Wednesday, February 4, 2009

INDICATION part 2 (PERASAAN)

Yeah, yeak love
Setiap kali aku memikirmu, aku seperti ditembak
Seperti ada masalah dikepalaku, seperti masalah yang aku temukan
Hidup yang aku jalani, aku tinggalkan dibelakang


Tidak ada sesuatu yang memberitahukan ku
Tidak semua orang tahu ada apa, tapi tidak apalah, setiap hari aku hanya bergelut

Menunggu sesuatu yang akhir yang tak bisa aku lukiskan

Aku baik-baik saja, aku tak bisa menemukan jalan keluarnya
Waktu aku berharap, yang aku bisa katakan saja
Ternyata berkata tak sama dengan kenyataan

Aku tidak tahu pasti tentang apa ini
Aku kira tidak ada yang sama, bila aku menyakiti seseorang
Aku tak ingin bertemu manusia-manusia lagi

Setiap kali aku merasa jatuh dan jauh
Katakan pada dunia aku bisa berkata
Setiap kali menghirup nafas

Relokasi, renovasi dan rombak
Tidak ada yang bisa menggantikan dunia ini
Selayak membalikkan tangan, tangan tidak sama dengan bumi
Tidak ada yang bisa mengubah kata-kata
Selayak membungkam dunia, dunia tidak sama dengan huruf-huruf yang menyusun kata dunia

Perkawinan dua nuansa
Kala calon suaminya mengucap janji dan menawarkan diri pada calon istrinya untuk menjadi suaminya, ada sebuah acara sumpah mati untuk hidupnya yang akan selamanya bersama
Pernahkah  kalian dengar ?
Bukan hanya mulut yang mengucap tapi perasaan ?
Cinta itu perasaan, benarkah ?
Perkawinan itu perasaan, benarkah ?

Pepatah bijak berkata, “Kalau bermain cinta jangan menggunakan perasaan”
Aku tambahkan, “Perasaan itu adalah buah dari hati”
Tapi apa yang terjadi apabila cinta tak memakai otak ?
Dan bagaimana bila cinta tak menggunakan perasaan ?
Dalam akal sebuah tanya akan terjawab olehnya
Apakah cinta itu termasuk akal atau . . . ?

Nafsu
Apakah kalian tahu apa kah itu nafsu ?
Pernahkah kalian merasakan nafsu ?
Saat perasaan kalian kehilangan kendali, atau pada saat bercinta dengan istrimu, adakah nafsu disana ?

Apa perbadaan perasaan dan nafsu ?
Apa perbedaan nafsu dan akal ?
Apa perbedaan akal dan perasaan ?

Jadi perkawinan itu terbentuk atas dasar apa ?
O iya, . . . banyak diantara kita percaya bahwa dirinya terlahir sempurna
Sempurna adalah gabungan nafsu, akal dan perasaan

Jadi perkawinan itu harus didasari oleh apa ?
Ya. . . kesempurnaan jiwa dan raga
Lalu apakah calon pasangan seumur hidupmu berpikir sama dengan mu atau ada perbedaan, paksaan bahkan tekanan ?
Kesempurnaan hidup adalah saat kita menjadi tahu apa itu ketidak sempurnana
Kesempurnaan akan lebih sempurna apabila dua insan menjadi satu dalam satu lingkaran ikatan keluarga
Cinta kita didasari oleh akal
Bercinta kita awali oleh nafsu
Cinta dan bercinta ada dikarenakan perasaan
Sempurna sudah hidup ini, tinggal menunggu akhir dari semua janji yang pernah aku tawari

Synchronize
Mereka merasakan hal sama, meskipun beda waktu
Jam pasir menunjukan setengah lagi selesai

Ada keganjilan logika
Ada yang menyebutkan warna aura
Apaan itu ?
Tentang apa ini ?

Mereka membedakan hal yang gila
Mereka sama dalam arti yang sangat gila

Hanya tawa dan gelak tawa
Aku pernah merasakannya, sampai sekarang beban

Luka dan cerita bahagia
Suka dan derita nyawa

Aku pusing

Sebanyak nyawa yang kita simpan
Banyak yang ingin bisa kita jawab, termasuk keanehan mimpi, ada bunga mawar tanpa duri ditangkainya, tapi tetap saja sakit
Kita bisa saja menjadi plastik dalam komunias karet, kita bahkan bisa lebih lentuh dari karet-karet itu sendiri, kita manusia yang diberikan daya tarik yang saling tarik-menarik diatas kertas abu, jangan terkelabuhi dengan sulap yang hanya mengharapkan mata tak bisa rasakan kepalsuaan
Menjadi sesat yang mengarungi sesaat sesak dalam asap berwarna jingga

Menjulanglah pintu yang skeptis

Atas alam manusia dituntun menjaga dan melestarikannya, mungkin itu buah karya dari tindakan akal positif kita sebagai manusia, tapi kita sebagai manusia menjadi bagian-bagian yang tak langsung mengubah ion positif menjadi ion negatif terhadap alam ini
Ada dua senyawa yang saling bertubrukan sehingga menghasilkan dunia yang lebih baik, yang lebih baik menuju kiamat, ada satu buah karya makna yang tersirat dari ucapan, “Bila kita semua sama maka kiamat, bila manusia tinggal lelaki semua maka kiamat, bila dunia tinggal perempuan semua maka kiamat, bila manusia berbuat kebaikan semua maka kiamat, bila manusia berbuat kemunkaran semua maka kiamat”
Kiamat telah jauh

Tindakan skeptis patut dipertanyakan

Egois menjadi puncak kewibawaan dalam derajat 4 kasta, kita sebagai manusia bukanlah seekor kucing yang kononnya dikatakan bernyawa 7
Pelukan penuh kehangatan mencari istilah terhadap sesama, apa makna ini dan apa makna itu
Cobalah bertanya pada hati dan hati akan menjawab sesuai dengan pengalaman yang menyakitkan dan menyenangkan, setidaknya disana ada jawaban, hatipun mengerti perasaan kita pada saat-saat tertentu
Lebih baik berhati 7 daripada bernyawa 7

Anak kecil hanya menendang–nendang gelas plastik yang ia temukan diperjalanan pulangnya menuju rumah

Menyukai nya
Ada tekanan yang aku bawa saat menulis ini
Benarkah itu ?

Peribahasa dibungkam hanya untuk menutupi kekasarannya
Puisi adalah kumpulan kata yang bernyawa dan dipernyawakan manusia yang tak bissa berkata kasar
Jadi bagaimana bila ada peribahasa dalam puisi ?

Kita adalah sumber uang bagui mereka
Siapa mereka ?

Peribahasa dalam puisi menjadi suatu yang sangat seimbang dan patut dipertanyakan, ada kalanya mereka yang tak tahan dengan tekanan dan daya tahan yang tak bijak menjadi sebuah kebijakan yang meluluh rantakkan kebijakan sang presiden sekalipun

Kamu menyukai puisi, aku tidak
Ya . . aku tidak suka membaca, aku hanya suka menulisnya saja
Ada tekanan dalam hari, apa yang aku isi ?
Ada hentakan dalam nyawa, apa yang akan aku hiasi ?

Puisi adalah cermin dari cermin yang ada
Puisi adalah sebuah nyawa yang tak bisa mengartikan hal yang nyata
Puisi, atau apapun itu aku tak sanggup
Puisi, aku tak tahu bentuk apa yang aku buat sebagai bait

Menyukai adalah sebagian dari gila
Menulisnya adalah nyata gila
Mengertinya adalah merasakannya
Gila adalah tindakan yang wajar

Bagian yang terbungkam
Pagi yang memassuki sebuah awalan yang terhentak
Disaat purnama tak lagi melindungi
Semacam aku dalam keakuan yang absolut nan absurd
Realitas jiwa yang semakin tergunjang
Aku menjadi aku dalam 4 buah hitam yang saling tumpang tindih

Terbanting tulangnya dalam keadaan yang ironis sadar
Aku belum minumtapi sudah mabuk
Ada makanan yang aku kira sampah
Seperti akhir-akhir sekarang ini, aku sering terbangun saat suara adzan subuh mengema dalam rongga telinga, meyelami hati dan menggugahnya, siapa pemberi dan pencabut mimpi ?

Manusia yang tertidur lelap pada jam istirahat
Ketakutan yang luar biasa kian menjadi senang tiasa bergelorta
Ada bara dam otak yang sedang muram dan rancu
Aku tepaku aku menjadi baku

Bagian yang terpisahkan dari segala kecengangan
Semangat ku tercurah saat sebatang rokok yang jatuh dari tangan ku, tak bisa aku temiukan dengan kau raba, tapi aku melihatnya
Ada ucapan yang kian memaki dan menyendiri rasa seni
Apa, ilmu terapan ?!

Keberadaanku
“Apa itu kemiskinan” seorang dosen bertanya kepada para siswa pada saat siang, untuk mata kuliah 2 sks
Aku menjawab, “Sesuatu yang paling ditakuti”

Aku tak dianggap
Aku berasa tak ada

Dosenpun tidak berkomentar sedikitpun, tentang apa yang aku katakan
Ia menjelaskan dengan menggunakan pendapat para ahli
Sejenak setelah selesai dimulailah sebuah falsafah yang menjadi suatu sumber dari ilmu pengetahuan, yang kemudian dirancang menjadi suatu alat yang disebut teknologi yang nantinya akan mengatasi kemiskinan dan bisa juga menghasilkan kemiskinan

Kisah
Untuk sebuah
Kata serapah yang menjulang tinggi, setinggi jerapah

Untuk sebuah
Berjuta caci menggugah dalam tidur yang tak biasa memakai jubah

Untuk sebuah
Segala yang sering diubah dan dipalsukan yang sering kita pakai

Untuk sebuah
Kecil yang penuh makna, membuat jatah makan kita berkurang

Untuk sebuah
Untuk jiwa yang kian hari memaki diri yang tak tak bisa berdiri dipagi hari

Untuk sebuah
Banyaknya bahasa yang tak kita beli oleh lidah, dan mereka mengangap kita bijak

Untuk sebuah
Petuah yang hilang dan banyak terdapat disebuah lembaran kecil majalah-majalah bulanan

Untuk sebuah
Bintang yang makin aku kenal, yang sering aku lihat saat tak ada manusia dihati ini

Untuk sebuah
Sampah organik yang sering ada diatas langit ini, dikala aku berkedudukan tak berada dan berpendapat

Untuk sebuah
Nyata namun ada bentuk maya yang sering mengalami perubahan dalam sesuatu yang rumit namun beranggapan murah

Untuk sebuah
Untuk yang tiada jadi ada dan mereka yang dalam kesenjangan kumpulan gas air mata yang sering diperjualbelikan

Untuk sebuah
Mata, telinga dan indera yang lainya menjadi wacana yang menghasilkan sebuah daya ingat yang tak sebanding dengan angan berakal yang berakarkan janji

Untuk sebuah
Wajah-wajah dan tubuh tanpa badan ataupun badan tanpa bayang

Untuk sebuah
Kepedulian sesat yang menyesakkan alam dermawan, maka bermunculan sekte yang bisa menguburkan jasad tanpa ada luka dan derita

Untuk sebuah
Kenginan keringanan yang berujung pada kemalasan, dimana letas sebuah kepercayaan sudah mejadi harga mahal

Untuk sebuah
Bunga-bunga berwarna merah yang akan menjadi bagian dari racun yang berada disekeliling rumah, mereka adalah kunci dari obat untuk penyakit menular

Untuk sebuah
Lukisan kanpas bukanlah sesuatu yang istimewa lagi melainkan terpuruk karena lahirnya seorang bayi yang biadab

Untuk sebuah
Loyalitas atas prestasi menjadi posisi daklam hal yang menyedihkan, kita masih hidup saat itu

Untuk sebuah
Menyuarakan angan dan memikirkan pekerjaan adalah sesuatu yang akan sering dilakukan pada masanya nanti

Untuk sebuah
Berpuasa menjadi bagian dari pekerjaan dunia yang tanpa do’a

Untuk sebuah
Banyak sepatu tanpa kaos kaki, dan banyak kaki-kaki yang tetap saja bau

Untuk sebuah
Dusta yang bergelimpangan dan dosa yang diagungkan, yang sering dibanggakan dan dikembangkan menjadi bagian dari sesuatu yang tak akan terlupakan

Untuk sebuah
Tak ada rasa tak adil, yang ada hanyalah melewati kejahatan didepan kita dan kita menyelesaikannya didepan kita, langsung terjadi, duniapun menjadi sesutu yang tak berumur panjang dan manusianya makin kacau

Untuk sebuah
Warna lampu lalu lintas menjadi lima seperti pelangi yaitu: merah, kuning, hijau, biru dan hitam

Untuk sebuah
Banyak jenis narkoba yang diedarkan tetapi lebih banyak lagi yang konsumsi oleh para penderita penyakit yang menyangkut mata

Nyata berharga
Manusia dibedakan oleh ruang dan waktu
Sebuah silsilah mereka namakan
Ada keluarga yang tak bisa dimasukkan

Manusia menentukan ruang dan waktu
Sebuah lingkaran yang menjadi suatu pernyatan yang jelas
Bagian hitam untuk putih dan sebaliknya

Pemikiran terdalam
Aku tenggelam lantas terdampar lalu tak bisa ditemukan
Aku mencari sambil berlari sampai tak bisa berdiri

Adaptasi dan seleksi yang tak pernah selesai
Aku menjadi satu diantara banyak yang berdiam diri

Antagonis yang dinamis menjadi bagian yang terselesaikan
Lihat pelajari dan jadi arti dari hari yang tak bisa dibeli

Sering orang bisa dibeli untuk menulis tapi tidak untuk membaca

Etnis
Semua adalah angan yang tak sampai dalam bentuk karangan
Tinggal sembilan nyawa yang akan aku buang
Bermukim, mungkin dipinggiran hati yang berdarah lembab tapi kering
Gunung nan biru dan awan nan putih

Para binatang menatap surga dunia, bintang

Para ahli pikir menganggap dunia sebelmum mati, yaitu luar angkasa

Para ahli agama menyebut sesuatu yang tak dapat dijelaskan, alam

Sembilan bahasa digabungkan, harfiah yang kian menyempit
Sampah yang aku buang menjadi bungkus makanan yang sehat
“Biar hemat” katanya, entahlah
“Biar anak cucu, dapat menikmatinya”

Ingat luas, ingat banyak dan tak akan ada kata habis
Habis adalah sebuah nama yang tanpa makna

Aku tak ingin menyebut sampah, karena sampah tetap saja sampah
Ortodok kan ?!
Kemana kita akan membuang sampah ?

Ada kepedulian ?
Apa kepedulian ?
Kepedulian apa ?
Apa itu kepedulian ?

Ganguan jiwa
Simpanlah sesuatu yang berharga, seperti waktu manusia memanjakan nyawa dan raganya
Ada baiknya bila lidah dijulurkan dan mulut disumpal untuk suatu rahasia meskipun itu melegakan

Argumen
Dokumen yang termakan waktu
Dibatas  bayang segala warna
Kulit yang berbeda dari rahim yang ibu kandung
Terkotak-kotak seperti sebuah susu murni dalam kemasan

Aku yang kesal dianggap tak ada, oleh mereka yang merasa keberadaannya ada
Tres melihat dunia dan berkata
Dalam agama ada unsur cinta
Cinta itu tidak dibatasi ruang dan waktu
Jadi mengapa mereka berdebat tentang agama yang dibatasi ruang dan waktu ?
Apa yang harus diperdebatkan ?
Dan kenapa ?

Tres hanya melihat dan tertawa
Sekalipun mereka berkata cengnge-ngesan
Sebenarnya mereka telah ada pada masa sebelum aku dilahirkan
Jadi apa peranan kita pada saat ini ?
Ikut memperdebatkan atau cuma diam saja ?

Tres mulai mual dan ingin muntah karena mereka
Kenapa mereka membawa panji-panji dan bendera partai ?
Heh . . . kotoran manusia, ada saja yang membawa baunya
Kita sebagai apa ?
Apa aku tidak ada ?
Hey !

Gesek mata kanan
Beradabkah kita ?
Beragamakah kita ?
Beradakah kita ?
Akan dari padanya ?
Dari segalanya ?

He . . .he . . ha . . ha . .
Setanpun dimuka dan benaknya tertawa
Manusia mendekati kiamat dan berkata, “Kita akan mati bersama”
Apa aku makin gila ?
Apa jiwa ku makin mengangga ?
Apa aku terus berontak ?
Ehm . . .ehm . .

Jasad sempurna dan jiwa yang cacat
Kita terbagi atas manusia itu
Tapi . . aku tak mau terbagi atas tindakan mereka
Beda itu indah
Indah itu karena beda
Tapi mengapa mereka beda ?
Dimana peranan Tuhan saat ini ?
Aku tak mau menjadi jasad yang sempurna dengan jiwa yang cacat

Atheis
Aku tak tahu harus berkata dari mana dulu ?!
Sebuah kata sama menyembah
Ada buku yang mengatakan seorang Atheis akan menyelamatkan seorang Muslim daripada seorang Yahudi

Apakah mereka ada karena keluarganya tak mewariskan agama kepadanya ?

Apa yang harus diartikan dari sini ?
Binatangkah mereka, heh . . . . Tanda tanya terbesar ada
Dimana surgamu ?
Dimana neraka mu ?
Amankah dirimu ?

Aku tahu kalian merasa aman pada saat perang agama ada ?
Mungkin kalian penyelamat dunia pada saat itu, mungkin

Beda yang aneh, menurutku
Mulutku kering membedah keraguan dalam lagu lama

Lahirmu adalah surga dan matimu adalah neraka

Apa yang akan aku tunggu
Mencari hari
Menapaki hati
Ingin pergi
Lagi
Dan lagi

Mengerti sebuah arti
Mengagumi diri
Ingin pergi
Lagi
Dan lagi

Melihat sesuatu yang tinggi
Mencari tanya hati
Akan prediksi
Mendalami hati
Ingin pergi
Lagi
Dan lagi

Perasaan sanubari
Wajah penuh naluri
Wajah sedih
Diri yang sepi
Hari yang tanpa arti
Buku yang putih
Halaman yang bersih
Secangkir kopi

Ingin pergi
Pergi dari sini
Lagi
Lagi pergi
Pergi
Dan lagi

Uang
Penuh warna hijau dan biru terkadang juga merah
Secarik kertas kuning keemasan dalamnya mengisi
Aku bukan manusia penunggu
Aku juga bukan manusia uang

Kala bangun dari ranjang
Kala kita bangkit dari semangat yang lenyap
Kala kita coba berdiri dari rasa sakit

Kala tangan dikepalkan
Kala kaos kaki dipakaikan

BaNGKiT
Aku akan mencari sesuatu yang tak pasti sekalipun
Mengapa harus menunggu hari ?
Mengapa harus mengharapkan telapak tangan yang terbalik ?
Kita tidak sama dengan perahu yang terpelanting karena derasnya ombak ?

Untuk Diansastrowardoyo dan puisinya
“Ada apa dengan cinta”, demikian nada yang menjadi tema dari sebuah kata ataupun makna
Ada petikan gitar dengan suara, “Hay. . .iya . . .ia . .yay”
Kata keras ditekankan pada sebuah peran

Pengemis dan para pengamen yang mereka kita sebut gepeng
Sepasang insan manusia jatuh cinta dan terjatuh dalam pelukan suasana yang penuh nuansa pencarian

Lelaki berumur 30 tahun menjadi stres karena anaknya mati sebelum keluar dari rahim istrinya
Wanita menjadi depresi karena tatapan seorang teman tenggelamkan ia pada sebuah kamar pemuas para binatang yang menjadi manusia

Teringat akan, “Daun diatas bantal”
Sebuah peran dengan lakon yang berwatak tentang hancurnya struktural kita sebagai manusia
Tiadanya sistem pemerintahan
Bukti nyata, ada

Senandung, “Pasir berbisik”
Dalam raut yang tertinggal dari segumpal kepercayaan dan sisi hitam dari pinggiran logika yang membuat kita berkata, “Oh, ada juga ya”
Seorang jiwa penuh perasaan yang menjadi senyawa dari ledakan

Cinta, aku bukan Rangga

Lagu bunga
Bungaku ingin bebas
Bungaku tak liar
Bungaku pembawa kedamaian

Indah bungaku memberi senyum
Damai bungaku memberi cinta
Tenang bungaku memberi tawa

semua

Bentar ya, . . santai aja deh
Hanya terpaku
Diatas bantal yang lesu
Diantara selimut yang tak teratur lagi
Disebelah jam yang berdetak
Banyak kertas yang harus aku buang
Sebuah surat perantara aku dan Tuhan

Kaca yang telah retak
Cermin yang kusam

Mahluk yang malas mengukir air diatas gelas
Botol yang kosong
Lidahku tekan diantara gigi geraham

Terbang dengan ranjangku yang penuh air liur kenyenyakan
Terpuruk dengan perkataan dan tindakan yang sering aku ulang
Ada komunikasi lewat udara sampaikan informasi yang telah terprediksi

Diam
Aku diam
Diam-diam aku diam
Diam aku ingin diam
Diam-diam
Diam aku

Cape
Punduk ku kesal
Pinggangku sakit
Aku tak inginkan rematik

Tanganku yang memegang kepala
Malaikat pencabut nyawa
Jangan penggal kepalaku kalau kau mau mencabut nyawaku

Maut”, mereka saling bersahut
Nama dan imej ku terbakar
Mereka masyarakat yang bersosial membiccarakan ku
Mereka yang anti sosial mencemoohkan ku
Aku dikhianati
Aku dihakimi

Sedekah sekedar sedikit
Iler yang membasahi sisi-sisi mulutnya
Mata sayu kelelahan, mengatup sebelah kanannya
Jemari tanga mainkan sebagiahn kain bajunya
Kaki terlentang menunjukan kesopanan yang tak layak lagi dipertahankan

Lalu mengapa ia masih saja meminum air kopi?

“Tu . . rum . . tu . .rum. . te .. te . . . tur . .rrum . . ”
Bidadari yang cantik dan malaikat penuh etika, aku mengharapkan mu disini, dalam bentuk manusia

Sebatas megah berkelanjutan
Jiwa ku terkurung dalam penjara dunia yang mereka namakan tiada bebas
Tak ada teralis baja yang membatasi, hanya bayangan yang mengarungi

Setimpalkah dengan tindakan ku terhadap hukum Tuhan ?

Dimana Ibu yang penuh kasih sayang dan perhatian ?
Dimana Bapak yang selalu mengajarkan arti hidup yang nyata ?
Diamana Wanita cantik yang menemani saat aku terpuruk ?
Dimana Teman yang selalu mengingatkan sumur yang tak berair ?

Nyawa berterbangan
Raga terabaikan
Jasad dipenuhi ulet-ulet
Roh memaki raga kala ia terlepas

Melewati sesuatu yang kita harap, yang kita tunggu bertahun-tahun
Takjub, akan buangan sampah yang menyebabkan akal kehilangan kendali
Lewati batas, yah. . . batas yang tak ada batasnya

Aku Jin dari ujung dunia yang mencoba berteman dengan manusia
Awal pertemanan terdapat permusuhan dan persikukuhan pendapat ditengahnya

Aku dan seribu semut
Seperti hal yang belum terkoneksi
Realisasi dengan relasi yang tiada banding
Berjuta kaki menyapa diri dalam tumpukan roti
Keju besar, aku telan dengan halap kelaparan di Ethopia

Siapa
Osama bin laden yang sekarang kurus, dimana senjata mu
Nuklir yang menyebabkan gempa di wilayah khatulistiwa
Tak jauh dengan jenggot yang sekarang menjadi putih tak teratur
Tatapan lembut, polos namun bisa membunuh manusia banyak

Tawa dalam penjara lebih bebas dari pada tawa dalam tegangan
Tekan maka kami akan kalah
Mental yang terbagi dari sebagian pembagian
Sisa nafas yang mereka tanya

Ini bukan ikut dari hanya jika hanya
Seorang pengikut suatu kaum menjadi khinat karena tawa bapaknya kepada ibunya
Berandal malam mencari shampo untuk mandi malam
Kelelawar hitam kecil menjadi bagian yang sama saat badannya terlihat disebagian muka halamannya

Kamu, mau jadi siapa ?!
Sering kita dengar itu
Sering kita dengar juga bahwa manusia mengagumi manusia
Sering kita dengar aku ingin menjadi . . .
Sering kita dengar dari yang kita dengar
Sering kita dengar tak kala kita menjadi pendengar
Sering kita dengar seperti kita tak jauh mempunyai peran sebagai seorang penggemar

Aku terlahir dari seorang rahim perempuan
Aku ada karena benih dari seorang lelaki
Aku ada sejak aku tercatat di buku Tuhan
Aku menjadi sebagian dari aku dan kamu karena sebab-akibat

Aku perempuan yang hinggap didedaunan ‘tuk lenyapkan keterpurukan
Aku lelaki yang berjalan dalam peta tak bernama ‘tuk lenyapkan kutukan
Aku yang muda, yang sering menatap satu mata pada dunia, dan bertanya mana saudara kembarku yang berada dilain dunia
Aku yang tua, yang sering mnghadapi sesal dan ludah yang kental, yang berada diantara kayu-kayu yang rapuh dan retak

Coba bayangkan
Tuhan menggambar sebuah dunia diantara kertas-kertas, kertas-kertas itu terbagi atas dua. Berwarna hitam dan berwarna putih, dan Tuhan menyukai dunia yang berwarna putih karena akan mencoba manusia buatannya yang dari tanah. Karena kalau dari putih ke hitam itu gampang, tapi kalau dari hitam ke putih itu susah
Tuhan ciptakan kita dari tanah, kata lain dari tanah adalah campuran sperma bapakku dan telur ibuku, hingga terlahirlah aku karena adanya mereka
Ya . . dunia yang pertama adalah dunia manusia: dunia mimpi, dunia tak sadar dalam keadaan sadar dan dunia penuh tanya, maka Tuhanpun memberi petunjuk pada awal manusia-manusia itu ada, dengan terjadinya petunjuk hidup yang berupa cerita para Nabi yang menghasilkan agama dan juga Al-kitab
Para Nabi dan Al-kitab serta agama yang ditunjuk Tuhan padanya , katanya. Membawa nilai dan sesuatu yang bagus, untuk tidak menjadikan kita seorang kafir, kafir adalah manusia yang tak punya agama. Karena setelah dunia para manusia yang mempunyai agama percaya akan adanya surga (tempat setelah mati yang sangat indah) dan neraka (tempat setelah mati yang sangat  tidak indah)
Tuhanpun memberi warna pada kedua kertas nya itu sehingga menyebabkan sesuatu yang tak sama dan akan beragam, maka efek dari semua itu terjadi ruang dan waktu yang berbeda, dan manusia tak punya penghapus kejadi yang punya adalah Tuhan itu sendiri yang sedang melukis
Andaikata Tuhan punya keluarga maka pasti ia punya rumah, maka aku akan mengirim surat kepadanya dengan tujuan surga dan meminta kebijakan tentang aturan dan hukuman. Ya . . memang ada cara mengirim sesuatu kepada Tuhan yaitu: apabila hadiah maka dengan memelakukan pahala dan ibadah didunia, dan bila ingin mengirim cela maka berbuatlah tindakan-tindakan yang tidak ia senangi yang terdapat dalam Al-kitab, “Sesuatu yang dilarang dan terlarang”, dan apabila kita ingin mengirimnya suatu pesan maka kita berdo’a saja

Bagaimana ?!
Apa kamu percaya akan adanya Tuhan ?
Apa kamu masih ragu-ragu ?
Bagaimana menurut pendapat mu tentang Tuhan ?
BerTuhan pasti memeluk suatu agama, apa agama yang kamu peluk atau anut ?
Ada berapa agama yang kamu anut ?
Dimana kamu mendapatkan agama itu ?
Pernahkah kamu mencari suatu agama ?
Apa kamu yakin tentang agama yang kamu peluk atau anut ?
Atau kamu hanya percaya saja ?
Sebenarnya apa itu agama ?
Sebenarnya untuk apa kita beragama ?
Kenapa tak kita langsung saja memuja Tuhan tanpa dibatasi agama ?
Apa tujuan kita surga ?
Apa kita takut akan neraka ?
Apa itu surga ?
Apa syaratnya agar kita masuk surga ?
Apa yang kalian harapkan setelah masuk surga ?
Pernahkah kalian mempunyai keinginan untuk berbicara dengan Tuhan, untuk mengetahui segala hal yang kita temukan didunia, yang pada dasarnya sesuatu yang tak adil, dan itu banyak sekali bukan ?
Dimana kita bisa bicara dengan Tuhan ?
Apa disurga ?
Apa dineraka ?
Apa sebelum itu semua ?
Atau pada saat kita meyakini sebuah agama dan menjalankannya dengan benar dan baik ?

Kembali lagi ke pertanyaan utama ?!
Apa kalian beragama ?
Apa kalian berTuhan ?
Apa kalian berkeinginan masuk surga ?

Dzikir, beginilah semestinya Tuhan
Tuhan, Yang Maha Pemurah, Yang Maha Penyayang, Yang Merajai, Yang Maha Suci, Yang Memberi Keselamatan, Yang Memberi Keamanan, Yang Memelihara, Yang Dapat Mengalahkan, Yang Maha Perkasa, Yang Mempunyai Kebesaran, Yang Menciptakan, Yang Melepaskan, Yang Menciptakan Rupa Mahluk, Yang Maha Pengampun, Yang Gagah, Maha Pemberi, Maha Pemberi Rezki, Pembuka Pintu Rahmat, Yang Maha Mengetahui, Yang Menyempitkan Rezki, Yang Melapangkan Rezki, Yang Merendahkan Derajat, Yang Meninggikan Derajat, Yang Memuliakan, Yang Menghinakan, Yang Maha Mendengar,  Yang Maha Melihat, Yang Menetapkan Hukum, Yang Maha Adil, Yang Maha Penyantun, Yang Maha Waspada, Yang Maha Penyabar, Yang Maha Agung, Yang Maha Pengampun, Yang Berterima Kasih, Yang Maha Tinggi, Yang Maha Besar, Yang Maha Memelihara, Yang Memberikan Makanan, Yang Maha Menghitung, Yang Mempunyai Kebesaran, Yang Maha Mulia, Yang Mengawasi (Mengintai), Yang Mengabulkan, Yang Maha Luas, Yang Maha Bijaksana, Yang Mengasihi, Yang Mulia, Yang Membangkitkan, Yang Maha Menyaksikan, Yang Maha Benar, Yang Maha Mengurusi, Yang Maha Kuat, Yang Maha Kokoh, Yang Melindungi, Yang Maha Terpuji, Yang Menghitung, Yang Memulai, Yang Mengembalikan, Yang Menghidupkan, Yang Mematikan, Yang Maha Hidup, Yang Berdiri Sediri, Yang Menemukan, Yang Mempunyai Kemuliaan, Yang Maha Esa, Yang Menjadi Tempat Meminta, Yang Maha Kuasa, Yang Sangat Berkuasa, Yang Mendahului, Yang Mengakhiri, Yang Awwal, Yang Akhir, Yang Dhahir Kekuasaan-Nya, Yang Tak Kelihatan Dzat-Nya, Yang Menguasai, Yang Maha Tinggi, Yang Maha Baik, Yang Maha Menerima Taubat, Yang Memberi Siksaan, Yang Maha Pemaaf, Yang Maha Belas Kasihan, Yang Memiliki Kerajaan, Yang Memiliki Keagungan dan Kemuliaan, Yang Maha Adil, Yang Mengumpulkan, Yang Maha Kaya, Yang Memberikan Kekayaan, Yang Mempertahankan, Yang Membuat Bahaya, Yang Memberi Manfaat, Yang Menjadikan Cahaya, Yang Memberi Petunjuk, Yang Menciptakan, Yang Maha Kekal, Yang Kekal Abadi, Yang Maha Pandai, Yang Maha Penyabar

Jam dinding dan detik jarum yang berputar
Bukan berarti kita harus mengisi hari dengan berdiam diri
Bukan berarti kita akan diberi tanpa meminta
Bukan seperti cerita seorang kaisar yang memberi derajat bangsawan kepada seorang budak yang hanya berdiam diri tanpa menyandang satu profesi da sebuah prestasi

5454
Yang Maha, sedia kala setia sujud menyembah
Secarik kertas, ujungnya ada mati
Daun berwarna hijau, demi cinta yang tak bisa dipercaya
Wajah tua, muram ditepis unsur mata

Aku yang mabuk
Sama aku menyangkal
Kering aku diterpa angin
Asap hitam, kelam
Langkah setan iringi bayang malaikat
Tatapan bulan, tangisan
Bara kayu dan sebuah sinar
Kebohongan dan kebohongan

Orang mabuk itu jujur
Didepan mini market dengan tatapan mata sebuah taman
Diujung tangga dan hujan besar yang selimuti sore

Teman dari teman mau pamitan, besok pagi ia akan pergi ke kampung halamannya, Padang

Sebuah otak kecil terlintas dalam secuil kalimat hati, penjara
Uh, . . malam yang suram bersama roko batangan yang aku beli di kios pinggir jalan
Jatuh, aku kejatuhan

Lupakan etika, lupakan sopan-santun
Biarkan badan ku terlentang, santai dan bebas

Aku mencari air dan menjadi air
Mencair

Hari ke-2
Malam di pinggiran jalan
15 Agustus 2002
Setia aku temani
Aneh. . . .
Siang dengan matahari yang terang
Langit nan biru
Setengah bulan muncul
Disaat aku sekarat
Mulai . . .
Dengan kelakuan keanehan
Usul orang tua larang aku menghisap ganja
Usir aku dari rumah
Siang dan malam penuh hampa
Aku ada disini
Dibumi ini
Aku akan mati sebentar lagi
Aku tahu
Perasaan ku berkata begitu
Mungkin
Langit yang birupun ‘kan berkata sama
Selamat tinggal dunia
Kehidupan dari kebangkitan

Wanita yang berada di konser musik cadas
Kamu, ternyata ada
Bergembiralah, . . . . malam ini

Tak ada wajah memelas
Pucat pasi, mereka berkata kamu berbadan dua

Ini hari, hari yang akan jadi cerita
Ini hari, hari yang aku tunggu

Lepaskan ketegangan dari hari yang memperburuk keadaan
Lepaskan sadar dari tekanan-tekanan sekeliling

Mari kita guncang dunia, ya . . kenapa tidak

Mimpi adalah petunjuk yang sia-sia
Kita coba sadari apa yang terjadi
Kita coba mengerti
Untuk hari ini ataupun yang akan datang
Tapi yang akan terjadi, aku sadari setelah terjadi

Aku ingin lepas dari bayangan istirahat
Aku tak ingin bangun tidur mengingat bayangan dan mencoba membayangkan apa yang akan terjadi

Sebelum mata menutup sekejapku lupakan apapun itu
Semenit dari satu detik aku ingin menghirup udara
Dari semua ketidak sadaran yang ada, aku tidak membutuhkan panggung pertunjukan, latar dan pelaku
Dalam warna hitam, putih dan abu. Aku menyukai warna asli pelangi

Hey mahluk berjubah yang selalu membawa buku ditangan kanan mu dan pena ditangan kiri mu, aku tak mengundang mu
Hey para pemerintah yang senang memerintah diatas kerajaan perkasa Mu itu, aku bukan rakyat Mu dan bukan pula budak Mu

Ya. . . .ya . . . kamu datang tanpa diundang dan pulang tidak diantar

Banggakah kamu sebagai ciptaaNya yang beda dan aneh ?
Bersama siapa kamu berbicara sehari-hari ?

Aku butuh kegiatan, . . . . ya kegiatan saat bangun tidur

Untuk para agen
Pembohong terpelajar
Kebijakan nan sempurna
Tatapan yang kosong
Tarikan nafas yang kian dalam

Kamu yang sering marah saat diruang kerja
Kamu yang senang terabaikan
Kamu yang tertawa saat klienmu menang
Kamu yang menjauhi kesengsaraan dunia

Cerita derita Bumi
Kehidupan
Kematian

Lebih dari 50% ketidak adilan
Hari tua yang tak tenang
Muda yang dilanda persoalan
Masa kecil yang traumatik
Lingkaran kekosongan kamar hati
Tekanan penggapaian usia 25 tahun
Derita cita orang tua
Cerita cerai dari cinta
Pertemanan yang tak sempurna
Khianat yang ada dimuka
Tertawa dibalik semua dosa yang dibanggakan
Kebohongan yang telah menjadi budaya
Kedermawaan yang tercatat
Tangis karena cerita diada-ada
Penyakit tanpa dokter
Wanita diujung jalan meminta uang
Lelaki usang yang sangar di pusat bus
Pria berdasi yang menjadi topeng
Nyonya besar yang berebut merk pedang kerajaan Roma
Uang yang dianggap ujung dari semua masalah
Kesadaran yang berada dipinggiran tempat sampah
Kebenaran yang mereka buang
Munafikkan keberadaaan suatu kaum
Dunia yang dianggap untuk satu nyawa
Setan yang hanya cerita seram sang nenek
Depresi yang menyebabkan asma
Histeris karena pujaan bunuh diri
Awal yang tanpa akhir dari kebohongan
Gila yang katanya karena hakim tidak adil
Sebuah kebiasaan lama; disiplin yang tak antri
Penjual menyebutkan barangnya yang terbaik dan nomor satu
Mengharap harapan yang tidak ada
Logika yang diagungkan
Benda yang diTuhankan
Bencana yang kadang dianggap indah
Pekerjaan yang berawal dari kenalan
Buta terhadap sesama, melihat karena mereka menunjukkan uang
Mental yang tak bisa diajak kompromi
Terlalu banyak cerita derita dibumi yang kian tak bulat lagi

Mulut yang bau
Mata yang buram
Telinga yang tak berongga
Hidung yang tak bersin
Hati yang terkoyak
Kulit yang diiris
Alat kelamin yang diam

Lebih dari 50% kita mengarang keadaan
Lebih dari 50% kita mengarang kehidupan
Lebih dari 50% kita mengharap perubahan
Lebih dari 50% kita mengharap kematian

Opini tanpa batas
Kalau kalian percaya akan adanya kehidupan setelah kematian, maka selesaikanlah semua masalah, kebahagian, kemarahan, dan lain-lainnya yang menyangkut kehidupan itu sendiri sebelum kalian mati dan menuju kehidupan selanjutnya yang kalian percaya
Karena kita manusia
Kerena kita memelihara, menjaga, melestarikan dan sebagainya keberadaan binatang dan tumbuhan
Karena kita bukan binatang ataupun tumbuhan

Jangan tinggalkan beban
Lihat, apa yang kamu bawa
Sampah yang bau
“Boleh aku menginap ditempatmu ?”, lembut dan penuh harap kau berkata, “Ada apa ?!”

Sejuta bintang menjadi redup karenamu
Lihatlah awan hitam menutupi bulan yang terang
Langit menjadi kelam
Lampu patromak ku pun sepertinya redup

“Aku pusing, aku lelah, aku . . . .”, kamu yang belum makan
“ ?! ”, . . . “Makanlah”
“ ?! ”, . . . “Istirahatlah”

Besok hari, aku harap kamu masih memeluk selimut dengan erat, ada susu kopi sebagai sekedarnya sebungkus roko, mari kita bertukar pikiran

Bersama mentari pagi yang terang
Silau buat mataku keluarkan kotoran
Dingin air yang bersihkan kulitku

“Ya. . . ya . . . , thanks”
“Aku akan pulang kerumah”

Manusia
Karena manusia lahir tak dikenal, maka aku diberi nama

Ingatlah
Menulis adalah proses penemuan
Membaca adalah mendekati hasil

Intuisi
Kebanyakan lelaki akan merasa bangga ataupun senang apabila ada seseorang mengatainya, “Kamu aneh”

T3u!n6
Gema menyapa
Tarikan nafas mengguncang
Sebab menjelma
Detik bernyawa
Seputar angkasa
Kurban mnyengat
Tutup aroma

Bayang-bayang dan pemuan kegelapan
Aduh, pernah dari bagaimana masa kanak-kanakku telah melihat kebusukan harapan yang sangat aku cintai
Aku tidak pernah mencintai suatu pohon ataupun bunga tetapi akulah yang pertama membuangnya
Aku tidak pernah merenungkan suatu binatang, kegembiraan mata ku yang hitam lembut
Tetapi ketika cinta mengenali ku dengan sangat baik dan mencintai ku, adalah pasti untuk mati

Satu lagi untuk bernasib sial, yang melelahkan nafas dengan terburu-buru meminta dengan sangat, pergi ke kematian nya
Ketika pencarian di antara bayang-bayang, orang menemukan kegelapan hidup

Orang boleh berpikir yang lain dan ingin tahu arti dari sesuatu
Dan ketika suatu jawaban, boleh temukan jawaban yang lain meskipun tidak memahami sama sekali
Mematikan yang akan mengikuti aku
Mencintai kebaikan, dia sendirian dan bebas
Dia dapat memberi pengajaran, bagaimana cara kamu memanjat lebih tinggi dibandingkan dengan kecepatan suara
Atau jika kebaikan yang lemah adalah surga diri sendiri maka akan merendahkan dirinya

Pengetahuan datang, tetapi kebijaksanaan tetap hidup
Jika musim dingin datang, maka musim semi dan mata air akan jauh di belakangnya
Ketika pencarian di antara bayang-bayang, orang menemukan kegelapan hidup

Kenapa harus saat ini
Ketika kenyataan datang dengan harapan yang telah pasti, namun semuanya tiba-tiba lenyap
Seperti setan perempuan yang semalaman mencoba mengambil kaki kananku

Aku mencoba berkata dengan tarikan nafas yang dalam dan hempusan nafas yang sama panjang pula aku mengucap, “Uuuhhhhhhhhhhhhhhhhhh . . . . . .”

Huruf mati
Tak ada lagi sinyal
Aku terhubung dengannya hanya dengan sebuah belati
Bunga kecil dan burung ketilang yang sedang mencari makan
Ada segumpal air liur kental diantara rambut ku

Menyelip dan menyelam diantara dedaunan
Aku tak lagi mengukir dan menggapai asa mimpi
Setengah badanku hilang ditelan kepalsuaan
Aku tidak jenius seperti bayangan mu

Ikan kecil yang sedang permainkan cacing
Busa, tanaman dan kerang melihat seperti melotot dan mencopoti tulang-tulang ikan
Kartuku mati seperti hati kusaat ini
Hitam, kelam dan tak lembut; usang dicela dan selesai aku cerna

Hati yang terbungkus kain kapan
Apa yang aku cari ?, belum aku temui
Sampai mati kah ?
Apa yang aku cintai ?, belum aku temui
Sampai mati kah ?

Permainan mimpi
Panggung pertunjukan dengan kursi didepan
Sering kali kita temukan dalam nyata ataupun khayal
Benih pemikiranku sekejap hilang
Aku mengulang kata, agar bicaraku didengar orang

Siapa yang megetahui benar salahnya aku
Siapa yang akan menghukum ku ?
Siapa hakim ?
Aku siap ?

Sekian maut yang membuat takut
Takut dimata, mereka teramat memata-mata

Pahat batu yang keras
Menyelam di air es
Berburu diwaktu yang sama
Melihat berbeda arah

Paranoid terhadap negara
Aku malu mengatakannya
Aku takut menyebutnya
“Apa ????????!”, mereka bertanya penasaran
“Tidak”, aku diam menggigit jari
“Apa, katakan saja ?”, mereka seperti mau mengerti dan menerima

Bambang Sulilo Yudoyono itu T.A.I
Megawati Seokarno putri itu T.A.I
B.J. Habibie itu T.A.I
Gusdur itu T.A.I
Soeharto itu T.A.I
Soekarno itu T.A.I

Sejak keluargaku dan aku ada, negara ini tidak pernah memberikan harapan, yang ada hanya cerita penuh air mata derita
Aku lahir dan menanggung tanya

Katanya negara kita kaya
Katanya negara kita ramah tamah
Katanya
Kata siapa ?

No comments: