Wednesday, February 4, 2009

MONOLOG

Seringkali dalam kesendirianku ini, aku sebagai manusia biasa berbicara tidak kepada siapapun juga. Melainkan kepada diri sendiri, tentang hal-hal yang tidak masuk akal (Rasio), tentang hal-hal yang diluar jangkauan (Akurat) dan tentang hal-hal yang tidak mudah untuk dipahami (Logis).
Aku menjadikan aku sebagai aku, dari mereka-mereka yang mengaku karena ingin mendapatkan pengakuan.
Sedikitnya dariku yang bisa mereka gali dan mereka cari adalah sebuah kebenaran dan keadilan, bukan sebuah kebaikan dan kebagusan.
Aku berbicara lagi dengan hati, berbicara tentang hal-hal yang mereka anggap kecil, padahal dalam otak ku bergejolak, “Betapa rumitnya hal kecil ini, aku tahu hal kecil ini tidak mahal, tapi mengapa aku harus mengeluarkan segalanya demi hal yang mereka anggap begitu kecil”.
Kebohongan dan kebohongan menjadi sumber cerita yang dapat menguatkan makna bukan fakta.
Seringkali dalam keramaian yang begitu indah ini, aku menjadi canggung. Bukan karena mereka, tetapi aku sendiri.
Andaikata ada bahasa untuk mengungkapkan tentang siapa diriku, tentang apa-apa yang harus aku cari dan aku bagi, tentang makna dari kalimat-kalimat yang mereka beri kesan sebagai sebuah arti kehidupan.
Oh, aku merangkai kata pada apa?
Pada akhirnya aku akan sederajat dengan kalian semua, tentang hal-hal yang pernah kalian dustai tentang berita ini, berita yang kecil dan basi.
Padahal aku ini ada diantara kalian sejak dulu.
Aku adalah lubang menganga yang memulai kehidupan dengan memahami dan mendalami do’a dan dosa.
Jika memang aku ini menghakimi dengan ketetapan sendiri, maka terkutuklah aku sehingga lidahku menjulur dan tidak dapat merasakan rasa apapun juga.
Binatang dan tumbuhan, kalian adalah teman. Tak heran, kalian sering mencoba memberitahu ku tentang keadaan langit.
Sewaktu aku dalam perjalan menempuh perjalanan yang panjang, dalam ketetapan waktu yang sudah ditetapkan, dalam ketentuan yang sudah ditentukan dan dalam aturan-aturan yang meski aku lakukan. Pada bulan aku meminta pertolongan, pada bintang aku meminta impian, pada langit aku memuja harapan dan pada bumi aku terlihat seperti manusia yang perlu belas kasihan.
Oh, aku yang tercela dan terhinai oleh diriku sendiri, maafkan aku. Oh pencipta dan pemilik langit dan bumi, pada langit yang berlapis-lapis, pada bumi yang bundar dan berputar selaras pada orbitnya, selamatkanlah aku. Sesungguhnya aku adalah mahluk yang malang, yang tak tahu pasti akan kepastian diri.
Oh, awan yang cermelang jauh diupuk timur ataupun diupuk barat, pada sesuatu yang aku ketahui, ataupun tidak aku ketahui, atau aku lupa sama sekali, maka pada sesuatu Yang Maha Mengetahui segala sesuatu, yang ada ataupun tidak ada, maka beritahulah aku.
Oh sakit yang terrasa untuk kesekian kali, bantulah badan untuk berdiri, kaki untuk melangkah, jari jemari ini untuk mengerti sebuah arti, mata untuk melihat pandangan yang cermelang, telinga untuk mendengarkan kalimat-kalimat dan bahasa yang Engkau ciptakan, mulut untuk memperindah segala sesuatu yang sama sekali tidak rancu, hati yang terus terang seperti lampu yang terang-benerang seperti mahatari. Sesungguhnya aku bersaksi bahwa Bahasa adalah kepunyaan-Mu
Oh, kebesaran yang tidak dapat aku bayangkan dan kepastian yang benar-benar nyata, sembuhkanlah aku dari kesakitan yang telah aku rasakan untuk kesekian kali, untuk waktu dunia yang tak dapat aku hitung, Yang Maha Penyembuh, sembuhkanlah aku.
Dalam naungan akal dan otak bergejolak dalam waktu yang tak menentu, dalam perulangan yang berulang-ulang yang tak bisa aku hitung, aku banyak belajar dari kesalahan-kesalahan dan pemahaman-pemahaman. Oh, pemilik ilmu yang kekal, berilah aku ilmu yang bermamfaat.
Oh kegelisahan, yang tak bisa aku tahan dan bendung lagi, kepada Yang Maha aku meminta pertolongan pada-Mu, pada sesuatu yang sebenarnya aku sendiri tidak mengerti, namun aku percaya Engkau Maha Pengasih lagi Maha penyayang, maka lapangkanlah kegelisahan ku ini.
Oh Zat yang ada secara mustahil dicerna akal dan dibayangkan hati, sesuatu yang gaib yang tak dapat aku dustai bahwa Engkau adalah sesuatu yang pasti dan meyakinkan aku sebagai manusia.
Andaikata Engkau berkata dalam beberapa firman yang ada, bahwa Engkau akan memberikan ilmu tentang gaib itu hanya sedikit untuk manusia, dan bilapun itu terjadi maka Engkau hanya memberikan setetesnya saja yang dapat manusia ketahui, itu pun terjadi bila Engkau menghendaki, maka berikanlah aku kegaiban itu, itu pun jika segala sesuatunya tidak menimbulkan fitnah.
Sesungguhnya aku dan kamu ataupun kami dan kalian adalah sama, namun terkadang nafsulah yang membedakan antara manusia dan binatang, ataupun antara malaikat dan setan.
Ada banyak hal yang dapat aku percaya dan aku yakini, namun kenapa bila ada hal yang pasti dan dapat kalian percaya, kalian malah mendustainya?.
Sesungguhnya waktu telah diberikan untuk kalian, agar kalian dapat mempertimbangkan dan merenunginya. Seandainya ruang yang kalian tempati ini masih berupa hal yang nyata, lalu mengapa tidak kalian syukuri?, karena sesungguhnya dunia ini fana dan sama sekali tidak kekal.
Sesungguhnya keakuan ini adalah bukan sebuah pengakuan, melainkan diaku ini ada sesuatu yang melebihi keakuan ku.
Dalam aku ada sesuatu yang Ada dan nyata terrrasa, maka dalam ke-Ada-an ku yang penuh dengan keakuan, aku seperti keadaan yang penuh ke-Aku-an. Maka dari itu, Ada sama artinya dari sebuah Aku Yang Maha lebih dari Aku.
Sesungguhnya iman ini adalah imanku, dan sesungguhnya keimananku adalah pada Dia yang Esa.
Oh, aku harap kalian dapat mengerti apa-apa yang aku katakan dalam hati ini. Aku berkata pada saat sedia kala hati terbuka untuk sebuah Yang Maha.
Seandainya kalian meraba-raba apa-apa yang aku katakan tentang apa itu logis, rasio dan akurat, maka sesungguhnya ini melebihi semua yang ada dialam ini.
Dan tidak lain dan tidak berubah dari sebuah arti ke arti yang lainnya, karena sebenarnya Dia telah memberi peringatan dan petunjuk, tentang apa-apa yang akan terjadi (Tanda-tanda).
Pada saat datang kepastiannya itu, janganlah kalian pertanyakan, karena sesungguhnya kalian akan merasakan dan mengalaminya.
Oh keagungan yang Esa dan Kekal, semoga semua jiwa yang ada dapat mengerti dan diberkati, dengan kemudahan-kemudahan. Maka sesungguhnya aku besumpah atas pikiran dan pemahamanku ini, tidak ada yang lain kecuali Engkau.
Datang pada masanya kegelapan, lalu meninggalkan masa keemasan, agar masa sepeninggalannya tidak memimbulkan kegelapan yang sama. Maka aku sendiri memberi arti bahwa Yang Maha Ada itu ukurannya itu dimana-mana, jadi aku tidak usah susah-susah mencari Ia, karena di dalam hatiku pun ia Ada.
Pada sesuatu yang berdiri sendiri, aku berkata, “Jika Engkau tidak berdiri sendiri, maka Engkau tidak jauh beda dengan diriku, tapi jika Engkau memang benar-benar berdiri sendiri, maka aku percaya, karena sesungguhnya Engkau telah memberikan aku ruh dan kalbu yang dapat memahami maksud dan tujuan-Mu pada ku”.
Lalu apa lagi yang harus aku katakan bila Ia telah aku percaya, karena sebenarnya bahasa adalah milik-Nya. Karena sebenarnya segala sesuatu yang ada dilangit dan dibumi adalah milik-Nya.
Oh, hati yang keras ini telah luruh lantak karena rasa sayang-Nya pada ku.

Aku melakukan pencarian diri pada diri.
Aku tidak akan pernah merasa sendiri.
Aku merupakan aroma keganjilan keadaan.
Aku ada, karena Ia sebenarnya ada tapi tidak mengadakan diri, namun sesungguhnya Ia tidak mengada-ada.
Aku memberi kesan pada aku yang ada, bahwa bila aku tiada maka Ia akan Ada.

No comments: