki, ataupun sebaliknya
adalah gila

lagi lagi wanita, cinta dan puja
selayaknya aku menyamakan dia dengan sosok tuhan
dimana-mana ada dia
namun hanya sebatas gambaran dan kemungkinan yang aku percaya dan aku yakini
ya......... tolak ukur tanpa ukuran
namun, aku merasakan sebuah kesinkronisasi atas diri pada diri, atas jiwa pada jiwa, adalah hal yang sama tanpa terpisahkan
hanya ruang dan waktu yang menjadi penghalang
selayaknya aku yang memohon untuk dimaafkan.....

matilah kita bersama
dengan tangisan dan rasa kecewa
oh..... aku cemburu pada ruang dan waktu
adalah sebuah dwi yang eka
akan karma yang aku yakini..... sebuah perulangan perorangan
dimana rasa kasih sayang itu
mana yang lebih besar cinta atau sayang?
ahh....... aku cemburu pada tuhan, yang ada namun tiada
aku ingin menangis—teriak pada dunia dan mimpi

keajaiban dan keajaiban; selamatkanlah aku
siapapun itu, ilusi ku mematian idealisme, selayaknya indra yang memanipulasi
dan emosi ini adalah hal yang basi.........................
lalu di keesokan hari nanti, aku akan mati

jadi, traumatik ini adalah kejiwaan yang terpendam, namun sekali lagi, ini bukanlah sebuah harta karun, ini hanya sebuah karung-karung pasir yang dapat meredam gelombang pasang

hai kalian, kaum perempuan.. pernahkah kalian berpikir, untuk benar-benar berpikir, sesuai dengan jalan pikir
adalah abstrak bagi kalian untuk menyentuh perasaan
adalah menyentuh hati dengan hati
namun ingatlah, hati tak dapat dibeli namun dapat diberi

aku jadi ingin tertawa.......
ahh.. namun apa gunanya?!
karena aku pun bukanlah kaum peminat pesta pora para kaum pengembira... dan jika hanya bertujuan untuk tetap muda... jiwa ku tetaplah muda dan terasah untuk semakin dewasa pula

oh takdir dan nasib, sempit jalan-jalan kalian
oh nafsu dan cinta, tipis ruang untuk melangkah bagi kalian
benang merah diadakan guna memisahkan untuk tidak disetarakan
oh perempuan, dengan sepenuh rasa maaf yang aku punya, maafkanlah aku, karena begitu pun dengan kalian, hai mahluk

pelengkap untuk sempurna, mahluk dari tulang rusuk ku, mahluk yang kedua, maafkanlah aku
kebebasan pada dirimu akan membuat moralku bejad
dan dapat menciptakan pembunuhan guna kebebasan atas dirimu

sejarah ini memakan tuan
namun tuan-tuan lah yang menyajikan sejarah
dan, salam sayang ku untuk yang aku sayangi, para pejuang...



9 Februari 2006

mati hanya soal waktu, bukan soal kesiapan menjemput maut semata
dan puja dan puji
lalu do’a dan do’a
bergema
menyusuk lerung hati
menyayat syaraf-syaraf

lantas, semua ini, adalah yang mana, dimana dapat aku katakan sebagai perulangan
dan tertawa ku keras bagai halirintar, hanya untuk membentak untuk bangkit
ya... masa-masa rindu, berbulu pada kekangenan pada seseorang
adalah adinda yang aku harapkan bisa bangun dan membangun

semuanya layaknya rasa
bagaikan karma dari sebab-akibat-sebab ataupun sebaliknya
ya, mana kala aku berbicara tentang asin, asem, pahit dan manis, bukan berarti aku berbicara soal indrawi, namun alamiah dan naluriah
lubang-lubang menganga terbuka ada luka, lalu aku bicara
terobati, tenang dan nyaman

lihat ada yang buta, pada segalanya karena tiga hal dari dunia; tahta, harta dan cinta
maka bukalah lebar-lebar mata mu, dan aku tidak menyuruhmu untuk memandang yang jauh, namun pandanglah yang terdekat terlebih dahulu
lalu, lihatllah orang-orang yang berandai-andai itu, mereka menjelma menjadi arwah gentayangan yang melayang-layang diantara permukaan; selayaknya debu di lautan
sedangkan kita masih bergelut dengan kenyataan, impian dan mimpi-mimpi
adalah nyata aku semakin gila
semakin sakit, semakin aneh dan semakin unik
namun aku yakin dan percaya, aku masih normal dan bertuhan; aku akui

maka gemgamlah tanganku erat-erat untuk meredakan marahmu, balutkanlah dirimu hingga terjatuh pada pangkuan ku, layaknya badan mu merebah pada diri
karena aku akan menjaga kamu dari noda-noda, agar tak ternodai
hei..... ingatlah aku, jagalah dirimu baik-baik
selayaknya aku berkata pada apa yang aku bisa
yang aku janjikan adalah untuk berusaha
redakanlah marahmu, larilah pada apa yang bukan masalah, hingga kau tidak merasa bersalah
oh aman......
oh nyaman.......
balas dendam hanyalah sebuah permukaan, namun lihatlah dalam kedalaman, sungguh dalam, dan teramat dalam
dan malam ini, terasa dingin, berkabut dalam cahaya fajar yang akan datang
pintu-pintu kita akan menjadi nayata takala ada jiwa yang mempesona

manusia cantik, baik dan menarik yang aku hormati, dalam hati yang menyentuh hati, tanpa maksud untuk menyetubuhi dan menelanjangi dengan alasan bahwa cinta membutakan segalanya
dan aku beserta nafsu yang berjalan merambat dan normal ini, membunuhi impian dimasa depan

jangan pernah berkata aku memaksa dan kasar
aku adalah kelembutan yang indah dipandang mata, dan dirasakan secara dalam, menikmati........... tanpa harus mati

gambar-gambar terpangpang dan terpanggang
menampar.........
uhh...... aku dan langit yang aku tatap
ada bintang jatuh....
ahh.... biarlah hanya bintang jatuh
namun aku ingin dia tetap dapat bersinar layaknya cahaya lilin diruangan gelap
tetap berada ditempatnya
namun apa daya ia terlalu jauh
ohh... akhirnya aku hanya berharap saja
oh maha daya.......... engkau mempesona
dan persoalan ini semata-mata bukan hanya tentang persoalan dunia saja
ya..... semuanya memang tak ada yang abadi
namun aku adalah sesuatu nan sejati, yang sedang menunggu mati tanpa kesiapan diri untuk menunggu mati
alam bawah sadar ini mencerminkan identitas akan eksistensi, yang semata mata menggurui secara egoisnya, namun maksud tetaplah baik dan logis, hanya saja nafsu yang alami ini, dalam hati ku ini, diselingi hawa setan yang membengkak
dan daging mentahku pun diciumi
dicumbuinya tulang-tulang.................. secara berulang-ulang
putus........ lalu tak terpuaskan
hanya dapat mensyukuri saja, dengan bahasa, “untung”

tergoyahkan tanpa persoalan
masalah-masalah dunia, seharusnya aku hilangkan
oh damai yang aku punya......... datanglah lagi dan lagi
tak terputuskan, sampai-sampai akhirnya aku perang
namun sendiri kini aku rasakan, namun kenapa kini aku merasa seperti orang yang kesepian
lelah........ hingga terciptalah lubang menganga yang besar dan dalam

aneh dan tak masuk diakal, hanya dapat disentuh oleh hati yang jujur dan terbuka

tuhan..... aku sudah bekerja siang dan malam
hanya mimpi kah yang dapat kau berikan pada diriku ini?!?
katakanlah!
oh dejavu yang aneh........ engkau membangkang dan berkembang-biak tanpa petunjuk sedikit pun
aku mual.... ingin muntah namun aku tak mau muntah ku menjadi beban bagi mereka, dan aku tak mau keindahan ini ternodai karena hal yang tidak aku sadari
biologis ini mementahkan serangan awal yang ihwal
kimiawi mematahkan tradisi
metafisik dan fisikawan saling berdatangan dan bergantian, dengan jalan mereka yang petentang-petenteng
dan aku berteriak, “rindu...... kangen...... sayang dan cinta”

kebisingan dari pengki-pengki cerita
aku ingin memeluk bantal guling dan diselimuti kapuk dan debu
terhempas.......... jauh..........; timur dan barat, selatan dan utara

oh kesadaran ini.... seharusnya dapat aku ciptakan didalam lamunan gadis kecil dengan senyuman yang kecil pula
dia menatap televisi, namun otak dan pandangannya jelas menyentuh bathin ku
konsentrasi ku buyar.........
ahh.... aku mati pun tak punya harga
sekali pun ada mata uang........
seharusnya aku sudah mati!.......
seharusnya aku mati saja!.....
namun aku takut bunuh diri, meskipun terkadang aku ingin
ohh..... kain-kain ini robek
kuntungan roko dan sekarnya bercampur dalam do’a-do’a penutup
aku ingin mati!
ingin dihidupkan lagi!

para pembual pun berdatangan dengan dengki yang mampu
karena yang dapat mereka ciptakan hanyalah rasa syirik saja
seharusnya manusia tidak seperti mesin oven
rasa panas seharusnya dapat dinertralisir
janganlah main api!

lantas kenapa juga mereka berteriak kaya
oh kemerdekaan yang dimanipulasi oleh wajah-wajah yang bupeng
seharusnya motif ini dihilangkan dari muka bumi
selayaknya teriakan mereka yang berisi ”aku syirik karena mampu, aku ingin hidup sebagai orang kaya, maka pelit pangkal kaya”
oh dasawarsa yang menyedihkan...... terkutuklah kalian yang ikut berperan
lebih baik aku menjadi pecandu dari pada menjadi orang yang seperti oven dan suka memainkan api
aku benci!.......



10 Februari 2006

dan mereka berkata, “aku tidak dimaafkan, apakah dosa?!? apakah kelakuan ku tidak dapat dimaafkan, ohh.... manusia bersikap—oh... air kehidupan... bersihkanlah jiwa ku dalam unsur-unsur raga yang fisik, dan siramlah seluruh badanku ini, hingga akhirnya aku dapat tercemplung ke dalam sungai kehidupan yang abadi nan sejati”
para kaum agamis, membuat aku menaruhkan beban saat beribadah untuk tuhan, dari hal-hal yang tuhan kutuk
aku bukanah manusia yang biasa dipanggil untuk didogma
namun kaji, dan kaji
pada diri
pada hati
pada alam ini

aduh... aku terjatuh
lagi dan lagi

dalam batu yang berbeda
mengasah jiwa dan raga ku
dan aku terluka dan terobati
lagi dan lagi
ahhh.... apalah gunanya air yang berlinang diwajah ku ini
sementara itu darah tetap saja menetes ditanah
batu....... engkau adalah saksi
kejatuhan ku ini adalah pengalaman ku yang menjadi intuisi, namun bukan semata-mata menjadi intuisi semata
maka ingatlah untuk tetap sadar dan terus berkonsentrasi

dan hanya aku seorang diri yang lebih paham, karena tiap orang pasti beda, dengan begitu permasalahannya pun berbeda, karena bukankah manusia tidak senang untuk disamakan—namun tetap ada hal yang maha
dan aku muak dengan persamaan yang harus sama, distandarlisasikan
maka yang mengalaminyalah yang lebih paham dan mengerti
untuk detik yang berlangsung
berbeda dalam sebuah ruang
bayang dan bayang........ membayangi
dalam ingatan yang aku simpan ataupun tersimpan dengan sendirinya, hanya untuk diri ku, ya untuk diriku sendiri

penerangan yang aku butuhkan tidaklah lebih, yang penting tulus
rasa egois itu, untuk sementara buanglah, karena obsesi hanya akan membunuh diri sendiri
meskipun hidup hanya sekali, namun diluar sana........ di alam yang lain..... yang aku percaya.... masih ada kehidupan
maka, terangilah jalan-jalan kehidupan ku, meskipun jalan-jalan ini hanyalah jalan setapak
karena jalan setapak tetap saja bisa membuat jalan-jalan kita menjadi buntu dan kita pun tersesat oeh karenanya
adalah hal-hal yang tidak kita inginkan pada saat berjalan adalah terjatuh
maka mari kita sebut jalan itu dengan jalan pembodohan
selayaknya jalan pikiran, jalan pandang dan jalan perasaan

maka singkirkanlah semuanya..... untuk menjadi satu bukanlah berarti harus menjadi sama
ahh... aku memang manusia yang tak bisa apa-apa dan tak tahu apa-apa—tak punya daya upaya

dan jangan katakan aku idiot........ karena kaum ku bukanlah hanya aku saja—akku tidak sendirian
atas nama ku sendiri, akan aku besihkan noda-noda
akulah yang akan terakui oleh aku sendiri
dengan sendirinya akan tertawa dan menyesal
oh........ rasa malu yang aku sombongkan
rasanya tak pantas aku membicarakan kemenangan di hari lalu
namun biarlah....... karena semakin hari......... hari ini semakin berat dan panjang
namun, tak terasa telah jauh pula aku berjalan—begitupun dengan apa yang akan aku jalani
dari sebuah pembelajaran
setiap hari aku belajar
dan pada saat aku keluar ataupun dikeluarkan dari dalam tubuh ibu ku—proses kehamilan dan kehidupan
yang dari dari dua menjadi satu—percintaan, lalu dari satu menjadi dua—kelahiran
ya awal selalu berat, namun akhir, aku tak yakin akhirku akan menjadi ringan
pesimistik ini semakin menjalar pada prinsip individual
singkatnya......... aku tak punya harapan

seharusnya komunikasi ini tetap terjalin
secara baik dan utuh
layaknya sebuah kemurnian dari tuhan, bahwa baik adalah baik dan benar tetaplah benar
tak bisa diganggu gugat

maka minta izinlah dari ku
agar aku restui dan berkati kalian
biar segalanya berjalan sesuai dengan keinginan
namun yang terjadi maka terjadilah

buah dari segalanya adalah tempat yang baik sebaik-baiknya tempat
namun segala hal ini tidaklah mudah
ada sebuah perjanjian yang akan aku ingat, namun kenapa tiba-tiba aku lupa, apakah daya ingatku ini dikendalikan oleh orang lain?
ahh.... sial hidup ini seharusnya seutuhnya milik yang punya nyawa
namun apa daya, disana ada kata pencipta
sebuah arti kepemilikan atas apa yang aku punya dan tidak aku punya

udara dingin mulai terasa
namun hawa panas masih juga ada dipikiran ku
menusuki jalan pikirku sembari mencairkan prinsip-prinsip yang berbentuk dogma
tak lama, lalu hati ku pun ikut terbawa dalam suasana, penuh membara, aku tercengkram, dan dalam seketika aku bukanlah aku
sungguh kotor dan tolol
oh manusia........ ada lubang menganga bagi jiwa-jiwa, yang tentu hanya bagi kalian saja—manusia berjiwa
nganga bagaikan hadiah dari sang pencipta
layaknya trauma yang aku bawa dan aku ingat
dan sore hari ini........ aku melihat warna jingga tua dibalik rumah-rumah
terlihat jelas, menyilaukan jiwa

mata hanyalah mata
bisa berjiwa, namun bisa juga kosong
ahh.... semata-mata hanyalah indra untuk melihat saja
namun bayangkanlah orang buta yang bisa menilai sesuatu yang indah
sungguh tak dapat dipahami dan dimengerti
namun dapat aku sadari, semua indra akan kalah saat jiwa terasah, ya mata hati ataupun mata jiwa
duhai kalian manusia berjiwa—manusia penuh nganga........
ingatlah aku yang mencoba menerangkan sesuatu pada mu
rabalah tangan ku dan jatuhlah dalam pelukan ku
agar bilamana engkau jatuh, engkau tidak merasakan jauh

manusia bagaikan dua buah sayap patah dengan kumpulan bulu-bulu yang indah

aku memang bukanlah seorang pioneer yang dapat mengilustrasikan keadaan
namun sesungguhnya, tidak ada yang sesungguhnya
jadi sebenarnya, tidak ada yang sebenarnya itu
adalah kemutlakan yang hakiki pada yang buruk, namun tetap saja yang baik itu bermakna relatif
sebagaimana masyarakat lebih menyenangi pembicaraan tentang keburukan dan kesalahan sesorang daripada sebaliknya
jadi mari kita lupakan tentang moral, hukum dan norma
karena sesungguhnya, pada tingkat kesadaran kita, sebenarnya kita sedang merancang dan menciptakan sebuah senjata, untuk menegakan kebebasan, dengan mengadakan pembunuhan-pembunuhan, dan dengan sendirinya kita pun menghancurkan bangunan-bangunan kemutlakan dalam kerasionalan
jadi pada abad-abad nanti........ akan terdapat obyek dan subyek yang tanpa predikat



16 Februari 2006

hari ini telah menjadi arti
sebuah semangat hidup untuk esok hari
dan udara pagi tawarkan secangkir kopi
maka perutku pun melangkahi jejak-jejak kaki
ahh...... aku hanya manusia biasa

masih mencari judul yang tepat
selayaknya hidup yang lebih bermakna
dalam bingkai-bingkai foto yang aku temui
saling berjabatan tangan
sungguh dingin jiwa yang akan mengajak aku bicara
tentang apa?apa sajalah, yang penting tak ada kepentingan

karena sungguh aku teman ku
pada mu, aku sungguh

tak meminta untuk dikhususkan
aku hanya sebuah pulau dalam peta yang kau punya
ada kata, hanya kata yang layaknya bahasa dari seluruh dunia
adalah aku yang diam saja
tersenyum tidak, menangis pun tidak

maka bicaralah apa saja
jika dalam benak mu kata tidak mempunyai makna
dalam kesan dan pesan yang aku terangkan, kau bicara menengadah
sebuah perlawanan pada masa lalu
tegak badanku, tegak minuman ku
dan tayangan didalam tv bisa saja dipalsukan
bukannya tidak mungkin, media hanya alat untuk membesar-besarkan masalah yang ada
fenomena, ujar salah satu wartawan
namun aku berkata didepan kaca, “bohong!.......”

maka aku bertanya kepada dunia
dan dunia menjawab, “ya, beginilah dunia!... benci ataupun tidak, kau tidak bisa apa-apa!.. dunia tanpa batas.... tak ada batasan”

aku hanya ingin memiliki yang terbaik
namun, yang tersulit adalah memilih mana yang terbaik itu?
karena aku hanya manusia biasa yang tak bisa apa-apa dan tak tahu apa-apa
yang tak tahu mana yang terbaik dan tak bisa memilih mana yang terbaik
jadi salahkanlah aku, yang menyuruhmu memilih, untuk memilih mana yang terbaik
selayaknya aku yang tak bisa jauh dari mu

ohh... perempuan, aku menghormati mu, bukan berarti aku mau diperbudak oleh mu
ohh perempuan..... aku memperjuangkan kebebasan mu, namun bukan berarti aku mau dipenjara oleh mu
aku hanya ingin dipenjara dan diperbudak oleh tuhan, yang semata-mata oleh tuhan saja

ya, oleh satu tuhan saja
tidak seperti cinta kepada sesama, namun kepada yang esa
dalam lensa yang tak kabur, dalam kasat mata yang tak buram
aku hanya ingin, semuanya dipilih atas dasar keterbaikan oleh tuhan semata
namun tetap, aku akan menghormati kebebasan kalian
wahai kaum perempuan, janganlah kalian merasa terlukai, tersakiti dan ternodai, kerena sesungguhnya aku sangat menghargai keberadaan kalian

maka marahilah aku sepuas hatimu, karena aku memang salah
tak peduli bentuk hiperbola ataupun mendramatisir keadaan yang ada
tetapi, aku akan tetap sayang dan cinta kalian

aku tak mau menciptakan hakim
karena aku tak mau menghakimi
dan aku bukanlah seorang hakim, yang tahu dan bisa memilih dan memiliki hal-hal yang terbaik itu
karena 1/3 dari mereka itu, tidak memiliki dan tak tahu mana yang terbaik itu
jadi, maafkanlah aku.......... sayang



19 Februari 2006

anekdot manusia
adalah tanpa perundingan dan perjanjian
karena manusia adalah mahluk yang kontroversial
sebuah ironi besar
antara ucapan dan tindakan
antara pemikiran dan kenyataan
semuanya gamblang diterangkan hanya sebuah rasa sinkronisasi
adalah akal yang tak dapat dicerna
sebuah prototipe kepalsuaan
maka pasanglah kuda-kuda untuk kakimu

bersiaplah berjalan dengan benar diantara ruang dan waktu yang tepat
berlarilah wahai kawan ku
untuk sebuah kaum terakhir yang sempurna
mengabdilah untuk selamanya agar abadi
sebuah cita rasa akan selera
mahadaya dunia yang hina
surga rekayasa bagi mereka yang memujanya
adalah budak-budak yang dijajah oleh keinginan dan impian
maka gemgamlah tanah dan taburkanlah biji-bijian



21 Februari 2006

jadi apakah yang manusia itu tunggu?
pemutusan benang-benang merah
dengan menapaki gunung-gunung terjal diantara lamunan dan diatas langit yang penuh dengan tatapan ilusi
aku melihat dan mendengar, namun yang aku rasakan adalah hal yang sangat menyakitkan dan pahit
didalam dada ini telah terjadi gumpalan darah yang melaju cepat sehingga detak jantung ku ingin segera berhenti
ohh.. laju darah, membesarlah....... percepatlah
hentikanlah nafas hidupku ini
mati........ alangkah lebih baik

kuasalitas yang barat agungkan adalah sebuah spritual yang sebenarnya hampa
wajah-wajah dalam percaturan politik saling berkehendak memaksa ini, harus lenyap ditelan bumi
ya....... mati adalah sesuatu yang baik



23 Februari 2006

pengkhianat masa kini, bagaikan batu yang dilemparkan para teroris
membuat luka, membuahkan noda
ada aku tergeletak sebagai harga mati
bagi mereka yang hidup, mereka bertanya tentang kepercayaan
seandainya mereka ada, hanya nada sumbang yang aku dengar
ohh... senar gitar yang tak lagi harmonis
kalian menawarkan pikiran tanpa religi

hari ini aku hidup, dan hidup ku pun menuju mati
untuk seribu tahun yang akan aku lalui
begitu megah dipandang awan
biar mulut yang diumbar
selayaknya mulutku adalah harimauku

dosa dan angkara
semacam buah tanya dari jawaban
hari ini tersimpan malu yang ditutupi bangga
kemana aku akan pergi
hanya teman yang pasti yang dapat aku andalkan
namun apa kata isi hati, terkadang mereka menipu!

Selayaknya pertukaran yang bersebelahan daam sebuah perulangan
Ooh karma......... kemana langkah mu itu
Angin pun tak dapat aku baca
Sedangkan hari ini semuanya adalah absurd

Panorama senar yang mati kini semakin menjadi
Kepercayaan, penyesalan dan realita
Kepada tuhan aku berharap ia disampingku
Menuntunku pada arah yang dituntut orang-orang
Aku bersosialisasi tanpa pamrih
Kedewasaan akan menilai kita
Dalam titik ruang dan waktu punyanya tuhan

Dan lihatlah....... aku masih terbuai oleh hawa-hawa
Hawa dunia yang membuaikan jiwa
Aku ingin segera mati; adalah wajah diri saat berkata
Bosan adalah kebenaran
Namun, hari ini tetaplah hari yang baik
Hari ini adalah hari yang indah
Kidung-kidung mematikan nafsu, perlahan-lahan, dan satu persatu
Alangkah indah dewasa ini kita berusaha untuk tetap bijak
Sabar dan sadar
Mengetahui sesuatu yang menipu diri
Maka yakinkkanlah bahwa penipu tetaplah penipu
Namun satu hal yang jelas, dalam sebuah kaca objektif yang penuh dengan normatif, bahwa realita yang penuh dengan dinamika adalah sesuatu yang buram, sesuatu yang masih relatif
Jadi kemana hari ini aku akan melangkah, aku hanya menjalani dan menghadapi apa yang ada sekarang
Karena sekaratku ini, aku tidak punya apa-apa dan tidak bisa apa-apa
Aku hanya manusia, yang setiap harinya hanya membawa kotoran yang bau asem

Ya, sekali lagi aku tegaskan, bahwa manusia adalah mahluk yang busa, mahluk yang tak pernah puas
Siapapun dirinya, selama ia tetap mendapatkan manusia, dan disebut-sebut sebagai manusia, maka ia tetap saja manusia
Seberadab apapun ia, maka tetap saja ia manusia
Sang pemelihara sekaligus penghancur dunia
Mahluk yang tak dapat menciptakan sesuatu yang lebih baik
Sebuah hasrat akan selera, rasa dan karya adalah manusia, dia adalah manusia yang penuh dengan kontardiksi
Selayaknya ironis dalam hiperbola dan metaforanya

Ingatlah kawan, tak ada yang lebih baik dibandingkan manusia-manusia unggulan
Namun belum tentu manusia normal akan lebih baik dari manusia cacat
Belum tentu manusia cacat akan lebh baik dari manusia yang sakit jiwa
Dan barang tentu adalah sebuah kepastian bahwa yang lebih baik adalah tuhan, karena ia terbiasa dengan yang baik

Kembali lagi, kita tak usah membicarakan tuhan, namun apa-apa yang diciptakan tuhan
Dan apa-apa yang diciptakan oleh pencipta tuhan itu
Jadi, pantaskah hari ini disebut hari yang baik dan indah?
Masih pantaskah? Katakanlah!

No comments: