Wednesday, February 4, 2009

BAYANGAN JIWA DALAM NAFAS SEKARATNYA MANUSIA

Mana kala kita beropini dan dalam sebuah wacana mengubah gagasan menjadi realita nyata, mengguncang kata dengan titik karya memuakkan, mengancam dengan tindakan perbaikan, pembaharuan yang menitik-beratkan noda-noda keindahan, anggapan kegembiraan yang memulai mengalami masa kevakuman, dalam titian jiwa yang terguncang.

Segembira kata yang ada.


Asap tebal selimuti aku yang hitam dan kian membara akan besi baja, karat-karat tak ternilai seperti mahligai penampakkan-penampakkan cipta dan cita mewujudkan tempat-tempat dalam pikiran manusia, seperti surga dan nereka yang mengilhami manusia untuk berkata dan bersikap.

Pada antara yang ada dan tiada, kini aku mengumbar sejuta harapan dalam peritiwa yang memilukan serta tak luput dari pandangan pikiran tentang objek penderitaan yang menjadikan trauma berkepanjangan.

Adakala aku kian meresap seperti air yang dibutuhkan tanah.

Lumpur-lumpur kehidupan dan benih perasaan kasih sayang yang tergenang menghalangi pemandangan tentang aku yang menentang keegoaan diri.

Sediakala sejenak diantara bahan bakar yang menjadi makan, aku ada dan kalian menyendiri seperti ingin mati. Oh jiwa-jiwa yang mendengarkan, dengarkanlah raungan-raungan anjing malam ini.
Sebenarnya aku ini sangat menyedihkan.

Dalam tindakan membaca apa-apa yang kalian baca, tentang mata yang melihat apa-apa yang kalian lihat, juga tentang hati yang merasakan apa-apa yang kalian rasakan, sebenarnya aku sangat berbeda dengan kenyataan, keabsuran aku ini mutlak tak bisa aku berikan dan aku persembahkan pada apapun.

Aku sangat berbeda, pada saat kalian membaca buku dan dengan apa yang pada kenyataan kalian lihat.

Sesungguhnya imajinasi ini sama sekali tidak terbayangkan, namun aku akan sangat senang jika kalian bisa mengungkapkan makna lewat fakta-fakta yang ada.

Dengan dasar dan atas nama diri aku sengaja menjadikan apa yang Tuhan berikan sebagai apapun itu, sarana, wadah,media, bahkan mungkin sebagai suatu simbol.

Sesungguhnya aku ini bagaikan permadani yang telah lapuk.

Kepercayaan diri menguatkan kita tentang ajaran nasionalisme yang bebas, bukan seperti komunisme yang sebenarnya bukan seperti ajaran yang Nazi tanamkan.

Berbagai ragam dalam bangkai pemahaman telah kita jadikan alat sebagai sesuatu yang diagonal tak berbidang, namun apa daya aku hanya bisa merasa.

Alangkah baiknya, jika kalian tahu apa yang aku tahu dan tahu apa yang tidak aku ketahui, maka sampaikanlah berita-berita itu dalam bentuk apapun, namun jangan sampai ada kejanggalan yang membuat diri kalian terkurung dalam slogan-slogan manusia yang lainnya, karena sesungguhnya keadaan diri yang apa adanya itulah yang dapat menghasilkan kemurnian dalam kualitas dan kuantitas manusia yang benar-benar merasa bahagia dalam hidupnya

Maka, pada akhirnya kalian semua akan dalam keadaan ada yang hampa, jiwa kalian akan dalam ketiadaan pertanyaan, karena Ada.




OPINI DAN UANG
Segala bentuk kesesatan dan kemampuan yang terbatas
Menjangkau aku yang tertinggal
Diantara semak belukar kemampuan
Menimbun sekecil harapan

Indera hanya sebuah karya yang tak bisa dibayangkan
Berandai-andai, menganganya jiwa

Diantara segudang kata yang ada
Dalam tata bahasa keadaan

Mengukur jiwa lewat apa yang mereka kata


KARYA DAN PAKSAAN
Indahnya sebuah jendela tak luput pikiranku tentang Sang Pembuat
Sebuah pemikiran dasar tentang pembual

Sedetik ingatku, aku ingat Tuhan
Jiwa terkurung dalam sangkar-sangkar
Sekat-sekat besi diwarnai warna emas menyilaukan hati

Maka, ingatlah Tuhan
Ingatlah Tuhan
Tuan, ingatlah Tuhan


KEMBALINYA CERITA DUKA
Diujung sebelah selatan tertera kata
Disebelah utaranya ada sebuah cerita
Tampak penampakan dalam tatapan mataku mengarah pada sebelah barat
Namun yang terjadi adalah hal yang sama dengan bayangan-bayangan, pada sebelah timur

Senyawa, ion dan molekul menjadi abu dalam batu yang tak dapat aku puja

Segenap raga tepana tanpa kata
Sejuta arwah terbata-bata, menganga

Kejadian demi kejadian, mengulang secara bersamaan
Oh, kasih sayang yang kudamba, hilang ................
Pergilah pergi!, aku ingin sendiri

Penampakan dalam simbol sebuah slogan iklan ini membuat aku tidak bebas
Nyata sekali aku ini sebuah hinaan

Pada akhir sebuah zaman, aku terkutuk dan laknat ini tak pernah usai
Anak kecil ingin bermain permainan, tapi ia ingin senang bukan ingin kalah ataupun menang

Kasihan, aku ini butuh kasih sayang
Ada suatu kaum yang berisi manusia-manusia menyempurnakan manusia, dengan kritikan
Oh, jiwa-jiwa melayang

Ini sebuah nyali besar
Ini kepiawaian mental

Bentuk-bentuk seragam berdatangan, namun apa yang aku lihat hanyalah penampakan-penampakan
Ini anugerah atau apa?
Apa daya aku hanya senyawa Tuhan


SYAIR TEORI ALAM DAN HUBUNGAN MANUSIA DENGAN TUHAN
Diantara semak belukar yang panjang dan lebat, aku mencari dan berlari untuk kembali
Manusia-manusia telapaki diri
Bersama alam aku bernyanyi dan mendengar nyanyian

Persembahan pada berhala
Pengorbanan pada sesuatu yang mereka katakan Ada
Entah untuk selamannya ataupun sementara

Para ahli-Nya berkata dengan menyakinkan, dengan membawa sabun pembersih dosa
Aku terpaku seperti akan dipaku

Sebenarnya apa yang mereka sebut dosa itu?
Atau mereka adalah golongan kanan yang tak bisa melakukan dosa?

Sungguh alangkah besarnya arti diri-Mu Tuhan, bagi manusia-manusia dialam ini
Sejagat beserta isinya yang terlihat ataupun yang tidak terlihat, mencoba mencari-cari jati diri-Mu
Namun apa daya, sebagian dari mereka tersesat dan tersesat

Petunjuk alam ........................................
Sungguh panjang

Sempat aku bertanya, sambil memaki dengan ancaman tidak akan pernah percaya pada-Mu
Namun yang aku dapatkan adalah suara angin dan tatapan usang bintang-bintang
Hanya binatang malam yang memberikan solusi, agar aku berhenti mencela dan bertanya, ataupun berprasangka mereka-reka

Sesungguhnya, aku mendustai karena aku merasa nista


PEKA
*
Jauhi aku, kali ini
Untuk kesekian kali
Jauhi aku

Jangan buang tanya
Jangan harapkan jawaban

Sesungguhnya aku membenci diriku ini

**
Sejuta angan membara
Otak menerawang entah kemana
Aku ingin tidur, namun ingin segera bangun

Beberapa kuntung bunga mawar berserakan
Berandai-andai dalam imaji tak berobjek
Aku menggadaikan semua harta dan tahta hanya untuk seorang wanita

Perjuangan adalah rasa menuju pada kemerdekaan, namun cinta adalah kemerdekaan yang murni

***
Darah ini merah, merona memancing sesorang datang
Sial, mereka bersimpati

Ada tanya mengurung tanya
Aku bersihkan dan aku buang lewat lubang cahaya kegelapan

Dengan sabar aku menunggu
Dengan sabar aku menunggu


DIAGONAL PRILAKU BUKU
Diantara sejuta lembaran tinta hitam diatas putih
Mereka meyakinan diri tidak bersalah
Dengan tanda angka-angka besar dan huruf-huruf kecil

Angin berhembus
Kacamatanya tak pernah lepas
Seakan-akan angin berhembus dengan membawa debu-debu

Mereka dengan segala macam kesimpulan
Tentang kepastian, kebenaran, kebaikan, kesalahan, keburukan dan sebagainya
Bahkan probabilitas dalam keabsolutan yang kalimat per kalimatnya ia tandai dengan spidol berwarna hijau muda

Oh Keagungan yang Esa
Oh Keabsolutan milik Sang Pencipta

Oh begitu Absurdnya Dunia ini diciptakan
Oh bahwasanya manusia purbakala inginkan seorang Tuhan

Buah karya dan buah pikir, sesungguhnya kalian pasangan yang sempurna namun tidak pernah kekal pada kenyataannya
Jauh dari diriku, aku adalah Sang Penghancur

Aku hanya ingin sebuah relatif-isme ini menjadi hal yang dinamis
Harmoni dalam diagonal dalam kacamata-kacamata
Harmoni dalam diagonal prilaku yang nyata
Aku hanya ingin sebuah dual-isme kerancuan itu menjadi kesempurnaan yang universal

Sesungguhnya jauh dari diriku, aku adalah Sang Pemerihara


ESTETIKA DIRI
*
Oh aku dan gemulai tangan manusia berperan
Indah dan cantik

Lembut dipandang dalam tatanan keaneka-ragaman

Sungguh aku terpukaw oleh tata bahasa
Selayak bahasa adalah milik mu, sepenuhnya

Anda sekalian dan sikap yang dapat aku lihat dari kejauhan
Terrasa kau menyentuh kedalam kulit ku

Keindahan adalah sesuatu yang cantik
Kecantikan adalah sesuatu yang indah

Anda sekalian yang memperjuangkan perubahan

**
Diantara meja bundar kita berdebat, tentang semua yang ada dan yang tiada
Dibatas waktu yang tak menentu opini-opini bersikap, penuh tekad
Sungguh, aku sayang kamu cantik

***
Diantar kata, diantara kalimat pujangga
Sungguh, aku bersinomim, aku menjadi Sang Penggombal
Diantara sekian janji dan diantara sekian sumpah

****
Aku berteriak, sungguh; Ahhhhhhhhhhhhhhh...................!!!
Pada cakrawala, kau adalah tujuan; pada langit kau lah acuan; khatulistiwa kau adalah panutan
Pada diri aku mengumbar sejuta rasa ingin tahu
Pada anda sekalian, tumpukan inspirasi diri


WAHANA KEFANAN
Kenapa ada aku yang malang
Diantara sejuta bayang
Diantara kegilaan yang menjadikan kekuatan
Oh, kepolosan yang mereka gunakan sebagai senjata

Kebodohan demi kebodohan menjadi sumber berita
Mahal, ya aku tahu mahal
Pendidikan

Dogma-dogma; bagaikan anjing dan kucing
Terbang jemari tangan; sebelah meratapi roti bungkus yang telah kering

Muntah, anak 13 tahun dengan mata sayu
Ia ....., seperti memohon minta ampun kepada hidup

......................................................
Oh kematian yang mengagungkan
Oh kehidupan yang diagungkan

Barang kali disana ada setetes air pelega dahaga
Barang kali disana ada api penghancur raga
......................................................

Malaikat dan fenomena
Setan dan mukzijat

Oh kalian berseteru tentang yang benar dan salah
Kalian merasa yang paling
Padahal sesungguhnya, kalian adalah kaum yang beruntung

Aku disini muak dan memuakan


AKHIR
Pada kedinginan Benua Antartika
Hanya derajat yang aku gunakan

Pada ketinggian pegunungan Himalaya
Hanya sinyal yang aku andalkan

Pada kedalaman Segitiga Bemuda
Hanya oksigen yang aku pertanyakan

Pada Planet Mars yang merah
Hanya ion-ion kegeniusan yang tak otentik dan objektif

Pada Ahli agama yang marah-marah dimimbar dengan kata-kata kasar ia memerintahkan umat beragamanya membunuh seorang pengkhianat
Hanya ini, akhir yang pasti


KETIADAAN EGO
Seandainya aku adalah kamu
Seandainya kamu adalah aku
Maka, andai-andai adalah andai andai

Andai kata aku tetaplah aku
Andai kata kamu adalah kamu

Ketetapan ku adalah harapan mu
Ketetapan mu adalah harapan ku


MANUSKRIP KEGILAAN
Wanita bodoh dan lelaki tolol menari ditrotoar
Makanan demi makanan mereka karang
Ketiadaan Sang Pengkhayal dengan dusta serapah
Meresaplah air suci dalam tanah dosa

Sejenak dewa nyanyian menari dikeranjang malam
Selangkangan manusia-manusia menjadi busuk oleh arak-arak dunia yang memabukkan

Wanita dan lelaki idiot tak peduli harga kepintaran
Oh kepolosan yang munafik, alangkah baik jika kalian serakah saja
Do’a demi do’a bercampur warna kehidupan
Hitam dan putih .................................................

Jari jemariku gatal dan perasaan ku mengatakan ada sesuatu yang tak beres
Denganku atau denganmu ataupun siapapun atau mungkin apapun itu
Hati mengatakan, “Tulangku bukan milikku seutuhnya”
Oh arwah ini seperti akan lepas dari jasad; aku rela, sepenuhnya; aku rela

Bayang hitam bayang putih, apapun warna itu; aku ingin mengerti
Bayang hitam bayang putih; aku hanya ingin mengerti
Bayang hitam bercampur putih dan bayang putih bercampur hitam
Asap demi asap temani aku yang terkapar karena mencoba menyadarkan diri

Oh, aku terluka dan menangis
Oh, aku bertahan dan lunglai
Oh, aku menghirup asap-asap
Oh, manusia-manusia yang aku sayangi
Oh, Tuhan yang aku percayai
Oh, sembilan keajaiban dunia
Oh, luka yang tak berdarah

Sempurnakanlah kesembuhanku ini, sempurnakanlah!


TEMBOK TIRANI
Disini ada berhala dan pengajaran pembodohan
Pembobolan nurani dengan harga yang bernilai refresif
Oh buku-buku tebal, kalian izinkan pembaca menjadi buku
Bodoh terrasa dengan karangan imaji tak mendasar

Absolut, ini adalah aku
Aku adalah novel yang aku baca

Oh menyedihkan
Sungguh menyedihkan

Begitu absurd kalimat yang mengucap oleh slogan dan simbol
Mana gagasan?
Mana opini?
Mana sikap?

Oh menyedihkan, kalian terkurung kata
Sungguh menyedihkan, kalian terjebak buku-buku

Dunia luas, dunia bebas
Kebebasan yang bebas, yang tak mau diatur, yang benar-benar bebas
Seutuhnya aku adalah lambang bagi diri dan simbol bagi hati
Kebebasan yang murni adalah kebebasan dari dalam hati

Aku dan rasa benci terhadap buku yang kalian baca
Terima kasih telah memberikan buku yang kalian baca; diam-diam aku bakar

Absolut kini adalah kebebasan
Tirani ini akan berakhir dengan kalimat hati
Kematian tirani memunculkan opini
Opini akan melahirkan dengan sendirinya rasa kebebasan diri

Oh, aku sangat mencintai kebebasan yang murni
Seperti aku mencintai diri-diri yang bersikap, yang mandiri dan berdiri sendiri


SUJUD KU
Bila ibadah ini mendirikan iman
Menciptakan keimanan
Bila dosa ini menjauhkan diri dari iman
Menciptakan lubang besar ditengah keimanan

Bila sembahyang ini tiang dari keimanan
Menciptakan bendera-bendera keimanan
Bila dosa ini mematahkan tiang keimanan
Menciptakan noda-noda diantara bendera keimanan

Bila do’a ini senjata keimanan
Menciptakan senandung syair-syair keimanan
Bila dosa ini menjadi peluru berkarat keimanan
Menciptakan ketidak-harmonisan iman

Bila semua indera ini adalah sumber keimanan
Menciptakan kesempurnaan bagi manusia-manusia yang mulia
Diantara siang dan malam, aku bersembahyang
Diantara segenap waktu hidup yang manusia jalani, sembahyangnya

Oh segala bentuk yang Engkau kutuk
Oh segala petunjuk yang Engkau bentuk

Bila ibadah ini adalah keharusan
Dan bila dosa itu adalah ketetapan
Kemuliaan apa yang akan menjadikan keimanan ini?
Kesempurnaan apa yang akan menjadikan keimanan ini?

Oh segala pertanyaan yang menjadikan dosa
Oh segala jawaban yang menjadikan dosa
Oh segala hal yang ada, yang dua macam ini, tak akan pernah berhenti sampai mati
Sungguh, sesungguhnya dibalik pertanyaan ada jawaban dan dibalik jawaban ada pertanyaan


PAGI
*
Matahari sambut hati yang bertanya
Selimuti jasad dengan awan-awan putih
Langit biru jadikan diri terpana, seperti ada kata-kata yang berkata, “Cukupkah dengan adanya aku, jawaban itu telah kau dapatkan”
Angin masuk kedalam pori-pori kulit ku
Segarkan otakku dengan tetesan embun
Beberapa hewan bernyanyi, seakan-akan menjadi saksi
Dan tumbuhan memperhatikan diriku dengan gemulai daun-daun yang mengajak aku untuk berteduh dari tanya yang semalam aku buat

Eksistensi diri dari esensi hari berkata pada hati,
“Haruskah aku buang pertanyaan ini,
pertanyaan yang tak aku mengerti,
pertanyaan tentang siapa aku,
pertanyaan yang setiap detik mengganggu aku?”

**
Matahari dengan cahayanya yang tak pernah padam, silaukan mataku ini
Awan-awan buyarkan pikiranku, dengan bentuknya yang selalu berubah-ubah
Langit biru bagaikan ukuran yang tak bisa aku ketahui luasnya
Angin menusuk diriku dengan paksa
Oh air, kaulah kehidupan
Hewan dan tumbuhan adalah bumbu-bumbu pelengkap kata hati Tuhan

Hidup ini indah, aku hidup dengan bahagia
Namun, tetap saja aku berteriak bertanda tanya


PADA RINDU - UNTUK SEMUA VIE
Pada udara yang menyejukkan ruang, sungguh aku ingin menyapa
Pada waktuku yang menerawang, rinduku sungguh-sungguh
Pada kamu yang mengisi ruang dan waktuku, sungguh aku rindu


SUMPAHKU YANG MALAS KATA
Sumpah sedikit pun aku tak me-RASA
Sumpah sedikit pun aku tak ber-ASA
Sumpah sedikit pun aku tak me-NGANGA
Sumpah sedikit pun aku tak ber-NYAWA


INTERAKSI
Aku berbicara pada monyet dan burung-burung
Sungguh, aku berbicara pada mereka dan mereka pun berkata dan bertanya
Tentang apa itu dan apa ini

Pepohonan gersang, pepohonan penuh buah pisang
Ada tanya tentang apa arti dari itu semua
Sendawa, kata penuh canda

Takut merupakan kata yang tepat saat itu
Mungkin saat aku berani, aku hanya mencari arti
Tempat muram, tempat penuh inspirasi

Seribu langkah petapa ramaikan jalanan
Aku lihat kiri dan kanan; apa yang aku lihat sungguh absurd
Ada telapak tangan dalam pagar hijau membentang

Aku berbicara padamu, tentang keluh kesah penuh tanya
Aku berbisik tentang hari akhir yang tak bisa aku pungkiri
Kau dan sejuta bayangan masa lalu mu, mengucap penat dalam hitam pekat


DOGMA-DOGMA SKEPTIS
Sebaik kalian yang menjaga jasad ku
Seadanya aku yang mengarang cerita mu
Selayak aku yang menderita oleh karena mu

Oh, gambar-gambar kanvas tanpa warna
Oh, tinta-tinta merah merekah membakar semua yang nyata dalam kertas
Oh, sketsa dan aksara yang akrab ditelingaku

Sejuta pandangan dalam nyawa, hanya satu yang tak bisa aku elak
Satu tubuh dengan gemulai kedua tangan dan kedua kakinya; sungguh aku nista
Panorama dalam paradigam kehidupan; mengubah dan berubah oleh manusia

Sebaiknya aku yang menjaga jasad
Seadanya kamu dalam cerita
Selayaknya kamu yang menderita


INTI
Kasih sayang ini tak akan mati, sebelum nyawaku dicabut lagi
Kembali dalam diri yang mengatur bumi
Langit-langit adalah warna-warni aura ku
Senja kala aku tiba dengan kereta tua asal Belanda

Padamu,
Sungguh padamu

Cinta ini tak akan menduakan dan terbelah; pecah karena tubrukan wajah
Paras-paras dibalik kain sutra tak akan aku buka
Bila ada kata ‘Buta’, maka biarlah inderaku ini dalam keadaan koma
Dalam batas waktu yang tak menentu, sungguh kau adalah inti daripada ku

Sungguh padamu,
Aku bersungguh-sungguh

Akan rasa yang tak goyang ini; tak seperti kursi-kursi goyang yang mulai rapuh itu
Aku menampakan diri dalam imaji yang tak bisa aku ungkap
Duhai, ketidak-pastian yang sepenuhnya milikku; aku inginkan kepastian itu milikku
Pada kamu yang aku puja; dalam pintaku aku mendua

Sesungguhnya hanya padamu,
Sesungguhnya aku


UKIRAN TULANG
Rapuh, serapuh aku
Remuk, dihantam pukulan tak membayang
Hancur, digilas ban truk

Aku adalah hiasan mu
Aku adalah peliharaan mu
Aku adalah karya seni mu

Rapuh.......................
Sungguh aku tak mengucap


PERBATASAN GARIS PEMBATAS
Tak ada ruang yang cukup untuk hati dalam hati yang terdalam ini
Hanya sekuntung bunga mawar dan bunga melati
Aromanya, aroma surgawi

Tak ada ruang cukup untuk Sang Pejuang dalam perjuangannya yang terdalam
Hanya ada selongsong peluru dan satu buah granat tangan yang tersisa
Aroma kedamaian dan kesempatan akan tercipta oleh karenanya

Tak ada ruang untuk bentuk kasih sayang yang bebas ini
Tak ada ruang untuk kebebasan yang bebas secara perasaan
Tak ada ruang untuk bentuk kedamaian yang bebas ini
Tak ada ruang untuk kebebasan yang bebas secara pemikiran


RUANG DEMI RUANG
Ketidak-puasan ini akan mati
Suatu saat nanti, atau mungkin sekarang ini

Ketiadaan ini akan ada
Suatu saat nanti, ini tidak akan pernah berhenti

Kesederhanan ini akan membumi
Suatu saat nanti, atau mungkin suatu hari nanti

Kenyataan ini akan hampa
Suatu saat nanti, pasti akan menanti


IMPLEMENTASI SEMBAHYANG
Orang tertunduk, seperti menyembah
Bukan sembah menyembah, seperti ajaran karma

Orang duduk, santun
Bukan sekedar bahasa tubuh, seperti etika manusia

Orang senyum, ramah
Bukan sekedar menebar cinta, seperti kisah-kisah cinta

Orang-orangan berkumpul bersama saling menyapa, tidak arogan
Bukan sekedar bekerja-sama menuju surga, seperti membangun rumah


JADI INGAT AKU, YANG GILA
Pada aku yang tertunduk, jongkok sambil tangan memegang separuh wajah
Untuk aku, yang tersenyum dan tertawa akan peristiwa
Pada aku, yang merebah kesakitan akan air mata ketidak-seimbangan
Untuk aku, yang menepis firasat akan sejuta jawaban yang tak masuk diakal

Aku jadi ingat aku, yang gila bila aku reflesikan diri
Aku jadi ingat aku, pada sekuntung bunga tak bernyawa lagi
Demi makna dan demi makna

Aku jadi ingat aku, yang gila bila aku presentasikan hati
Aku jadi ingat aku, pada satu buah koin keberuntungan yang tak lagi berkilau
Demi fakta dan demi fakta


KAMUFLASE BUMI
Aku dan kamu, sekalian seisi alam dan mendung yang mengutuk kebohongan
Tirai-tirai diantara jendela kamar yang berdebu
Aku lemparkan batu pada arah langit
‘Truukkk’, tidak sampai

Aku dan sember air serta kain lap pembersih
Hati senang dan bahagia
Semangat aku keluarkan, tenagaku pun terkoyak, namun mata menatap iba
Retak, kotor dan ‘Uhh’, keadaan tidak seperti pertama

Kamu dan keringat yang membasahi seluruh tubuhmu, aku tertawa
Menggelitik ketiakku, dengan harap aku tak murung
Lepas semua perangkat-perangkat penutup kemaluan, dari aku dan dari kamu
Oh Maha Karya, aku lunglai dalam ketidak-ingatan akhir


KEMUNGKINANNYA, MUNGKIN
Tangan dan alat ukur ini hanya meraba
Dalam ragu aku mengalunkan sebuah lagu
Seperti air yang mengalir, aku mengucap ragu
Dalam perhitungan rumus, kepastian telah mati


PIRAMIDA KATA
Suatu keajaiban dunia manusia bisa berbicara
Suatu anugerah yang luar biasa manusia bisa berkata
Suatu maha karya yang nyata manusia bisa membuat bahasa

Suatu pertanyaan biasa, “Apakah semua manusia bisa berbicara?”
Suatu pertanyaan biasa, “Apakah manusia yang satu dan manusia yang lainnya dapat mengerti tentang apa-apa yang manusia katakan?”
Satu pertanyaan biasa, “Jadi sebenarnya dalam bahasa itu ada kalimat lalu kata. Lalu sebenarnya bahasa itu milik siapa?, apakah ia keajaiban dunia, anugerah atau maha karya!”


FRAGMEN BAHAN KETAWAAN
Dalam air ada air
Dalam tanah ada tanah
Dalam udara ada udara
Dalam api ada api
Dalam cahaya ada cahaya
Dalam suara ada suara

Ha 666x
He 999x

Dalam apa yang tidak ada apa???


AKU BENCI BUKU YANG KAU BACA
Novel adalah karangan ketidak-mampuan menjelaskan
Novel adalah kata-kata busuk dari kehilangan imajinasi
Novel adalah buah karya dari khilafan sikap
Novel adalah imajinasi yang tak mendasar namun menekan


LONDON DAN 3 SUARA GADUH
Pada unsur ketidak-percayaan, buih-buih arus globalisasi diterapkan
Mereka kaum yang tidak puas; keras dengan semena-mena membuat suara-suara gaduh
Darah dari korban berceceran; daging-daging bertebaran dipepohonan yang sejuk namun sejenak menjadi terrasa seperti dipadang pasir Sudan
Uhh, bau amis ini, mengundang tanya dan diudara mengundang burung pemakan bangkai untuk berpesta
Kaum mereka dan kaum kalian saling berkata tentang hal yang sama yaitu: “Kalian bangsa Barbar!”


KALBU BIRU
Semacam permintaanku, pada diriku
Segelas kopi susu hangatkan suasana
Muram aku buang, jauh-jauh
Diantara asbak yang sekarnya berantakan, terdapat setengah batang rokok kesukaanku

Dijualnya tanganku untuk memenuhi rasa kecewa atas keluh kesah ku selama ini
Ada kesan menangkap diriku yang tertangkap sewaktu aku berkata
Bagai mahligai alat komunikasi; aku terbiak dan membiak

Bukan burung cendrawasih ataupun seekor naga
Aku membeli sepasang kelinci
Kebahagiaan ku terbagi
Terbagi dari satu kebahagiaan
Sepenuhnya aku beli kebahagiaan


KAUM ABSTRAK
Ada dalam lumbung
Oh ketidaan kunci ini membuat aku melihat langit lagi
Dalam detik suara bising senar gitar
Ada selalu aku yang ada dalam setiap nada

Warna-warna ini mati, kelam dan kusam
Sepi dalam kamar; aku menutup diri; dari sesuatu sisi
Keadaan kacau ini menjadi kabar yang buatkan aku risau tak sabar
Runcing benda-benda, dalam hati yang baku


PROPORSI REALITAS
Aku bisa
Aku bisa berpikir bisa
Aku bisa berbuat bisa
Aku bisa


OBJEK SEPENINGGALAN PINGGIRAN ZAMAN
Nyata kamu diam
Seketika aku dalam jasad ingin melepas arwah
Kematian sepeninggalam mahluk purba
Newton-Newton baru, memulai pembicaraan

Sintesis yang menyempatkan manusia-manusia gagah perkasa
Oh teori-teori dan diagnosis-diagnosis
Eksistensi daya nalar yang dominan determinasi, kini seperti lampu 5 watt
Konseptual ini mati, sepeninggalan kematian objek-objek

Skema proyeksi dalam alternatif bagai mahligai bidadari dari surga
Sistematik ini bereksplorasi mencari fakta
Begitu artikel primitif ini kamu buka
Nyata kamu diam


JADI KAMU ADALAH KAMU
Dalam sebuah persepsi dini aku mencari
Sebuah penghapusan daya nalar mulai diciptakan
Buah-buah klaim mengkerdilkan pemahaman akan opini

Mutlak kamu adalah kamu
Dalam intervensi dini aku coba membuka hati tentang sebuah arti
Kata-kata mati terbuahi 80 juta sperma

Ekperimen ku akan mu adalah karya seni eksekutif
Begitu nyata dalam material kepribadian nihilisme Nietzsche
Mendasar pada bumi bahwa kamu adalah kamu


BUSANA PERAN
Ini kemajuan pemahaman arti setan dalam cakrawala yang membentang
Dimana ada kehidupan maka ada pula kesesatan
Aku angkat telpon, aku tekan nomor 112, aku berkata, “Tolong disini ada monster-monster yang disembah dan mereka mempersembahkan mereka”
Amankan raga dan jiwa umat ini Tuhan

Menyebar dan menyerap, itulah pemahaman sesaat
Membaur aroma dan menafsirkan kata, itulah kesesatan dalam pemahaman

Burung-burung memangsa ikan, sampai-sampai karena laparnya ia menyelam
Rekan-rekanku, jangan kalian per-Tuhan-kan kepentingan

Jika memang langkah kalian adalah ibadah
Apa itu ibadah?
Jika memang tindakan kalian adalah ibadah
Apa itu ibadah?

Aku berteriak bukan karena mukanya yang seram
Aku berteriak bukan karena aku ketakutan
Aku berteriak bukan karena aku bosan
Aku berteriak karena aku bukan kalian, kalian yang menyembah monster-monster dalam busana yang sama


PARAU
Bangkai-bangkai adalah aku
Aku adalah nafas bau yang menyedihkan
Dalam muka-muka kelaparan udara, aku sangat membutuhkan perhatian
Aku menunjuk kamu sambil berkata, “Lihat dan perhatikan itu”

Sejenak aku diam..........................
Sejenak aku bergerak.............................
Sejenak aku muram...........................
Sejenak aku bimbang..........................
Sejenak aku adalah kamu............
Sejenak aku adalah bangkai.....................


ANDAI ANDA ADA
Mungkin dalam tirai ini ada Tuhan
Dalam gambaran masa depanku; cermelangku menghujani impian
Debu-debu bagaikan sebuah asa yang terbuang
Seandainya Tuhan ada dalam buah apel yang aku makan ini

Sejauh apa lagi aku harus mengatakan ini

Bagaimana jika aku adalah ada karena Anda Ada

Anda adalah satu
Satu akan ku adalah Anda

Mungkin tirai-tirai ini sebuah hati manusia
Dalam bentuk cinta; bukan dalam slogan, iklan ataupun simbol
Manakala buih-buih udara adalah hasrat yang nyata
Seandainya aku melihat paras ini; dalam desah parauku aku cinta

Sedekat aku padamu Ada

Jika Ada adalah Anda

Anda adalah satu
Ada Anda adalah satu bagiku


LIAR DAN NAIF
Aku mencintaimu oleh daya warna kulit mu yang putih
Aku menyukai sentuhan kulitmu nan lembut, yang buatkan pandangan mata lebih lembut
Aku cinta setiap hari yang kita lalui tanpa kebohongan
Aku makin mencintai kamu bila setiap kebohongan itu makin hari makin hilang

Dalam lamunan, aku duduk membayangkan sentuhan kamu akan pandangan mataku
Aku membayangkan bibir merahmu yang tanpa asap rokok itu berkata padaku tentang cinta
Oh cintaku padamu sungguh seperti jarum kejujuran
Kau adalah cintaku yang jauh dari kebohongan

Cantiknya dirimu buatkan aku lelap dalam tidur
Mimpi-mimpi indah dalam dimensi begitu nyata
Sayang kedekatanku padamu, sungguh mengakar pada keakraban
Cintaku akan kecantikanmu, sampai akhir


ADL
Konon aku adalah renkarnasi jahiliyah
Konon aku adalah mimpi-mimpi baru
Konon aku adalah pandangan dejavu
Konon aku adalah fatamorgana nafsu
Konon aku adalah fenomena kepalsuan
Konon aku adalah keajaiban kelakuan
Konon aku adalah mukzijat keakuan
Konon aku adalah kelahiran keadaan


PADA AKHIR
Semua manusia pada tingkat kekecewaan yang penuh air mata
Sejalan dengan khayalannya tentang hari akhir
Pada akhir, semua manusia akan mengalami mimpi buruk, lebih buruk dari bayangannya tentang keburukan
Pada manusia, terdapat akhir yang sama, yaitu pada hari akhir


PLAGIAT DAN INDIVIDUALISME
Kepada Sang Pejuang yang mati dimedan perang
Para waria di zaman penjajahan, terdengar suara telapak kakinya, ketar-ketir
Dari bulu ketiak manusia sampai bulu kucing, hangus

Kepada Sang Pahlawan, yang mati terhormat
Kabar yang tersirat bahwa dulu kau juga pernah menjadi seorang pengkhianat
Entahlah........................, mungkin hanya darah rusa yang aku minum

Dalam dekade yang singkat, para orang bergelar menjadi berjabat
................................................................................. sejarah suram dan buram

Kandidat-kandidat bersuara, lantang dan keras
Aroma keganjilan dan haus kekuasaan mulai diperdengarkan stasion radio

Manupulasi, bukanlah sebuah arti melainkan ciri
Manusia-manusia mulai menyembah sambil bertanya-tanya pada dirinya tentang apa yang kata bawa, namun mulutnya takut untuk bertanya
Lintah-lintah berpendidikan militer........................., hujan pencongkelan indera dan penculikan jasad atas nama

Seribu tahun aku tetap akan hidup
..................aku tidak ingin, namun memang begitulah panjang sejarah atas nama


BENTUK AKU
Dengan arah mata angin aku menuju selatan
Diselatan aku temukan kamu yang terlihat bongkok karena terlalu lama mengangkat magnet dipundak
Sampai rasa ini ingin mati melihat mu

Dengan hati-hati aku mencoba mengangkat magnet dipundakmu itu
Namun ada angin, seperti arahan Tuhan yang dengan sayup mengatakan padaku, “Jangan!!!!”
Sampai rasa ini ingin mati mendengar Mu

Diam aku didepanmu dengan memberikan hiburan tentang cerita perjalananku dari utara sampai bertemu denganmu
Gemetar jasadku dengan pendalaman pemikiran dan kepekaan perasaan
Sampai rasa ini ingin mati merasakan mu


TRES CANGGUNG
Dalam desahku aku menutup mata
Terhentak aku melihat loncatan bayangan
Cengang aku dikejutkan kata yang keluar dari mulutmu
Teriakanmu yang lembut membuat aku takut


JELEK, BANGUUUUUN.........!!!
Aku bangun dari tidur
Aku bangun dari mimpi
Aku bangun dari sadar
Aku bangun dari mati


SIKLUS KEGANJILAN
Damai ini tidak akan mati
Damai ini akan lahir

Damai ini tidak akan kecil
Damai ini akan terus membesar

Damai ini tidak akan pernah tua
Damai ini akan selalu muda


DIMENSI KEBUSUKAN
Aku berlari kencang
Menghindari para pengejar dan pencari
Lubang kenistaan dari pada ku
Niscaya aku berkeringat setengah mati

Tikus industri terinjak kakiku
Aku melihat tanah, ......................ia tidak ada
Aku melihat langit, ....................ada apa ini?!
Aku melihat pengejar dan pencari, ?!?..................., mereka tepat didepanku


PADA MALAM
Malam ini aku hampa, disekitarku ada udara dengan aroma rasa
Malam ini cuaca tidak menentu, seiring rasaku pada mu
Malam ini hujan rintik-rintik, badanku gemetar akan rindu yang tak bisa aku sangkal
Sepenuh cahaya bulan yang aku damba, aku terpesona oleh kata dan suara
Malam ini dingin mengutuk badanku yang kering, hembusan angin sapa aku yang coba bertanya padamu, “Kamu ga marahkan?!”
Pada kamu yang tertidur lelap dengan mimpi indah dan hembusan nafas yang tenang nan lembut
Malam, aku menatap dekat dalam dekap dirimu yang jauh sedang tertidur lelap


IDEALISME t@! @Nj!n9
Bau badan bertebaran seiring dengan bertebaran badannya
Aroma busuk semakin kuat saat mulutnya membuka kalimat
Etika, norma dan moral terlihat kusut dalam kebinatangan pemikiran
Seraya dia adalah Adam ataupun Hawa yang tek mempunyai orang tua

Bau kentut dalam ruang bagai dia yang menatap manusia sebagai kelingking
Kerdil-kerdil adalah aku dalam asap roko yang kau hisap
Sungguh langkahmu mencerminkan kebinatangan mu yang semakin ada dalam nyata
Buih-buih air liur yang keluar dari mulutmu, menghujani paksa kata dan opini

Oh, kau adalah racun
Kematian akan isi harimu

Sesakkan aku yang berwajah dan kamu adalah kumis-kumis panjang pada anjing

Oh kesadaran, tiadakanlah wujud dan rasa ini
Biarkanlah yang berwujud menjadi kosong dan yang berrasa menjadi tidak ada


BAIKNYA AKU, DIAM
*
Sebagian aku yang gundah
Yang renyah

Dalam ruang aku yang bertapa
Oh puasaku, akan ilmu-ilmu

Dalam etika yang aku jaga
Sungguh banyak hal yang aku banggakan dan aku buat untuk perubahan

**
Sebagian aku yang renyah
Sebagian dari yang mentah-mentah

Dalam waktu aku bertanya
Akan angan yang selalu bertentangan

Oh amal kebaikan dan cerita tenntang surga yang satu dengan surga yang lain
Dalam agama yang aku jaga


IQ
Aku, masih berpikir
Berpikir-pikir memikirkan
Berpikir akan tentang pikiranku dan pikirannya
Memikirkan kemungkinan dan kemungkinan

Entahlah, mungkin aku adalah pikiran
Mungkin kemungkinan adalah aku dan dia
Mungkin kemungkinan adalah mungkin
Entah mungkin adalah aku dan dia


TABIAT
Katakan saja, “AKU”
Bilang saja padanya, “AKU”
Eh ini AKU
Kata-KU, ya kata-KU


PARADIGMA FENOMENA
Sedikit dariku yang bisa aku berikan sebagai pengakuan
Dari pada apa yang mereka aku
Banyak hal yang sepertinya semua orang sungkan
Pada zinah dosa yang aku benci dan pada mabuk dosa yang aku suka

Aku yang bertanduk dua dan bermuka merah, bagai merak
Animo konsep berkombinasi dengan sintaksis pengucapan
Topik besar dan kevurgaran akan wacana, jadikan aku, jadikan bahasa; seutuhnya pijar-pijar penyumbatan kata
Steroidku pun berkurang karena aku berdalil

Bagai sebuah peta yang dijadikan lukisan pajangan
Garis merah putus-putus
Garis hitam membentang suram diantara putihnya ruang
Garis putih terlihat seperti sebuah gambar atas kain hitam


SAYUP-SAYUP
Saat kalian berlomba, kalian sempat menyebut diriku ‘Domba-domba’
Aku berjalan diantara sejuta rumput taman kota
Pohon pandan, suara sayup-sayup terdengar
Bidadari penyelamatku, kemana sayapmu?

Sejauh aku berjalan
Gelas-gelas plastik dipunguti oleh tukang pemungut


22:55
Mengubah aku dalam mangkuk cina yang tebal
Pada akhir yang tiada, aku bersamamu
Kembali gerbang terbuka lebar

Sakit ini tidak dapat aku sembunyikan
Pada burung hantu yang mengganggu
Sebagian dari aku adalah mangsa

Kala aku adalah penggapaian makna tersisa
Dan air mata tutupi aku yang diam-diam, menggugah dan tersirat
Campuri terigu dengan air dan garam


INGAT TUHAN
*
Pada sediakala bahagia ini adalah rasa
Pada sebagian derita ini adalah cerita
Pada ujung kata, ini adalah peribahasa
Pada benda-benda mati yang hidup

**
Hidup bagaikan kotoran babi
Dalam kandang-kandang anjing yang cukup seram
Terbesit aku adalah kucing dengan bulu rontok
Pada setiap tikus besar yang rabies

***
Ular-ular menggapai tangga dengan ungkapan-ungkapan
Manusia berikan cerita cinta lewat puisi-puisi
Jelas bahwa aku adalah karangan tanpa isi
Tuhan, jelaskan dunia dengan kitab yang tanpa syair

****
Tidurku, aku ingat Tuhan
Ibu, kau ingatkan aku pada Tuhan

*****
Pada wajah dalam wajan-wajan berisi minyak goreng
Aku terbenamkan muka dalam air bak
Kaki-kaki perantara aku untuk melangkah dan melindungi aku dengan tendangan
Jelas sudah jasad ini adalah duka lara akan larangan


D’AMOUREUSE
Tirai-tirai adalah patokanku
Pada kepala yang berbatu
Aku tersangkut
Darah dalam tanah berwarna merah muda

Pada bintang mungkin aku tenang
Pada bulan mungkin aku terang
Pada malam mungkin aku tentram

Cinta-cinta adalah paku besi bagi tembok bercat kayu
Rapu saat aku menengok kasur
Aku terkapar
Mani-mani tetesan berwarna putih suram


DRUNK = AKU + DRINK
Pada aku ini terdapat hampa yang memunguti tanah dari liang lahat
Hisab aku dengan kalimat kiamat
Niscaya aku nista dalam pelukan dosa
Panglima perang berjuang dengan intonasi dalam orientasi

Pada aku ini terdapat udara sesak dan bau busuk ikan mentah
Bunuh aku dengan kasih sayangmu
Aku memunguti segala hal yang iba dengan kekasaran cinta
Pendekar pegunungan turun untuk mecari makan

Pada aku ada hampa


CAWAN ARAK
Aku meminum untuk tetap ada dalam kehangatan
Terdengar suara, pecah
Memecah suara yang lain, seketika
Diam dan sunyi


JILBAB HIJAU
Ada aku yang aku tahu
Usaplah air matamu itu
Lihatlah aku dan sekelilingmu

Ada aku yang kamu tahu
Belailah keningku ini
Lihatlah aku dan sekelilingku

Ada kamu yang kamu tahu
Usailah derita mu itu
Lihatlah kamu dan sekelilingku


1665
Untuk kamu yang aku tahu
Untuk segala sungkan yang aku tanam
Pada tanah yang penuh lumpur-lumpur kesesatan

Nista aku tak bermata
Dalam keberdayaanku tentang kamu yang aku tahu
Ada kala dalam setiap detik aku membayang

Untuk segala waktu yang aku berikan untukmu
Ada dalam setiap dekap untuk menghentak kamu untuk maju
Sedikit dari warna langit yang bisa aku warnai

Untuk kamu, aku ada


KEMATIANKU
Berdatanglah..................... !
Simponi ini akan senja
Fajar ini akan awal

Bakarlah............... !
Bila lahan tanah telah kubur telah tiada
Uang dan uang menjadi persoalan


LAMBAIAN TANGAN
Perpisahan adalah penderitaan
Rasa cinta ciptakan kasih sayang yang menciptakan penderitaan
Rasa benci menciptakan perpisahan
Sempurnalah sudah semua hidup ini

Akhir hidup dengan perpisahan
Awali kehidupan dengan penderitaan


PADA AKU
Dalam aku ini ada kamu
Secarik kertas untuk masa depan
Dalam kami ini ada aku
Dalam ungkapan kata penuh peribahasa

Aku adalah kamu yang bertafakur
Diatas senja yang merah, tirai demi tirai terbuka
Sungkan kepala untuk menatap ke atas
Mengukir senja diantara tembok-tembok retak

Ratapanku penuh cerita
Usang usai, biarlah bahagia
Bebaskan aku dalam kekhusuan jiwa yang menggadaikan arwah
Mengurung dalam terali-terali baja dan tembok-tembok berbata

Pasti ketemu jua

No comments: